Hening. Tanpa suara. Atau mungkin hanya suara mesin mobil yang terdengar. Oh! Jangan lupakan dengkuran halus Jeff dan Ash yang ada di kursi belakang. Melupakan Zee yang memainkan jari-jarinya gugup, tasnya ada di dalam bagasi tentu saja. Ace tidak mungkin membiarkannya memangku tasnya selama perjalanan berlangsung. Jam sudah menunjukkan pukul 8 PM. Zee semakin gugup karena Ace tidak kunjung mengatakan suatu hal kecil kepadanya.
Perut Zee yang sudah mulai sedikit membesar dielusnya pelan. Sebagai sosok yang mengandung, Zee merasakan kebahagiaan anaknya karena bertemu dengan ayahnya. Zee senang jika anaknya juga senang. "Dia menendang?" tanya Ace sembari tangannya mengelus perut Zee pelan. Dan benar saja, Zee merasakan sesuatu yang aneh di perutnya begitu Ace menyentuhkan tangannya di atas perut Zee. "Benar! Dia bergerak."
Meskipun sedikit tidak yakin, tapi Zee bisa melihat semburat kebahagiaan di dalam mata Ace. Lama ia memandangi wajah Ace. Sang empunya wajah pun hanya diam saja ditatapi penuh nafsu seperti itu. Nafsu orang hamil itu katanya lebih tinggi dari pada biasanya. Sampai akhirnya Zee membulatkan matanya lucu. "Anda... jangan bilang kalau... itu... anu... surat." Zee tidak tahu bagaimana caranya ia bertanya kepada Ace mengenai surat memalukannya. Awalnya Zee pikir, mungkin ia tidak bisa mengatakannya, makanya ia menulisnya di kertas. Tapi ia tidak tahu jika akhirnya bisa membuatnya merasa sangat malu seperti kali ini.
"Oh... ya, aku sudah membacanya." Tanpa mampu ditahan, Ace bergerak sedikit dari tempatnya dan mengecup bibir Zee cepat. Ace harus mengakuinya lagi kali ini. Dr. Smith memang benar ketika ia mengatakan bahwa aura orang hamil itu lebih keluar dari pada biasanya. Dan inilah Ace. Ia terperangkap dalam nafsunya. Zee yang biasa saja sudah sering membuatnya berantakan. Apalagi dengan Zee yang kali ini tengah hamil? Seingatnya dulu ketika Ivoni hamil, dirinya tidak sepukau ini.
Wajah Zee yang memerah karena efek malu itu membuat Ace terpaksa menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Zee malu karena mengetahui fakta bahwa suratnya telah dibaca oleh Ace dan juga Ace yang menyempatkan diri untuk mengecupnya tadi. Ace membawa wajah Zee untuk melihat ke arahnya. "Jangan pernah pergi lagi dari sisiku." Ace melepaskan hasratnya yang sedari tadi ingin mencium Zee dengan panas. Sambil mereka melakukan french kiss dalam, Ace bahkan menyempatkan diri untuk meraba perut Zee yang cukup membuncit. Kurang lebih usia kandungan Zee hampir menginjak 6-7 bulan. Ace tidak terlalu yakin.
Setelah merasa puas−well anggap saja sekitar 10 menit− Ace segera mengakhiri ciumannya dengan Zee. Ace tidak mau membuat Zee jadi asma hanya karena dirinya yang tidak bisa menahan nafsunya sama sekali. Ace kemudian melanjutkan perjalanannya yang masih cukup jauh itu. "I miss you," lirihnya di tengah keheningan yang kembali menyelimuti mereka.
"Tapi Nyonya Ivoni..."
"Kau tidak perlu memikirkan dia."
"Tapi Anda mencintainya."
"Jujur, aku tidak tau. Perasaanku itu tertuju pada siapa, aku tidak tau. Entah kau atau Ivoni."
"Tidak apa-apa jika Tuan Ace tidak membalas perasaan say−"
"Berhenti bicara formal kepadaku! Kita hanya berdua sekarang. Jeff dan Ash tidak dihitung."
"Tapi−"
"Just stop it!"
"Ok, aku hanya ingin bilang kalau kau tidak perlu mempedulikan perasaanku... Dom."
"Oh Gosh! I miss that nickname from you."
"..."
"Well, aku sendiri tidak yakin bisa membalas perasaanmu atau tidak. Yang jelas untuk saat ini, aku hanya ingin menghabiskan waktuku bersamamu dan anak-anak. You know, I need you."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devil's Claw
RomanceSebuah kisah yang menceritakan seorang mafia berdarah dingin, Dominique Thurman (35), yang menjalin sebuah hubungan terlarang dengan tukang kebun barunya, Zuriel Portman(17). Jadi, bagaimana kisah kelanjutan Dom dan Zee? Saturday, January 21/2017 09...