16. We Are

25.6K 2.6K 168
                                    

“Papa, Daddy kemana? Aku tidak melihatnya sama sekali pagi ini,” Jeff yang baru saja bangun kemudian ikut bergabung dengan Zee dan Ash yang sudah ada di meja makan. Zee baru saja menuangkan sirup mapple di atas waffle milik Ash. Jeff langsung saja mengambil waffle bagiannya.

“Entahlah Jeff. Daddy-mu pergi pagi-pagi sekali. Aku bahkan tidak sadar jika dia keluar dari rumah,” jawab Zee dan membantu Jeff dengan menuangkan sirup mapple juga di atas waffle-nya.

“Tidak biasanya. Itu terdengar sedikit aneh untuk diriku. Daddy biasanya lebih suka pergi setelah sarapan.”

“Ya, mungkin ada pekerjaan mendesak yang harus cepat-cepat dihadirinya. Entahlah, Jeff. Papa tidak tau.”

Mereka sarapan dengan suasana yang cukup ramai, Ash terus saja mengoceh soal kehidupan sekolahnya yang semakin hari semakin membuatnya bahagia. Terlebih lagi, di sekolahnya ada guru tambahan yang kata Ash tampannya maksimal. Harus Ash akui jika guru barunya itu tampan, tapi Daddy-nya masih jauh lebih tampan dari siapapun.

Zee?

Nah, Ash tidak pernah berpikir jika Zee itu termasuk dalam kategori pria tampan. Baginya, Zee itu sangat manis. Amat teramat manis. Semua ornamen yang ada di wajah Zee itu tidak ada kesan maskulinnya. Intinya Zee tidak tampan. “Zee, bagaimana keadaan baby?” Ash bertanya dengan sirup mapple yang menghiasi sudut-sudut bibirnya. Ia penasaran dengan adiknya yang berada di dalam perut Zee.

“Hm? Dia baik-baik saja. Ingin menyentuhnya?”

“Bolehkah?”

Pertanyaan Ash dihadiahi anggukan ringan dari Zee. Ash segera menghabiskan suapan terakhir waffle-nya dan turun dari kursi. Gadis itu mengelus perut Zee yang sudah cukup besar kemudian menempelkan telinganya di perut Zee. Entah apa yang Ash dengar, hanya saja dia tertawa-tawa sendiri hampir satu menit. Zee yang melihat itu kemudian mengelus kepala gadis itu sayang.

“Kau ingin dia perempuan atau laki-laki?” Zee bertanya lembut ke Ash.

Ash berpikir sejenak untuk menjawab pertanyaan Zee. Ini cukup sulit jika dirinya diharuskan memilih apakah ia ingin adik perempuan atau laki-laki. Baginya, mau itu perempuan ataupun laki-laki tidak apa-apa. Tapi ada satu gender yang lebih besar daripada gender lainnya. “Laki-laki.”

“Apa?” Zee bertanya bersamaan dengan Jeff. Pasalnya untuk seorang anak perempuan yang menginginkan adik laki-laki itu sangatlah jarang. Kebanyakan dari mereka menginginkan adik perempuan dengan alasan agar mereka bisa saling berdandan bersama atau berbelanja bersama dan lain sebagainya yang berhubungan dengan girl things.

“Kenapa laki-laki?” tanya Jeff sambil melanjutkan kunyahannya terhadap waffle di piringnya. Zee mengiyakan pertanyaan Jeff. Pasalnya, dirinya juga penasaran terhadap alasan Ash.

“Apa ya... tidak ada yang spesial sebenarnya. Ash tidak mau jika nanti, di antara anak Daddy hanya Jeff sendiri yang laki-laki. Nanti dia bisa mengambil predikat anak tertampan keturunan Daddy kalau seandainya adik Ash itu perempuan. Dan Ash tidak mau nanti ada anak yang melebihi sayang Daddy dan Papa terhadap anak perempuan kalian,” Ash menjelaskannya secara malu-malu.

“Jadi menurutmu, tidak apa-apa jika aku yang punya saingan?” Jeff mulai menunjukkan garpunya ke arah Ash.

“Jeff, put the fork down,” peringat Zee ke arah anak sulungnya itu. Harus Jeff akui, dirinya hanya ingin menakuti adiknya tapi sepertinya ini sedikit berlebihan. Tidak usah memikirkan itu, Ash sama sekali tidak terlihat ketakutan dengan ancaman Jeff. Pemuda itu menyerah, lebih baik dirinya segera menghabiskan sarapannya dan membuka toko bunga milik Zee.

Devil's ClawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang