15. Get Used to It

27.6K 2.8K 195
                                    

"Papa!" Ash segera berlari kepelukan Zee begitu melihat pemuda itu keluar dari pintu toko sekaligus rumahnya. Di malam sebelumnya, Zee mendengarkan seksama cerita Ace yang kelihatannya kebingungan dengan sikap anak-anaknya. Maka dari itu, Zee menyarankan untuk membawa Jeff dan Ash ke toko sehabis mereka pulang sekolah. Dan di sinilah mereka. Ash terlihat sangat senang dan puas begitu melihat Papanya.

Zee merentangkan tangannya lagi untuk menyambut Jeff ke dalam pelukannya. Tapi pemuda itu ragu. Ia beberapa kali menatap Daddy-nya dan Zee bergantian. Ia ingin menjadi seperti Ace, yang tampan dan cool. "Aku sudah besar, Papa," jawabnya ragu. Sebenarnya, Jeff juga ingin memeluk Zee seperti Ash. Tapi dirinya malu.

"Kau yakin, Jeff? Berarti aku bisa memeluk Papa sesukaku!" celetuk Ash yang membuat Jeff tersentak. 'Stay cool,' lirihnya di dalam hati. Jeff berusaha keras untuk menolak keinginannya. Bagaimana jika nanti ada teman-temannya yang melihat dan tahu kalau ternyata Jeff tidak se-cool sang Ace?

"Pergilah, boy. Jangan memaksakan diri. Kalau kau tidak mau, biar Daddy saja kalau begitu." Barulah Jeff berlari untuk memeluk Zee. Jangankan Jeff, Ace saja tidak mampu menolak ajakan untuk saling berpelukan dengan Zee. Jadi tidak ada salahnya seorang pemuda sepertinya, berpelukan dengan Papanya sendiri kan?

Mereka berjalan masuk ke dalam toko Zee. Berjalan lebih dalam dan duduk di ruang tamu Zee yang sangat hangat dan nyaman. Kecil memang, tapi furniture yang sederhana membuat ruang tamu ini menjadi tempat kesukaan Jeff dan Ash selain taman belakang rumah ini. Jeff membanting tubuhnya di sofa panjang milik Zee, sedangkan Ash masih bergelayutan dengan Zee. Betapa gadis itu sangat merindukan papanya.

Ace tidak pernah melihat anak-anaknya selepas itu di rumahnya. Bahkan di ruang tamu pun, Jeff terkesan sangat kaku. Tidak sekurangajar dan senyaman ini. Ace tidak yakin mengenai keputusannya yang dari semalam ia pikirkan matang-matang. Permainan rumah tangga yang dirinya mainkan dengan Ivoni semakin ke sini semakin tidak sehat. Tidak ada fungsinya Ivoni ia pertahankan lagi. Perempuan itu hanya bisa menyusahkan kehidupannya saja. Anak-anak pun semakin ke sini lebih lengket ke Zee dibanding ibu mereka sendiri.

Ace mempertahankan Ivoni dengan pemikiran bahwa perempuan itu bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya. Menjadi sosok 'ibu' yang memang sangat dibutuhkan untuk seusia anak-anaknya. Lantas, atas alasan apa dirinya mempertahankan Ivoni jika ternyata perempuan itu tidak bisa memenuhi kodratnya sebagai seorang ibu untuk anak-anaknya?

Sependapat dengan Jeff, Zee jauh lebih berharga untuk dipertahankan. Meski dia seorang pria, Zee sudah seperti sosok ibu untuk anak-anaknya. Tapi, bukankah selama ini Ace mencintai Ivoni? Atau Ace hanya salah tangkap mengenai perasaannya? Jikapun dirinya salah, berarti ia harus memikirkan cara terbaik untuk menceraikan Ivoni. Ia tidak mau membuat Zee merasa dirinya adalah perusak rumah tangga orang. Ace sendiri yang merusak kehidupan rumah tangganya, bukan Zee.

Tapi jika Ace benar, ia harus melepaskan Zee entah sesulit apapun itu. Jika boleh, Ace juga ingin mengambil hak asuh anak yang dikandung Zee saat ini. Anak-anaknya juga akan ia biasakan untuk hidup tanpa Zee di sisi mereka. Entah mengapa, pilihan mengenai dirinya mencintai Ivoni ini terdengar mengerikan. Lebih mengerikan daripada kau harus menyayat kulit seseorang.

"Papa, bisa rangkaikan aku bunga untuk besok?" Suara Ash mengganggu lamunan mencintai atau tidak milik Ace yang dari tadi terus saja menghantuinya. Benar juga, kenapa dirinya harus memikirkan Ivoni selama ia bersama dengan Zee sekarang? Ini akan tidak adil bagi Zee jika tahu dirinya telah menduakannya di dalam pikirannya. Meski di kehidupan nyata Zee adalah yang kedua, di dalam pikiran Ace, Zee tetaplah yang pertama.

"Bunga seperti apa, Sayang?" tanya Zee sambil mendudukkan dirinya di sebuah kursi agar wajahnya bisa sejajar dengan wajah sedih Ash. Zee berpikir kenapa bisa wajah anaknya itu terlihat sangat sedih saat ini, sedangkan sedetik yang lalu wajah itu sangatlah ceria di hadapannya.

Devil's ClawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang