Bab 1 - Mendekat pada Takdir

8.9K 779 129
                                    

London - Inggris

"Kenapa begitu mendadak?! Bukankah seharusnya tunggu sampai kau lulus high school dulu?!"

Gadis itu berusaha untuk tidak memutar bola matanya, karena jika dia melakukannya maka itu akan sangat tidak sopan bagi Haster-Ibunya.

Tapi sungguh!! Ia lelah... Ini sudah yang kesekian kali Haster mempertanyakan pertanyaan yang sama saat ia mengumumkan akan tinggal menetap bersama Ayahnya yang ada di Indonesia.

"Aku sudah lama tidak ke Indonesia, aku juga sangat merindukan Ayah."

Dan untuk kesekian kalinya dia menjawab pertanyaan Ibunya dengan jawaban yang sama. Tentu saja Haster tidak akan semudah itu percaya. Sungguh ini tidak akan ada habisnya jika seperti ini. Lizzy tahu peryataannya mungkin tidak akan diterima begitu saja oleh ibunya. Makanya ia meminta bantuan Albert-Ayah tirinya- untuk memberi pengertian kepada Haster.

Tapi..., sepertinya kehadiran Albert di ruang keluarga ini tidak memberi efek yang cukup. Lizzy bahkan sempat berfikir jika kehadiran ayah tirinya hanya sekedar formalitas. Ya! kesimpulan itu Lizzy ambil dari sikap diam Albert yang sedari tadi mendengarkan ocehan istrinya tentang keputusan gadis yang ia anggap putri sendiri.

Sedangkan Chlouie, kehadiran adik tirinya  malah semakin memperburuk keadaan saja. Bayangkan, yang Chlouie lakukan sedari tadi hanyalah menekuk wajahnya sambil sesekali menatap Lizzy dengan mata yang memerah menahan tangis atas keputusan kakak tirinya.

"Tapi kau tidak perlu menetap ke Indonesia kan, Lizzy?! Kau bisa pergi saat liburan musim panas tiba dan kembali kemari. Jika kau pergi aku bagaimana...." rengek Chlouie.

Ya Tuhan... Lizzy sepertinya hampir gila dengan tingkah ibu-adiknya.

Jika bukan dalam keadaan seperti ini, mungkin saat ini Lizzy akan tertawa melihat kelakuan Chlouie yang menurutnya lebay tapi terkesan menggemaskan. Lizzy tahu jika Chlouie memang sangat menyayanginya, dan dia merasa sangat beruntung akan hal itu, karna sesungguhnya ia pun telah menyayangi gadis yang berbeda 3 tahun darinya ini terlepas mereka hanya kakak-adik tiri.

Karena bagi Lizzy, Chlouie adalah adik sekaligus sahabat yang sangat ia sayangi. Dan bagi Chlouie..., Lizzy adalah sosok kakak yang selama ini ia inginkan.

Lizzy juga sering mengatakan jika Chlouie adalah hadiah manis untuknya dari pernikahan Ibunya dan Ayah Chlouie sendiri. Dan yang lebih hebatnya lagi, Ayah tirinya tak sekalipun membeda-bedakannya dengan Chlouie. Sempurna, bukan?

Walaupun sampai saat ini Lizzy belum paham mengapa Ayah dan Ibunya memilih bercerai padahal keluarga mereka masih dalam keadaan baik-baik saja dulu. Tapi, sekali lagi Lizzy tidak akan ikut campur urusan orang dewasa.

Lagipula Ibunya sudah bahagia bersama orang yang dia cintai sekarang, dan Ayahnya juga terlihat baik-baik saja walau tanpa pendamping hidup. Ya! kelihatannya.

"Ayolah Chloe..., jangan seperti ini! Lagipula jika kau merindukanku, kau boleh ke sana untuk mengunjungiku." kata Lizzy menyarankan.

"Kau pikir jarak Inggris ke Indonesia itu dekat?!" keluh Chlouie.

"Benar yang dikatakan Chloe, Lizzy! Tidak bisakah kau memikirkan kembali keputusanmu?" kali ini Ibunya yang menimpali.

Lizzy kini berpindah menatap Ibunya yang sedari tadi melayangkan protes atas keputusan Lizzy. Lizzy mencoba tersenyum meyakinkan. "Mom, aku sudah memikirkan ini jauh hari. Dan kurasa setelah semua yang terjadi... mungkin tinggal di Indonesia dengan Ayah adalah yang terbaik."

"Tapi --"

"--Haster," Albert yang sedari tadi hanya menjadi penonton kini akhirnya angkat bicara. Pria paruh baya itu mengelus punggung tangan istrinya dengan lembut saat istrinya hendak kembali protes, seakan ia mengintruksikan agar Haster memberinya ruang untuk berbicara. Dan Albert kemudian menatap putri-tirinya-"Lizzy, aku tahu kau sudah dewasa, kau sudah tahu mana yang terbaik untukmu, iya kan?"

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang