Bab 48 - End

5.6K 223 40
                                    

"Nah, ini dia Rio udah pulang. Dari mana aja kamu? Udah dari tadi Rendy sama Nial nungguin kamu loh."

Rio yang baru saja melangkahkan kaki ke rumahnya berhenti tepat pada anak tangga pertama. Matanya melirik sekilas pada orang-orang yang ada di ruang tamunya yang baru ia sadari keberadaannya.

Ada Rendy, Nial, Mamanya dan tentu saja Stefanny. Ke empat orang itu menatap Rio dengan seksama. Seakan sedang ingin menilai sesuatu yang lain pada diri Rio.

Rio terdiam dengan kaku. Hanya untuk beberapa saat, karena saat ini Rio kembali mengambil langkah menaiki undakan tangga menuju lantai dua ke arah kamar dan mengabaikan panggilan Mamanya.

"Loh Rio, ini ada temen kamu..."

Brakk!!!

Terdengar suara bantingan pintu dari lantai dua membuat keempat orang itu mengernyit dengan ekspresi yang beragam.

"Sebenarnya ada masalah apa?" tanya Mama Rio kemudian. Terang saja ada raut cemas melihat kelakuan anaknya yang agak lepas kontrol kali ini.

Rendy hanya bisa memberi senyum kepada Tantenya itu. "Kami ke kamar Rio dulu." ujar Rendy. Cowok itu lalu melirik Nial. mengisyaratkan agar Nial mengikutinya juga. Well, setidaknya jika Rio mengamuk. Bukan hanya dirinya sendiri yang menerimanya.

Stefanny sendiri memilih diam seperti sedang memikirkan sesuatu.

Ini wajar, sepanjang hari Rio selalu saja menekuk wajahnya dan tak lupa tatapan dingin. Cowok itu seakan memberi radar agar tak ada yang boleh mendekatinya.

Sedangkan di dalam kamar Rio sendiri, Rio tak bisa menenangkan dirinya. Ia menghempaskan apapun yang ada di sekitarnya. Mulai dari benda-benda yang ada di atas meja belajarnya, sampai seprai di ranjangnya pun ia lepas dengan kesal.

Ia tak baik-baik saja setelah menerima penolakan dari Lizzy. Dan yang membuat Rio tambah merasakan luapan amarah adalah kenyataan jika Lizzy hanya menganggapnya sebagai pengganti orang lain.

Shit!! Terkutuklah perasaan bodoh ini!!

Rio menghempaskan dirinya ke atas ranjang. Lengannya kini berada di atas wajahnya dan menutupi mata. Hatinya benar-benar kacau sekarang.

Rio tahu, ia seharusnya tak seperti ini, namun bayangan akan Lizzy yang menangis tadi menimbulkan sayatan dalam pada hatinya.

Ya!! Pada akhirnya Rio lebih terluka dengan pancaran kesedihan di mata Lizzy.

Walaupun Lizzy terlihat tegar dan dingin di hadapannya. Tapi Lizzy tak bisa menyembunyikan kesedihannya pada Rio. Rio menyadari hal itu. Mata gadis itu yang sembab, pancaran matanya yang terlihat redup. Dan lebih sialnya lagi, Rio tak bisa berbuat apa-apa.

Dan hal itulah yang lebih membuat Rio kesal.

Ia tak bisa berbuat sesuatu untuk Lizzy-nya.

Rio tersenyum sinis, Lizzy-nya? Seperti Lizzy miliknya saja.

"Udah selesai ngamuk-ngamuknya?"

Rio mengeram dengan kesal, tanpa ia lihatpun ia tahu dengan mendengar suara Rendy yang menyebalkan, Rendy telah berada tepat di hadapannya.

Sial, ia lupa mengunci pintu.

"Waow, lo bisa buat kamar lo lebih berantakan dari ini?" seru Nial dengan nada sarkasme yang menjengkelkan di telinga Rio.

Aishh..., kedua orang itu benar-benar ingin cari mati dengannya.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang