Bab 25 - Rio itu...

2.5K 169 6
                                    

Tinggalkan jejak kalian di chp ini ya, gaess 😘😘

***

Hari minggu seharusnya adalah hari Lizzy untuk bersantai ria seraya menghabiskan waktu quality time bersama Ayahnya yang memang sedang libur bekerja. Ya, seharusnya. Namun nyatanya ekspektasi itu harus hancur seketika karena semalam Rio mengiriminya pesan singkat untuk menemaninya ke rumah sakit. Wah, bahkan di hari minggu Lizzy harus memerankan perannya sebagai seorang pelayan aka babu  seorang Altario.

Minggu pagi ini adalah hari di mana Rio akan check up untuk mengetahui bagaimana perkembangan lengannya. Dan entah sudah berapa banyak Rio mengirimkannya pesan teror agar segera cepat ke rumah alien itu untuk menjemputnya.

"Tumben anak Ayah udah cantik pagi-pagi gini. Biasanya juga susah banget dibanguninnya." Lizzy baru turun dari tangga saat mendengar cibiran Angga yang ternyata telah duduk santai di ruang keluarga sambil menyesap kopi dan membaca berita di koran pagi langganannya.

Lizzy berjalan mendekati Ayahnya dan kini memeluk pria itu dari belakang. Sedikit merajuk. "Iyanih, Lizzy mau nemenin teman Lizzy ke rumah sakit. Boleh ya, Yah?"

Angga menghentikan aktivitasnya dan beralih menatap putrinya yang kini telah melepas rangkulannya. "Emang temen kamu sakit apa?"

Lizzy menggigit bibir bawahnya sebentar. "Otot saraf di lengan kirinya ada yang putus karena nolongin Lizzy yang jatuh dari tangga. Tapi kata perawatnya sih, Itu nggak bakal ngaruh sama aktivitasnya nanti jika ia telah sembuh total."

"Loh, kamu jatuh dari tangga? Kok nggak pernah bilang sama Ayah? Tapi kamu gapapa, kan?" Cecar Angga yang kini panik.

Lizzy mencoba tersenyum menenangkan. "Aku gapapa kok, Yah. Lagi pula kejadiannya juga udah seminggu yang lalu."

Angga menghela napas lega, ia merasa bersalah karena kurang memperhatikan Lizzy. "Kapan-kapan Ayah mau bertemu sama teman kamu itu. Ayah mau terima kasih banget karena udah nolongin anak cantik Ayah."

Lizzy mengangguk setengah hati, membayangkan ayahnya yang bertemu Rio, memang bukan ide yang buruk, namun juga bukanlah ide yang baik. Lagi pula setelah lengan Rio sembuh, Lizzy tidak akan lagi berurusan dengan Rio. Ya, sepertinya...

"Kalo gitu, Lizzy pamit ya, Ayah. Dah...." Lizzy pun mencium pipi Ayahnya secara bergantian. Kebiasaannya untuk pamit.

"Hati-hati bawa mobilnya," teriak Angga

***

Lizzy kini berada di ruang tunggu yang disediakan rumah sakit tersebut sedangkan Rio berada di dalam ruangan dokter yang sedang memeriksanya.

Sedikit bosan, Lizzy kini membuka aplikasi games di handphone-nya dan mulai memainkannya. Lizzy cukup asik memainkan permainan itu sampai Lizzy meluruskan kaki jenjangnya ke bawah, mencari posisi ternyaman untuknya.

Seorang gadis kecil berlarian di koridor rumah sakit dan karena tak berhati-hati, gadis itu malah tersandung oleh kaki Lizzy, dan jatuh dengan wajah yang mencium lantai.

Lizzy yang menyadari hal itu mulai merasa panik dan membantu gadis kecil itu berdiri. Mungkin karena terlalu panik, ia bahkan tak sadar telah berbicara dengan nada tinggi pada anak kecil itu "Ya, ampun dek. Kamu gapapa, kan?!"

Gadis kecil itu bukannya menjawab malah membuat suasana tambah kacau dengan tangisan kencang yang menggema. Sungguh, ia takut dengan teriakan Lizzy tadi.

Lizzy menjadi semakin panik sendiri, "Duh kok malah nangis sih, jangan nangis dong. Arghh... Gue harus gimana nih,"

Anak itu makin menangis menjadi-jadi dengan rengekan memanggil ibunya dan mengatakan takut, dan segala macam rengekan yang Lizzy tak bisa mendengarnya dengan jelas karena disertai dengan segukan.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang