Bab 11 - Pahlawan Menyebalkan

2.9K 224 26
                                    

Pliss bantu aku cari typo yaa 😂
.

Rio mendesah lelah untuk kesekian kalinya. Setelah terlibat perdebatan yang tiada ujungnya dengan gadis yang menurutnya aneh itu, ia akhirnya berakhir di depan wastafel dengan alat-alat masak yang terletak di sana. Sedikit takjub bagaimana cara gadis aneh itu mendorongnya kemari ia pun sudah tak ingat. Hal yang Rio lakukan sekarang ini diluar ekspektasinya, pasalnya Rio tak pernah menyangka kalau ia akan kalah berdebat dengan teman sekelompoknya itu.

"Lo bisa cuci piring nggak, sih?! Tuh nodanya masih ada nih!" Rio memperlihatkan bintik-bintik noda yang ada di piringan yang ia bilas untuk di perlihatkan pada Lizzy.

Lizzy berdecih kemudian merampas kembali piringan yg ada di tangan Rio. Ia tak banyak bicara sekarang. Ia sudah lelah menghadapi sikap ketus cowok di sampingnya ini dan menyesali untuk mengerjakan tugas cuci piring ini bersama.

"Udahlah An, biar aku aja yang cuci semuanya. Kan udah aku bilang tadi kalau soal cuci piring itu tugas aku."

Lizzy melirikkan bola matanya ke arah samping di mana terdapat pasangan kelompok yang juga sedang cuci piring. Berbeda dari Lizzy dan Rio yang berdebat karena harus mengerjakannya bersama-sama, Pasangan Rendy dan Anna justru berbeda.

Anna menggeleng pelan kemudian tersenyum menghadap Rendy dengan manis. "Biar aku bantu."

Rendy balas tersenyum tapi dengan konyol. "Yaudah deh kalau kamu maksa."

Mereka pun kembali mencuci peralatan itu bersama-sama tanpa mengetahui tatapan Lizzy yang menatap mereka dengan binar mata yang tak biasa.

"Kalian berdua pacaran, ya?"

Prang!!!

Suara benda jatuh itu datang beriringan dengan selesainya pertanyaan konyol dari Lizzy. Mengakibatkan beberapa orang berada di sekitar mereka menatap dengan pandangan kaget. Lizzy kaget setengah mati. Suara benda jatuh itu bukan dari Rendy maupun Anna, melainkan berasal tepat di sampingnya. Tak lain adalah Rio.

"Tangan gue licin." ucapnya datar.

Rio menundukkan badannya untuk memungut wajan yang tadi jatuh. Perkataan spontan dari Lizzy tadi membuatnya tersentak kaget. Apa segitu serasinya Anna bersanding di samping Rendy? Bahkan Lizzy yang dikiranya masih tergolong barupun memiliki anggapan seperti itu. Sedangkan Rio? Dialah orang yang selalu ada di samping Anna. Tak ada yang menyadari bahwa tangan Rio terkepal mencengkram peralatan logam di hadapannya.

Lizzy tak terlalu menanggapi keteledoran cowok disampingnya itu, walaupun demikian masih ada terbesit sedikit rasa kaget akibat suara benda jatuh disekitarnya. Ia kembali memfokuskan pandangan pada dua objek yang tidak menanggapi perkataannya, yang satunya menatapnya dengan pandangan tak terbaca dan satunya lagi hanya menunduk dan kembali mencuci peralatan di depannya, terlihat jika gadis yang menunduk itu tidak menghiraukan pertanyaan Lizzy tersebut.

"Lo kok bisa beransumsi kayak gitu?" Rendy masih nenatap Lizzy dengan intens.

Lizzy sedikit sangsi saat ditanya dengan pandangan aneh dari Rendy. Tak pernah ia membayangkan kalau Rendy memiliki mata yang dapat menatapnya tajam.

"B-bukan apa-apa sih, cuma aura di sekitar kalian tuh beda aja. Kayak ...." Lizzy tak dapat menyelesaikan perkataannya. Entah kenapa kata yang akan ia katakan tersangkut di tenggorokannya, tak dapat keluar. Kayak dua orang yang  saling menyukai. Lanjutnya dalam hati.

Lizzy dapat merasakan kalau atmosfer di sekitar mereka berempat itu sangat mencengangkan. Terasa pasokan oksigen di sekitar dirinya ikut terkikis. Sampai ia mendengar tawa yang keluar dari mulut Rendy dengan lantang.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang