Bab 15 - Be Mine, Huh?!!

2.7K 207 10
                                    

.
.
Lizzy tak bisa fokus pada materi yang di paparkan gurunya di depan kelas. Otak dan matanya hanya tertuju pada suatu hal yang saling berhubungan. Rio dan pesan singkat yang dikirimkan untuknya tadi malam.

Besok. Jam istirahat. Taman belakang sekolah

Lizzy bukanlah orang bodoh yang tidak mengerti arti pesan itu. Walaupun pesan itu terlihat tidak jelas dan ambigu, tapi Lizzy cukup paham kalau orang yang mengirimkannya pesan menyuruhnya untuk menemuinya. Hanya saja, yang membuat Lizzy bertanya-tanya dari semalam, kenapa? Kenapa Rio ingin bertemu dengannya? Apakah karena kejadian kemarin? Apakah Rio berubah pikiran dan beralih ingin menuntutnya?

Lizzy menggelengkan kepalanya pelan, menghilangkan pertanyaan-pertanyaan yang kini terdengar bodoh. Jika dia berpikir lagi, mungkin akan lebih bodoh lagi. Lizzy berdecak pelan, salahnya karena terlalu kaget atau terlalu banyak memikirkan hal-hal aneh sampai tidak sempat membalas chat cowok itu. Padahal kalau saja Lizzy bertanya tentang chat itu, pasti ia tidak perlu lagi menerka-nerka seperti sekarang ini.

Lama Lizzy memperhatikan cowok di sampingnya itu dan hal itu disadari oleh Rio sehingga cowok itu menangkap tatapan Lizzy untuknya, Rio menaikkan sebelah alisnya dan menatap Lizzy dengan ekspresi yang tak dapat Lizzy artikan, tapi Lizzy tak mengelak, ia tak melepas tatapannya dari Rio. Biar saja Rio sadar kalau sedari tadi ia memang menjadi pusat pikiran Lizzy. Sampai akhirnya Rio memutuskan tatapan mereka dan kembali memperhatikan pelajaran, Dasar cowok alien. Gerutu Lizzy dalam hati.

Lizzy tak tahu sejak kapan guru dalam kelasnya pergi, bahkan Lizzy tak mendengar suara bel tanda istirahat dibunyikan. Yang sekarang ia tahu adalah Rio yang mulai berdiri dari duduknya, dengan ekor matanya menatap Lizzy sebagai kode untuk mengikutinya tanpa suara, kemudian berlalu begitu saja.

Cukup lama Lizzy terdiam dengan kekagetannya sendiri, iapun mengikuti langkah Rio keluar kelas. Ketempat di mana lelaki itu berada, tapi sebelum itu, tangannya di cekal oleh Nana

"Mau kemana lo? Buru-buru amat."

Lizzy gelagapan tanpa tahu harus menjawab apa, mungkinkah ia jujur saja? Sedangkan Nana hanya menatapnya dengan bingung, setelah itu mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh. "Kantin yuk!" Ajak Nana kemudian.

Lizzy meringis pelan, alih-alih melepaskan cekalan tangan Nana padanya. "Lo duluan aja, gue nanti nyusul."

Lizzy pun cepat-cepat melangkah keluar kelas tanpa menghiraukan teriakan Nana yang memanggil namanya. Entah kenapa, ia belum bisa menjelaskan kepada orang lain kalau ia ingin bertemu dengan Rio. Ia hanya merasa bingung. Ya, bingung dengan pikiran-pikiran yang melayang di kepalanya.

***

"Ngapain lo ngajakan gue ke sini?" Lizzy merasa tak perlu basa-basi dengan cowok yang kini duduk di kursih taman tepat di depannya, sampainya di taman belakang sekolah, ia telah menemukan mahkluk di depannya sedang duduk santai-santai dengan mata tertutup.

"Kenapa lama?"

Lizzy berdecak pelan. Dia paling tidak suka kalau pertanyaannya malah di jawab dengan pertanyaan pula. Menurutnya itu sangat tidak sopan. Makanya kini Lizzy diam, bahkan ia tak berantusias duduk di sebelah cowok itu, ia memilih berdiri saja. Karena menurut Lizzy, mereka tidak perlu mengakrabkan diri. Bukankah Rio sepertinya juga sependapat dengannya?

Rio membuka matanya karena merasa tidak di respon, gadis itu kini berdiri dengan tangan dilipatkan di depan dada, mengetuk-ngetuk sepatunya di rumput, terlihat jelas bahwa gadis itu tidak sabar menunggu jawaban dari pertanyaan tadi.

Rio menatapnya datar, kini ia mengintruksikan agar gadis itu duduk di sebelahnya dengan gerakan mata. Dan tentu saja Lizzy paham maksudnya, hanya saja Lizzy tak ambil pusing, ia tetap berdiri dengan pose yang sama.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang