Bab 28 - Pernyataan Anna, Pengakuan Rio

2.5K 170 24
                                    

Mohon maklum kalau ada typo or something like that 😁

***

Rio masih tak habis pikir dengan Rendy. Bisa-bisanya sepupunya itu mengabaikan perkataannya untuk meminta maaf pada gadis yang dituduhnya mati-matian. Ah, Rendy yang pemarah memang menyebalkan. Rio akui itu.

Hanya saja, Rio merasa ini semua tidak tepat dan terasa salah. Rio mungkin bisa percaya kalau Lizzy tidak menyukai Anna, akan tetapi Rio tidak yakin jika Lizzy dengan sengaja menukar makanannya untuk Anna.

Lizzy tidak mungkin melakukan itu, entah darimana Rio mendapatkan keyakinannya. Entahlah, mengenal Lizzy lebih dekat selama beberapa minggu ini, Rio sudah menghapal beberapa sifat Lizzy.

Dan saat Lizzy menampakkan wajah kekhawatirannya untuk Anna, Rio jadi tahu. Gadis itu merasa bersalah, walau bukan ia yang melakukannya. Tapi gadis itu merasa terlibat. Seperti halnya kejadian yang menimpa lengan Rio. Padahal sebenarnya Lizzy bisa lari dari permintaan konyol Rio. Tapi gadis itu malah memilih untuk mengikuti permainan ini.

Mungkin saat ini Rio sedang berempati terhadap Elliezabeth, si murid baru. Gadis aneh yang menyebalkan dan pemarah. Buktinya, sekarang Rio memilih untuk mencari keberadaan Lizzy ketimbang di UKS menemani Anna.

Mungkin jika dulu, Rio akan senantiasa berada di samping Anna. Sebenarnya ia melakukan hal itu tadi, namun pikirannya selalu membayangkan ekspresi terluka Lizzy saat dimarahi oleh Rendy. Huh, mengingat Rendy. Ada Rendy yang menemani Anna di UKS. Mungkin alasan itu juga yang menjadi faktor jika Rio harus mundur dulu. Meninggalkan Rendy dan Ana berdua. Rio baik, bukan?

Rio tersenyum miris, mungkin jika Lizzy mengetahuinya, gadis itu akan mengatai Rio sebagai pengecut. Rio tertegung sesaat. Dan mengapa sekarang pikiran Rio selalu mengarah pada gadis itu? Kau tidak sedang gila, kan Rio?

Kenyataannya Rio memang sudah gila. Karena sedari tadi matanya selalu mencari seorang gadis yang memiliki rambut pirang. Ia sudah mencarinya di kelas, taman belakang sekolah, bahkan ruang club photography, tapi belum ia menemukan gadis itu. Sebenarnya di mana gadis itu bersembunyi?

Samar-samar Rio mendengar suara pembicaraan di seberang ruangan di sampingnya. Awalnya ia berniat pergi dan mengabaikan pembicaraan itu. Namun, saat telinga Rio mulai mendengar nama yang dikenalnya disebut, Rio tak dapat menghentikan dirinya untuk tidak memasang pendengarannya lebih tajam. Rio melangkahkan kakinya perlahan, mencoba mendengar lebih jelas apa yang mereka bicarkan.

"Ra, gue takut. Gimana kalo Lilyanna sampai kenapa-napa? Dan kita bakal ketahuan kalo kita yang nukar makanan Lizzy."

Diandra mendelik tajam ke arah kedua temannya yang terlihat cemas. "Stop bahas itu. Oke!"

"T-tapi Ra, waktu liat Anna pingsan itu tangan gue sampai gemetar. Gue nggak tahu kalau efeknya bakal gini. Kita ngaku aja deh."

"Lo gila apa, huh?! Kalo sampai kita ngaku. Kita bakal dikeluarin dari sekolah ini. Dan Rio bakal benci sama gue seumur hidup. Mau lo kayak gitu?"

Sontak Meta dan Wilda, kedua gadis yang sedari tadi berbincang dengan Diandra menggelengkan kepala mereka secara bersamaan. Siapa juga yang mau di keluarkan dari sekolah ini di saat mereka sudah tahun ketiga dan hampir mendekati ujian. Bisa repot nanti.

Diandra tersenyum puas. "Makanya diem. Nggak akan ada yang tahu kalo kita yang celakain Anna kalo kalian nggak ngomong tentang itu. Lupain semuanya!"

Diandra sudah ingin melangkah untuk pergi dari ruangan itu. Namun matanya terbelalak kaget saat melihat Rio yang berdiri bersandar di tembok. Mencoba menormalkan dirinya, Diandra pun menyapa Rio.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang