Bab 32 - Perasaan Rendy yang Sesungguhnya

2.6K 166 8
                                    

Pagi-pagi sekali Anna berinisiatif untuk berangkat ke sekolah tanpa menunggu Rio atau pun Rendy yang mungkin menginap di rumah Rio. Jika biasanya Anna berangkat dengan Rendy maupun Rio, kali ini Anna lebih memilih untuk menumpang pada mobil Ayahnya.

Anna hanya belum bisa bertatap muka dengan kedua laki-laki tersebut. Anna bahkan merasa malu dan ... terkasihani.

Maka dari itu Anna memutuskan untuk menghindar terlebih dahulu. Sampai ia bisa menata hatinya. Lebih tepatnya, sakit hatinya.

Namun sepertinya Tuhan mempunyai cara lain untuk masalah Anna. Walaupun Anna sudah datang pagi-pagi sekali sampai ia menjadi orang yang pertama ke sekolah, dan saat jam istirahat ia menjadi orang yang pertama kali keluar setelah guru yang mengajar. Tapi itu semua menjadi sia-sia karena sekarang orang yang ingin ia hindari malah ada di depannya, memotong jalan Anna.

Rendy...

Anna hanya bisa menunduk lebih dalam saat berpapasan dengan Rendy. Berharap Rendy membiarkannya lewat. Tapi, Saat ia mengambil jalan ke kiri, maka Rendy akan mengambil jalan searah dengannya. Jika ia kembali menyerongkan kakinya ke kanan, Rendy ikut-ikutan sehingga membuat Anna tak bisa melewati laki-laki ini.

Menghela napas, Anna pun mendongakkan kepalanya untuk menatap Rendy. Namun Rendy ternyata sudah menatapnya sedari tadi dengan mata berkilat keseriusan.

"Permisi." Guman Anna saat ingin kembali mencoba melewati Rendy.

Namun dengan sigap Rendy kembali memblokir jalannya. Sehingga mau tak mau Anna kembali mendongakkan kepalanya. Anna sedikit kesal sekarang.

"Tadi pagi berangkat sama siapa?"

Anna meringis dalam hati mendengar nada bicara Rendy yang datar. Ini tidak seperti Rendy yang jenaka.

"Bukan urusan kamu. Maaf, aku mau lewat."

Anna mulai menghela napas lega saat Rendy membiarkan ia lewat. Tapi mendengar langkah kaki di sebelahnya membuatknya kembali berdecak. Rendy mengikutinya. Dalam hati ia berfikir. Apa sebenarnya yang Rendy inginkan darinya?

"Semalam aku nelpon kamu, tapi kenapa nggak diangkat?!"

"A-aku ketiduran." Anna menjawab dengan pelan.

"Berhenti berbohong, An!"

Anna tak menimpali karena sebenarnya ia memang berbohong. Faktanya ia tidak bisa menutup matanya semalam. Ia memang melihat puluhan panggilan tak terjawab dari Rendy dan Rio. Tapi gadis ini memilih mengabaikannya.

***

Lizzy menghela napas lelah. Sejak pertama kali ia di hukum oleh ibu Rosa untuk menyimpan buku-buku, Guru itu sepertinya malah kecanduan memerintahkan Lizzy. Buktinya sekarang Lizzy sedang di Ruang musik untuk menyimpan buku yang bu Rosa titipkan kepadanya.

Lizzy mengambil duduk dan bersandar pada kursih untuk sesaat sebelum pergi dari ruangan ini. Sebenarnya Ruangan musik sangat menenangkan. Dan itu yang membuat Lizzy nyaman berada di sini.

Saat Lizzy merogoh kantong saku di seragamnya untuk mengambil Handphone, tak sengaja gelang yang selalu berada di saku seragamnya juga terbawa hingga jatuh di bawah meja. Dan Lizzy menyadarinya.

"Huh... sial."

Lizzy pun memilih berjongkok untuk mengambil gelang yang jatuh tadi. Gelang itu jatuh cukup jauh ke bawah meja, sehingga Lizzy harus lebih memasukkan tubuhnya di kolom meja yang lebar itu.

Seharusnya Lizzy sudah mau keluar dari kolom meja itu saat ia  mendapatkan kembali gelang yang telah ia masukkan ke kantong seragamnya lagi. Namun mendengar langkah berjalan dan di ikuti suara yang ia kenal membuatnya terdiam dan tak ingin bergerak dari tempatnya.

Hello Destiny✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang