Aku berulang kali menatap wajah Jungkook yang entah kenapa sangat suram.
Sudah 20 menit ia hanya mengaduk-aduk milkshakenya dengan sedotan sambil menopang dagu. Kedua matanya memandang lurus ke bawah.
Aku rasa ia dirasuki sesuatu.
"Kook, ada apa denganmu?"
Ia tidak bergeming. Bahkan kepalanya belum terangkat untuk melihatku.
"Ya. Jeon Jungkook." panggilku masih penuh dengan kesabaran.
Tetap saja. Pria itu belum mengangkat kepalanya. Ia malah semakin menjadi mengaduk-aduk milkshake tak bersalah itu.
"Jungkook!"
"Ne sonsaengnim!"
Kedua badanku spontan mundur ketika melihat Jungkook tiba-tiba berdiri sambil mengucapkan kalimat tersebut.
Aku mengerutkan dahi sambil menatapnya dari atas sampai bawah.
Dia gila atau apa?
Jungkook yang sudah sadar dengan apa yang ia lakukan menggaruk kepalanya frustasi sambil membungkukan badan pada pengunjung càfe yang terlihat terganggu dengan kejadian barusan.
Setelah itu, ia kembali duduk lalu menatapku lekat. Seperti meluncurkan protes dari sorot matanya.
Aku justru meminum vanilla caramelku tanpa menatapnya, "Wae? Kau mau marah?"
"Tidak. Tapi seharusnya kau tidak berteriak seperti tadi."
Aku bisa mendengar dia menghela nafas kasar.
"Cih. Aku sudah memanggilmu dua kali dengan penuh kelembutan. Tapi kau tidak bergeming sama sekali."
"Ya baiklah. Terserah."
Ia kembali menghela nafas untuk kesekian kalinya. Aku tahu dia pasti sedang memikirkan sesuatu yang tidak bisa ia selesaikan sendiri.
"Ceritakan, cepat." titahku ketika melihat dia memandang keluar dengan tatapan putus asa.
Kepalanya menoleh. Menatapku dengan tatapan yang sulit dijelaskan,"Hah? Apa maksudmu?"
"Kau benar-benar merusak suasana hatiku, Jungkook. Padahal aku sedang bahagia sekali karena nilai sejarahku bagus. Cepat ceritakan ada apa sebelum aku membuatmu menelan bom nuklir." ujarku panjang lebar.
Jungkook menelan ludah ketika mendengar ucapannya barusan.
"Baiklah," ia menutup matanya dan bersiap untuk bercerita.
Aku memajukan badanku tanda aku antusias untuk mendengarkan ceritanya.
"Aku akan menjadi tutor untuk 2 anak baru bernama Park Jimin dan Jung Hyona. Dan kegiatan tutor akan dimulai besok."
Jungkook menghela nafas lagi.
Ada perasaan aneh ketika kedua telingaku mendengar nama Park Jimin keluar dari mulut Jungkook.
Perasaan apa itu, entahlah. Aku tidak mengerti.
"And then? Bukankah itu bagus? Kau bisa mendapat nilai tambahan kan?"
Jungkook menggelengkan kepalnya, "Bukan disitu masalahnya."
"Jadi?"
"Kau tahu kan aku sedang gentar mengikuti audisi untuk masuk agensi hiburan? Besok adalah audisi live di Big Hit Ent. Dan aku sudah mendaftarkan diri seminggu yang lalu."
"Uhmm, geuroguna," aku menyenderkan punggungku pada kursi.
"Ottoekhe Rin-a?"
"Jam berapa kegiatan tutor itu dimulai?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[C] 다시 놓기;RESET.
Fanfiction[TELAH DITERBITKAN DENGAN VERSI BERBEDA] Aku mencintainya. Ia adalah seseorang yang selalu ada untukku selama 11 tahun terakhir. Kami selalu berbagi dan membutuhkan satu sama lain. Tapi, sejak ia mulai jatuh cinta dengan yang lain, kehadirannya mula...