"Bagaimana jika 3 bulan lagi kalian bertunangan?"
Ayah Yoona tiba-tiba mengatakan hal itu setelah keluaga Im menyelesaikan makan malamnya. Sekarang mereka sedang diruang tamu. Ada nyonya Im, tuan Im dan adik Yoona, Im Soohyun. Yoona sangat terkejut mendengar hal itu. Tentu saja ia tahu apa tujuan ayahnya ini.
"Tapi ayah, aku baru kelas 2 SMA, bagaimana bisa jika harus bertunangan." Yoona mulai panik dan meremas roknya. Ia harus berbuat apa.
"Ini hanya tunangan Im Yoona, kalian bisa menikah setelah lulus nanti, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Hanya sebatas bertukar cincin saja." Tegas tuan Im.
"Aku setuju dengan ayah." Timpal adik Yoona. Yoona yang langsung melotot kearah adiknya. Dan adiknya malah terkekeh pelan sambil mengejek nasib kakaknya ini.
"Ayah aku mohon, biarkan masalah ini aku saja dan Jiyoung yang akan memikirkannya, aku ingin fokus ke sekolahku dan tidak memikirkan hal ini. Maafkan aku ayah, aku permisi, ada tugas sekolah yang harus ku kerjakan."
Yoona dengan berani mengatakan hal itu kepada sang ayah. Dengan lantang dan tegas ia tidak peduli ayahnya akan menjawabnya atau tidak. Sebenarnya ia sangat takut ayahnya akan marah. Karena Yoona adalah tipe anak yang penurut. Ia juga berbohong jika ia mempunyai tugas sekolah. Yoona pandai berbohong semenjak ia menjadi kekasih Jiyoung. Ia hanya ingin segera mengakhiri semuanya. Tidak mau membicarakan hal ini. Lalu cepat-cepat Yoona menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Tok...tok....tok....
Setelah sekitar 5 menit Yoona mondar mandir didalam kamarnya. Ia mendengar suara pintu yang diketuk, dengan cepat ia duduk dimeja belajarnya dan pura-pura sedang belajar.
"Iya masuk saja pintunya tidak dikunci!"
Teriak Yoona tidak terlalu keras, hingga pintu kemudian dibuka, dan ternyata ibunya. Yoona sedikit lega.
"Jangan berpura-pura, ibu sudah tahu."
Nyonya Im tersenyum, ternyata ia sudah tau jika putrinya ini sedang berpura-pura. Nyonya Im lalu menutup pintunya dan duduk di atas kasur Yoona. Yoona lalu menghampiri dan segera memeluk ibunya yang tengah duduk dipinggir kasurnya. Inilah yang membuat Yoona selalu nyaman bersama ibunya. Ibu Yoona tidak pernah marah dan selalu pengertian kepada Yoona. Nyonya Im lalu membelai lembut rambut Yoona yang panjang ini.
"Maafkan aku ibu."
Yoona merasa bersalah kepada ibunya karena telah berbohong. Ibu mana yang tidak tahu jika anaknya berbohong? Pasti semua ibu akan merasakan sesuatu jika anaknya tengah berbohong.
"Maaf untuk apa? Bukankah kau sudah besar? Apa yang kau lakukan ini sudah benar Yoona." Gumam sang ibu masih sambil membelai lembut rambut Yoona.
"Tapi ibu, aku tidak mau mengecewakan ayah, namun disisi lain, kelak aku ingin memilih pendamping hidupku sendiri." Yoona mulai menahan tangisnya agar tidak pecah.
"Jiyoung adalah anak yang baik, dia juga sangat sopan dan berasal dari keluarga terpandang, bahkan dia sangat menyayangi mu Yoona. Bukankah kelak hidupmu akan bahagia?" Sambung nyonya Im. Kemudian Yoona beranjak dari pelukan sang ibu. Menatap mata sang ibu dengan matanya yang mulai sendu.
"Aku sudah berusaha untuk membuka hatiku untuknya hiks... hiks... tapi kenapa aku tetap saja tidak bisa? Bahkan sudah setahun aku bersamanya. Ibu bilang cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu bersama. Tapi sepertinya ungkapan itu tak berlaku untuk ku ibu hiks.. hiks.."
Yoona mulai sesenggukan, ia sudah tak bisa lagi menahan air matanya agar tidak jatuh. Betapa menyakitkannya ini. Ia tidak mau kelak ia akan tersiksa oleh perasaannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
G I R L F R I E N D 🔹 t.o.p • yoona
FanfictionEdit : 09. 03. 2017 By : ohnanattty