"Cepat hubungi dokter pribadiku, suruh ia membawa perlengkapan yang biasanya aku minta."
Tuan Choi dengan susah payah mengatakan lewat telepon kepada orang suruhannya dirumah. Dan dijawab mengerti oleh orang itu.
Ia kemudian kembali melajukan mobilnya dengan bersusah payah menuju rumahnya. Tadi saat berangkat tuan Choi memang ingin sendiri tanpa sopirnya yang biasa mengantarnya.
Darah tak berhenti mengalir dari dada dan juga lengannya mengingat terdapat peluru yang bersarang didalam tubuhnya.
"Aku harus kuat, aku tidak boleh maaatiiiii." Ucap tuan Choi lirih sambil terus memuntahkan darah dari mulutnya. Bahkan tidak jarang beberapa pengendara yang melintas bersamaan dengan mobil tuan Choi mengumpat. Karena tuan Choi mengemudi sangat buruk, kadang ia oleng kekanan dan kadang kekiri. Sehingga mengganggu bahkan membahayakan pengendara lainnya.
"Yaakkk tuan berhentilah jika mengantuk!!"
"Kau bisa membahayakan pengendara yang lain!!"
"Berhentilah cepat!!"
Tuan Choi hanya meringis saja menahan sakit dan masih bisa mendengar samar celotehan pengendara lain. Tuan Choi terengah dan penglihatan nya mulai kabur. Sepertinya ia sudah tidak kuat lagi. Jika memang Tuhan mentakdirkan nya untuk mati sekarang, ia tidak bisa melawan kuasa Tuhan.
"Jae Rim, Seung-hyun maafkan ayah."
Braakkkk!!! Byuurrr!!!
***
"Ibu sudah memilihkan beberapa gaun untukmu, cobalah."
Nyonya Im menyodorkan beberapa gaun yang dibawa seorang desainer kerumah keluarga Im. Karena Yoona tidak mau jika harus mendatangi butik, ia sangat malas keluar rumah.
Diruangan kostum keluarga Im sudah ada Im Yoona, ibunya juga beberapa staff dan desainer yang sedang membantu Yoona untuk mengenakan gaunnya.
Gaun putih dengan bagian bahu yang terbuka dan tanpa lengan. Panjangnya yang hanya mencapai lutut Yoona. Memperlihatkan kakinya yang jenjang dan indah.
"Ini saja Bu, aku menyukainya." Jawab Yoona dengan tatapan sendu sambil melihat pantulan dirinya di cermin.
Sebenarnya Yoona sangat malas mencoba gaun yang lain, maka dari itu ia langsung memutuskan gaun pertama yang ia coba. Lusa ia akan bertunangan. Dan sudah lama ia tak bertemu dengan seseorang yang sangat ia rindukan. Kini ia harus bertunangan dengan pria yang bahkan tak ia cintai.
***
"Lusa Yoona akan bertunangan." Seungri menyodorkan sebuah undangan pada Seung-hyun. Seung-hyun lalu menerimanya. Setelah membaca nama yang tertera di undangan itu "Im Yoona dan Kwon Jiyong" kemudian Seung-hyun melemparnya ke sembarang tempat.
Saat ini mereka sedang berada dirumah Seung-hyun, seperti biasa, bermain games dan bersantai. Seung-hyun sudah keluar dari rumah sakit satu minggu yang lalu. Dan kini keadaannya juga sudah semakin membaik. Namun tangan kanannya sudah tak bisa lagi bekerja dengan baik.
"Dia pasti akan sangat cantik." Ucap Seung-hyun sambil terus memainkan gadget nya. Rasa sakit itu kenapa tumbuh lagi.
"Ucapkan salam selamat ku padanya." Seung-hyun lalu berdiri dan berjalan kearah kamarnya. Dan Seungri hanya mengangguk mengerti. Sementara Hanbin dan Bobby sedang tidur pulas di sofa.
***
"Ayah!!!" Teriak Jae Rim dengan tubuh yang merosot ke lantai dan ponselnya yang terjatuh dari ketinggian telinganya.