"Kau harus mencarinya segera, aku dengar ia sedang berada di Seoul."
"Aku mengerti, aku akan mencarinya dan membawanya untukmu."
"Bagus, aku tidak akan membiarkan ia kabur seperti kakaknya dulu!"
Telepon pun ditutup, mengakhiri perbincangannya dengan seorang pria diseberang sana. Lalu pria berkacamata hitam itu menyeringai puas. "Lihat saja nanti Choi Seung-hyun!!" Batin pria itu sambil terus tertawa.
***
Hari ini Yoona akan pulang sendiri. Mengingat Jiyoung yang sudah pergi ke Gangnam untuk lomba band antar sekolah.
"Bye Yuri, hati-hati dijalan." Yoona melambai pada Yuri yang sudah menaiki mobil bersama sopirnya. Sebenarnya Yuri menawarkan tumpangan untuk Yoona. Namun Yoona menolak karena rumah mereka memang tidak searah.
"Bye Yoona!! Kau juga hati-hati dijalan neee!!!" Teriak Yuri sambil kepalanya keluar dari jendela mobil. Yoona menurunkan lambaiannya saat melihat Yuri sudah tak terlihat lagi. Kemudian ia berjalan menuju halte bus.
***
Seung-hyun saat ini sedang berada di kedai kopi dekat sekolah. Ia ingin sekali minum kopi namun malas jika harus membuatnya dirumah. Ia lalu memutuskan untuk membelinya di kedai kopi, ia pergi sendirian karena Seung-hyun memang sedang ingin sendiri. Kemudian tiba-tiba ponselnya berdering.
Seung-hyun melihat nama yang tertera di layar ponselnya, lalu ia menjawab telepon yang ia tau dari kakaknya ini. "Hallo Hyung." Sudah lama kakaknya tidak menelepon.
"Benar kau sedang berada di Seoul?" Tanya Jae Rim to the point kepada adiknya. "Benar Hyung, ada apa?" Tanya balik Seung-hyun.
"Seminggu lagi aku akan menemuimu di Seoul." Ucap Jae Rim kemudian.
"Bagaimana dengan ayah?" Tanya cemas Seung-hyun kepada Hyung nya ini.
"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku yang akan mengurus semuanya." Jae Rim memang selalu terlihat tenang jika melakukan sesuatu. Walaupun ia tau seberapa besar akibatnya nanti.
"Baiklah Hyung, beritahu aku juga tentang keluarga kita di Seoul, aku ingin sekali bertemu dengan mereka." Pinta Seung-hyun, dan Jae Rim hanya menjawab dengan gumamannya saja. Khas keluarga Choi.
"Baiklah jaga dirimu baik-baik, ingat! Dimana pun itu kita selalu dalam bahaya." Ingat Jae Rim kepada adik tercinta nya ini. Ia sangat menyayangi Seung-hyun. Seung-hyun adalah adik satu-satunya yang dapat ia andalkan selama ini. Pemikiran mereka juga sama. "Aku tutup teleponnya."
"Yaaa... aku mengerti Hyung." Jawab Seung-hyun kemudian yang disusul dengan suara telepon yang sudah terputus.
Seung-hyun terlihat sedang memikirkan sesuatu, tentang hidupnya selama ini. Ia mempunyai segala yang ia inginkan kecuali keluarganya. Ia tak pernah mengenal ibu, Kakek, nenek bahkan paman dan bibinya. Ia hanya mengenal ayah dan kakaknya saja. Ia selalu melakukan apapun sendiri. Ia ingin mencicipi masakan rumah yang dibuat didapur rumah, seperti teman-teman nya. Entah kapan Seung-hyun pernah mencicipi masakan rumah. Namun seingatnya ia tak pernah melakukan hal itu.
Seung-hyun menuju pintu keluar kafe, sepertinya hujan akan turun. Mobilnya masih diparkir di depan minimarket dekat sekolah. Sebelum ke kafe Seung-hyun sempat mampir ke minimarket untuk membeli rokok. Jika tidak merokok kepala Seung-hyun akan terasa pusing dan lidahnya pahit.
***
Hujan deras dengan tiba-tiba mengguyur kota Seoul hari ini. Yoona yang belum sampai di halte bus segera panik dan mencari tempat berteduh. Ia segera berlari kearah pohon kecil diseberang jalan. Namun saat ia berlari, seseorang telah menarik pergelangan tangannya dengan kencang terlebih dahulu.