Masalah vs iFlix vs Menulis
Yups, ketiga alasan diatas yang membuat lambat dalam update. Maaf, penulis sedang stress, tapi tetap berusaha menulis sebisa mungkin, sambil menyelesaikan drama 'Arrow' secara maraton mulai season1-4 sebelum season 5 tayang.
Selamat Membaca ^^
***
Suara dentum musik elektro terdengar nyaring dan menyakitkan di telingaku. Aku menutup sebelah telingaku dan meletakan baki di atas meja bar. Bartender meletakan minuman racikannya di atas bakiku.
"Seperti yang kuduga, Kamu pantas mengenakan pakaian ini. Kaki panjangmu terlihat indah." Suara mengesalkan dengan nada mengejek di belakangku. Aku mendesis mendengarnya dan melirik kesal ketika tangan nakalnya meremas pantatku.
"Kusarankan, kamu menjauhkan tangan kotormu atau aku potong batangmu sampai tak bersisa," geramku pada Karyono yang masih menunjukkan seringaian menjijikannya. Dia menjauhkan tangannya dari pantatku dan mengangkatnya ke udara.
"Wow... kata-katamu tidak pernah mengecewakanku, cantik," godanya yang kini men colek daguku dengan tangannya tadi. Aku menjauhkan kepalaku darinya. "kamu begitu terobsesi dengan milikku sampai ingin memotongnya dan kamu simpan untuk bermain sendiri?"
"Tidak. Aku akan memasukannya ke lubang pantatmu yang masih perawan yang belum pernah merasakan batang menjijikan itu terutama milikmu sendiri."
Tawa kecil lepas dari mulut tipisnya, "Percayalah, pantatku sudah pernah merasakannya. Jika kamu mau aku bisa membantumu memasukan ke pantatmu yang menggemaskan," ucapnya sambil memukul pantatku kali ini.
"Dalam mimpimu, Brengsek!" balasku sambil memukul keras tangannya dan menunjukan kedua jari tengahku padanya. Kekehan lepas begitu saja dari bibirnya sehingga membuat matanya menyipit dan tangannya yang lain memegang perut. Demi tuhan, aku merasa seperti badut jika meladeni orang sinting satu ini yang selalu tertawa setiap ucapanku.
"Cepat berikan minumannya di ruang VIP 2, Leo," perintah Zero sang Bartender, bukan nama asli. Begitu juga denganku, meski nama Leo diambil dari nama asliku. Tapi semua orang yang bekerja disini memiliki nama sendiri selain nama aslinya.
"Layani tamuku dengan baik, gadis pelayan. Berikan senyuman terbaikmu, sebagai pengganti tubuhmu," teriaknya saat aku berjalan menajauhinya. Aku menoleh ke arahnya dengan tatapan marahku.
"Fuck you!"
"Kapanpun kamu mau, gadis pelayan!" balasnya dengan seringaian yang nampak di ujung bibirnya ketika dia menyesap minumannya.
Aku mendesis kesal menjauh darinya. Lelaki berengsek. Lintah darat. Buaya darat. Lelaki yang membuatku memakai pakaian minim super murahan dengan sepatu stitlettos yang membuatku terlihat sepeti jalang. Ditambah lagi dia tidak pernah berhenti memanggilku gadis pelayan. Hanya karena aku tidak mau menggunakan tubuhku untuk membayar hutang dan lebih memilih menggunakan tenagaku untuk bekerja tiada henti untuk membayarnya. Mau bagaimana lagi. Aku wanita berumur 25 tahun dan masih perawan karena aku ingin memberikannya kepada pasangan hidupku seperti yang dilakukan ibuku.
"Ah... aku merindukan sepatu botku," grutuku saat menjejakkan kakiku di anak tangga untuk mencapai lantai atas. Sudah hampir sebulan aku menjadi pelayan, menyajikan minuman keras, memberikan senyuman palsu pada buaya darat dan tidak segan memukul tangan jahil mereka yang selalu mencoba menyentuh tubuhku. Setiap malam aku harus bekerja di bar bawah tanah milik Karyono tanpa gaji dan tanpa liburan. Sedangkan pagi hari aku bekerja sesuai bidangku, meski aku turun pengkat menjadi penjahit di butik kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Breakers ✔
ChickLitQuality: Raw Rate:21+ Status: 27 to 27 Started: 01 September 2016 End: 25 Desember 2016 Bagaimana jika rencana pernikahan yang sempurna, gagal begitu saja karena wanita asing yang mengaku sebagai kekasihnya? Zainal Bramastya - Kepa...