Bab 26: Ciuman Perpisahan

30.8K 2.1K 103
                                    

Warning!?! Cerita semi-dewasa. Harap membaca dengan bijaksana. Buat para pembaca please berikan komentar yang bermanfaat, jangan next nex nek terus jadi nenek...
Minta di sunat satu-satu ya kalian Σ(❛□❛✿).
Well... have a nice reading.
K.S.
ε=ε=ε=ε=ε=ε=(; ̄◇ ̄)

"Selesai!" seruku lantang sambil melepas peralatanku dan mengangkat tinggi kedua tanganku setelah menyelesaikan finishing design yang akan kami kumpulkan untuk lomba.

Alice yang tertidur di atas mejanya langsung terbangun mendengar teriakanku. Dia menguap lebar sambil mengangat tangannya tinggi untuk merenggangkan ototnya.

"Jam berapa ini?"

Aku membalik tubuhku untuk melihat jam dinding uniknya, "baru jam setengah satu pagi."

"Baru ya, kak?!"

"Hehe ... ayolah aku lagi semangat 45. Kita kirim designnya lalu kita istirahat. Besok kita bisa langsung berburu tekstil dan membuat contoh kasarnya."

"Kak Elle terlalu bersemangat. Lagipula kita masih ada seminggu untuk mengirim designnya."

Karena aku butuh pengalihan Alice.

"Sudah kamu kembali ke kamar saja. Biar aku kirim design kita. Karena semakin cepat kita kirim, semakin baik. Besok pagi kita akan berburu dan mulai bekerja," ujarku yang masih bersikukuh.

"Oke oke. Aku mengikutimu kak."

"Itu resiko bekerja sama denganku, Alice." Aku mengedipkan sebelah mataku untuk menggodanya.

Alice hanya bisa melambaikan tangannya dan pergi tidur ke kamarnya. Setelah kepergiannya, aku mengumpulkan semua sketsa gambar pakaian kami dan memindahinya ke komputer. Dari lima puluh sketsa aku menjadikannya satu file. Kuteliti satu-per-satu setiap halaman sketsa. Yakin semua sudah terpindai, kukirim sketsa kami dan mengisi persyaratan yang ada.

Tugas sudah selesai. Kurapikan semua barang-barang yang berantakan, lalu pergi tidur tepat pukul dua pagi. Aku harus bangun lebih awal untuk berburu kain terbaik.

-™-

Alunan musik lembut mengiringiku berdansa dengan seseorang pria. Seseorang yang tak kukenali wajahnya. Karena sekitarku begitu gelap, hanya satu sorot lampu menyorot kami sehingga aku tidak bisa jelas melihat wajahnya. Aku tidak peduli, selama dia menemaniku berdansa dengan lagu yang mendukung.

Lelaki itu meraih pinggulku agar kami berdekatan. Aku memegang pundaknya juga menyandarkan kepalaku pada dada bidangnya yang keras. Sepertinya dia tipe lelaki metroseksual yang gemar menghabiskan waktunya untuk membentuk tubuhnya.

Musik semakin menjadi, dia melepaskan salah satu tangannya lalu memutar tubuhku. Kuikuti arahannya dan berhenti berputar dengan beberapa jarak darinya. Sebelum aku bisa meraih tangannya yang mengulur ke arahku kembali, tubuhku seketika tertarik dalam kegelapan. Dengan terengah-engah sekaligus kaki yang mulai terasa sakit, aku mengikuti seorang tak ku kenal. Masuk ke dalam suatu ruangan kecil, sehingga aku bisa mencium bau tubuh yang aku kenal.

"Siap lelaki itu?" tanya suaranya yang familiar.

"Si-siap kamu?"

Ckleek... lampu di atas kepalaku menyala. Aku mengedipkan mataku berulang kali untuk membiasakan cahaya yang tiba-tiba. Sosok lelaki yang menarikku dalam kegelapan mulai terlihat. Zainal menatap tajam ke arahku dengan tatapan mengerikan.

Wedding Breakers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang