Dia berjalan menuju meja di hadapanku untuk mengambil jarum pentul, lalu kembali ke pakaiannya yang setengah jadi pada boneka manekin, yang terus berulang beberapa kali selama satu jam ini aku duduk di tempatku. Aku menghela napas lelah melihatnya, berdiri dari tempatku dan berjalan menuju manekin untuk melihat lebih dekat.
"Sepertinya kamu perlu menambahkan jarum pentul di bagian ini," ujarku yang menunjuk ke pada lipatan di daerah pinggul manekin.
"Ah ya," ucapnya yang mengambil jarum pentul tambahan yang tadi dia ambil dari atas meja yang berada di bantalan jarum yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kamu sungguh tidak butuh bantuan, Alice?" tanyaku menawarkan diri. Kulingkarkan lenganku pada leher manekin tanpa kepala dan melihatnya yang begitu sibuk dengan pekerjannya.
"Tunggulah lima menit lagi kak Elle, sebentar lagi aku selesai dengan pakaianku," jawabnya yang masih membenahi bagian rok pada pakaiannya tanpa melihatku.
"Dari pertama kali aku masuk kamu memintaku menunggu lima menit dan sekarang sudah lebih dari satu jam. Jadi harus lima menit kali berapa lagi aku menunggu, Alice? Kamu tahu aku bisa membantu menyelesaikan gaun pesta dengan rok mini buatanmu." Aku memberikan senyuman meyakinkan milikku padanya. Karena membuat gaun pesta adalah keahlianku bukan keahliannya. Aku tahu betul itu.
"Fine! Kita selesaikan gaun ini lalu kita berbicara."
Aku tersenyum senang padanya. Sambil sedikit bersenandung aku mengambil beberapa peralatan yang kubutuhkan untuk membantunya menyelesaikan gaun mungilnya. Aku benar-benar merindukan saat-saat seperti ini.
Tiga puluh menit. Waktu paling singkat yang dapat kami habiskan untuk menyelesaikan pola gaun milik Alice. Gaun yang simple namun masih terlihat elegan. Tidak terlihat murahan juga tidak terlalu glamor. Cukup memuaskan.
"Hampir dua jam hanya untuk satu pola gaun," gumam Alice yang berjalan mundur memperhatikan gaun karyanya dengan kedua tangan di pinggul.
"Dengan hasil memuaskan, Alice," pujiku yang kini menepuk pundak mungilnya yang selalu membuatku ingin memeluknya. Ah siapa peduli, aku melingkarkan lenganku pada pundaknya dan memeluknya.
"Kak Elle, bisa berhenti memelukku?" pintanya datar. Aku tertawa pelan dan melepaskannya.
"Ayolah, siapa suruh pundak mungilmu mengingatkanku dengan boneka beruang kecil kesukaanku, dulu."
"Kak Elle berhenti bercanda." Dia mendengus menatap kesal kepadaku, "duduklah ada yang ingin aku tunjukkan."
Aku menaikan pundakku dengan senyum nakal kepadanya. Kuturuti perintahnya dengan duduk kembali ke tempatku tadi, menunggunya yang berjalan ke meja kerjanya mengambil beberapa kertas.
"ANGFDA!" serunya saat menunjukkan sebuah kertas bertuliskan formulir kepadaku, "aku tidak bisa memberikan pekerjaan pada kak Elle, terutama part-time saat weekend. Kantorku libur. Tapi aku ingin menawarkan sebuah kompetisi fashion."
"Kompetisi itu membutuhkan modal yang tidak sedikit, Alice."
"Aku memiliki modal. Kita bisa bekerja sama."
"Bekerja sama? Itu kompetisi individual bukan?"
"Tidak. Tahun ini ANGFDA memberikan syarat khusus. Partner in crime."ucapnya riang sambil menggoyankan tubuhnya ke kanan dan kiri.
"Kamu apakan Aliceku yang lembut? Sejak kapan kamu berubah jadi genit seperti ini?" ujarku menatap tidak percaya dengan sosok di hadapanku yang begitu berbeda dari yang aku kenal.
"Maaf. Pengaruh buruk kak Leo mulai terasa," jelasnya yang menggerakan tubuhnya jijik ketika mengucapkan nama kakak sepupunya.
"Ah ya, tunanganmu yang tampan, seksi dan sosok yang membuat wanita manapun rela melakukan apapun untuk berada disisinya?" Aku melirik genit ke arah Alice yang memutar matanya tidak setuju dengan ucapanku, meski aku berbicara jujur dari lubuk hatiku yang terdalam. Karena mungkin jika aku diberi kesempatan, aku adalah salah satu dari wanita itu, kecuali aku masih memegang perinsipku yang tidak akan menyerahkan tubuhku begitu saja selain suamiku, mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Breakers ✔
ChickLitQuality: Raw Rate:21+ Status: 27 to 27 Started: 01 September 2016 End: 25 Desember 2016 Bagaimana jika rencana pernikahan yang sempurna, gagal begitu saja karena wanita asing yang mengaku sebagai kekasihnya? Zainal Bramastya - Kepa...