Dia berjalan secepat yang dia bisa menaiki anak tangga sambil menggandeng seorang wanita asing yang mencarinya tanpa memandangku sama sekali. Dia mengacuhkanku begitu saja.
Berani sekali dia. Tidak bisa kubiarkan. Dia tidak mempunyai hak apapun untuk mengacuhkanku atau membatalkan apapun.
Kulangkahkan kakiku ke anak tangga mengikutinya yang sudah lama menghilang dari pandanganku. Aku tidak tahu mau kemana dia tapi yang kutahu, aku ingin mengejarnya. Aku harus mengubah pikirannya untuk menghentikan semuanya. Aku tidak akn membiarkannya meninggalkanku.
"Kak Zain."
Aku berhenti pada anak tangga kelima yang kupijak dan memutar tubuhku kebelakng. Zendra dengan rambut pendeknya yang dia tata kesamping, mendengus kesal kepadaku sambil menyilangkan kedua tangan di dadanya.
"Kak Zain jangan meninggalkanku berdua dengan Viola. Aku tidak suka." Dia merajuk sambil memajukan bibirnya seperti anak kecil. Tidak seperti anak kecil. Dia memang paling kecil diantara kami aku-dan-dua-saudara-kembarnya di keluarga.
"Aku tidak meninggalkanmu, Zandra. Aku perlu berbicara dengan seseorang."
"Kak Elle, bukan? Aku benar, tadi itu kak Elle."
"Hum."
"Kak Zain harus mempertegas hubungan kakak dengan kak Elle. Jangan biarkan mom bertindak. Karena tanpa kita semua ketahui, mom selalu cepat mengambil keputusan yang tidak kita duga."
"Apa maksudmu?" tanyaku sambil menuruni tangga mendekat padanya.
"Zandra, Zainal." Viola muncul dengan gaun pestanya yang berwarna berlian. Dia terlihat cantik. Sangat cantik jika dibandingkan dengan Nora. Tapi ada yang berbeda.
"I'm looking for you. Darimana saja kalian?" tanya Viola yang berjalan mendekat ke arah kami berdua dan mengaitkan tangannya pada lenganku. Seakan itu adalah hal alami.
"Tidak darimana-mana. Apa kamu menyukai pamerannya tadi?" tanyaku mengalihkan pembicaran. Aku tidak mai repot menjelaskan tentangku dan Nora padanya, yang baru dua kali aku temui.
"Absolutely. Semua rancangan Harry begitu indah. Aku sampai bingung mau memilih yang mana." Viola menepuk pundakku dan memperat pegangannya sambil tertawa kecil. Tawa yang terdengar membosankan. Berbeda dengan tawa Nora yang lepas tanpa malu.
Dia memang tidak punya malu sama sekali.
"Aku tunggu kalian di dalam." Zendra mengibaskan rambut pendeknya ke belakang dan berjalan pergi memunggungi kami.
"Sepertinya dia tidak menyukaiku. Apa aku berbuat salah?" tanya Viola yang merasa perlakuan Zendra yang terlalu cuek padanya.
"Tidak. Dia memang seperti itu kepada semua orang yang baru dia temui."
Ya. Zendra memang terlalu cuek kepada siapapun apalagi wanita yang dekat denganku. Seakan mereka musuhnya. Berbeda sekali dengan Zondra dan Zendra yang cepat akrab kepada siapapun. Apalagi saat aku memperkenalkan Poeny kepada mereka.
Zendra dan Zondra langsung akrab hanya beberapa jam. Berbeda dengan Zandra yang bahkan sampai saat ini pun tidak menyukai siapapun wanita yang kukenalkan. Apalagi dia selalu berkomentar yang tidak enak didengar padaku.
Namun sikap dinginnya yang selalu terlihat jika di sekitar Poeny tidak nampak sama sekali saat ada Nora. Dia tidak sekali pun memberikan komentar buruk kepada Nora ataupun memberikan tatapan sinis. Mencurigakan sekali. Seperti dia mengenal Nora dan mengidolakannya jika dilihat dari caranya memandang saat makan malam.
Sejak makan malam itu, dimana aku mendengarkan sesuatu kebenaran dari kekacauan hidupku. Dimana aku mengetahui bahwa Poeny ingin meninggalkanku dengan menggunakan Nora. Juga mendengarkan kata-kata Nora yang akan melindungiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Breakers ✔
Chick-LitQuality: Raw Rate:21+ Status: 27 to 27 Started: 01 September 2016 End: 25 Desember 2016 Bagaimana jika rencana pernikahan yang sempurna, gagal begitu saja karena wanita asing yang mengaku sebagai kekasihnya? Zainal Bramastya - Kepa...