Bab 4: Menghancurkan Pernikahan

40.1K 2.4K 37
                                    

"Aku suka orang sepertimu. Mau bekerja denganku?"

Aku berdiri diam di tempatku, di mana kini aku berdiri dalam kegelapan, mendengarkan suara yang sepertinya pernah aku dengar.

"Wow ... Little Ellie yang selalu menjadi faforit semua orang." Suara lain ikut terdengar dan aku kenal pasti nada mengejek ini yang tak lain, RIO, teman sekampusku dulu yang selalu semena-mena. Anak manja yang suka membayar orang lain untuk mengerjakan tugasnya.

"Mau ikut bermain tantangan?" lanjut suaranya tanpa sosoknya.

"Keluar kamu! Aku terima tantangan apapun, tapi keluar dari persembunyianmu!" teriakku pada suaranya.

"ha ha ha..." suara tawa mulai terdengar diiringi sorakan lain yang membuat telingaku kesakitan karena kebisingannya.

"Berhenti tertawa!" teriakku kembali sambil menutup kedua telingaku.

Seorang wanita yang aku kenal kini berdiri di hadapanku dengan seringaian sombongnya yang terlihat jelek di mataku meski dia memiliki paras yang cantik, tapi sampai mati tidak akan pernah aku akui.

"Mau bekerja denganku?"

Aku menjauhkan kedua tangan dari telingaku untuk mendengar dengan jelas perkatannya.

"Lima puluh juta. Aku akan memberikannya untukmu."

Lima puluh juta? Dia pasti bercanda. Tapi, tatapannya tidak terlihat bercanda.

"Apa yang harus aku lakukan?"

"Menghancurkan sebuah pernikahan."

Menghancurkan pernikahan? Dia bercanda. Pasti bercanda.

Aku mendongakan kepalaku menatapnya kembali yang kini berjalan menjauh menuju cahaya remang di depannya. Aku berlari mengejarnya yang semakin jauh ke dalam cahaya.

"TUNGGU!!" Aku berteriak kencang, membuka lebar mataku dan bangkit dari tempatku. Mataku seketika tertutup kembali saat cahaya mentari terasa begitu menyilaukan untukku. Perlahan aku membuka mataku kembali memperhatikan sekitarku, dimana saat ini aku bangun di atas kasur besar yang sepertinya kamar hotel. Tapi ini bukan hotel yang aku sewa bersama Christian. Kamar hotel ini begitu besar.

Aku memegang kepalaku yang terasa begitu sakit dan mencoba mengingat apa yang aku lakukan semalam. Aku mengantar barang dengan Christian, lalu bertemu si anak mami Rio dengan teman sekampus ku dulu, kemudian aku ikut menerima tantangan minum bir. Setelah itu apa yang aku lakukan? Ah, menghitung uang tantangan ku. Lalu ...

"Tasku ... uangku..." aku bangkit dari tempatku dan sibuk mengobrak-abrik seisi kamar asing tempatku untuk mencari tas berhargaku dengan uang hadiah.

Karena berdiri secara tiba-tiba, tubuhku terasa linglung. Aku pun ambruk dengan kepala nyeri tak tertahankan, "sepertinya aku butuh aspirin," rintihku yang memegangi kepalaku.

"Nih, aspirin." Sebuah tangan menyodorkan sebotol kecil obat dengan label aspirin. Aku segera mengambil dua butir aspirin berwarna putih kecil dan langsung menelannya.

"Terima ka-" Aku berhenti saat mendapati wanita jelek yang muncul semalam dan menawarkan uang ketika aku setengah sadar. Peony. Peony Williz. Model ternama di indonesia, mantan designer sepertiku.

"Ini." Peony menyodorkan map hitam ke arahku. Dia langsung membuangnya di depanku yang tidak segera menerima map pemberiannya. Masih terduduk di bawah, aku mengambil dan membuka map file yang di buang Peony padaku.

Wedding Breakers ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang