"Kirika-chan!"
Yuusuke menghampiri Kirika, setelah Rekka dan teman-temannya pergi.
"Hanya terhempas, tidak apa-apa. Daripada itu, sebaiknya kita segera menolong Ryota dan lainnya sebelum orang-orang disini sadar."
Kirika berdiri, lalu berlari menghampiri Ryota yang masih tersungkur di tanah diikuti oleh Yuusuke.
"Ryota! Kau tidak apa-apa?!"
"Ukh... sialan... badanku rasanya seperti remuk."
Yuusuke membantu Ryota berdiri.
"Apa-apaan lelaki itu.. Aduh, badanku..."
Seiji menghampiri Yuusuke sambil memegangi bahunya.
"Homura, kau tidak apa-apa?"
"Hah... hah... hah..."
Homura terengah-engah. Ia masih terduduk lemas di tanah.
"Tidak... hanya sedikit.. pusing..."
Homura mencoba berdiri, dibantu oleh Akira. Yuusuke dan lainnya menghampiri Akira dan Homura.
"Oi, kau tidak apa-apa, kan?"
Tanya Kirika seraya berusaha menutupi muka khawatirnya.
"Ya.."
"Pasti efek pertarungan yang sebelumnya ya? Maaf, seharusnya kau tadi tidak kuikutkan saat melawan Rekka."
"Tidak apa-apa. Sudahlah, sekarang apa? Kembali ke markas?"
"Ya, kita harus melaporkan kejadian ini kepada Tsumire."
***
Markas Adversus Ferox
"Rekka-chan esper? Tentu saja aku tau."
"Hah?! Lalu kenapa kau tidak memberitahu kami?!"
"Tentu saja biar seru, kan."
Tsumire menjawab sambil tersenyum. Parah ini orang ..., batin yang lain.
"Jadi ada yang terluka, ya? Aku sudah menduganya jadi aku sudah memanggil Hiromi-san. Aku hebat, kan? Jadi pujilah aku."
"Jangan bercanda disaat begini. Hiromi-san, tolong ya."
Hiromi tersenyum dan mengangguk. Ia segera menggunakan kekuatannya dan menyembuhkan luka-luka Yuusuke dan yang lainnya.
"Terima kasih, Hiromi-san."
"Ini bukan apa-apa, kok. Karena ... hanya ini yang bisa kulakukan. Aku tidak bisa bertarung, jadi aku hanya bisa men-support kalian."
"Support-mu sangat berguna, Hiromi-san. Terima kasih."
Kata Yuusuke. Tsumire tersenyum dan berkata,
"Kalau begitu, ayo kita makan!"
***
Sementara itu, Rekka ....
"Aah! Menyebalkan, menyebalkan, menyebalkan sekali!"
Rekka menggerutu dengan kesal sambil menghentak-hentakkan kakinya pada lantai markasnya yang keras.
"Maa, sabarlah, Rekka-chan."
Aka berusaha menenangkan Rekka sambil menepuk bahunya. Rekka membalasnya dengan tatapan sinis. Ia menepis tangan Aka.
"Diam! Dasar tidak berguna! Masa melawan bocah seperti itu saja kau tidak bisa, Aka?!"
Aka hanya diam mendengarnya.
"Ao juga! Kenapa kau tidak bisa mengurus bocah berpedang itu?!"
Rekka mendengus kesal dan menendang dinding dengan keras.
"Dan mereka menghancurkan mic kesayanganku ... tidak akan kubiarkan mereka lepas begitu saja! Kiiro! Apa kau tau tempat persembunyian mereka?"
"Maaf, aku tidak bisa melacak mereka."
"Sialan! Sepertinya mereka punya pelindung yang bagus ... bagaimana ... agar aku bisa membalas dendam ...?"
Rekka melirik keluar jendela markasnya. Sebuah panggung yang cukup besar. Ia tersenyum.
"Aku punya ide ... mari kita lakukan sekali lagi!"
Rekka keluar dari markasnya dan naik keatas panggung tersebut. Ia meraih mic yang tergeletak begitu saja dan mulai bernyanyi.
Aku ada disini~
Tetapi kenapa kau tetap tidak menyadariku?
Sadarlah bahwa aku selalu disini, memperhatikanmu~***
Markas Adversus Ferox
"Hei, su-suara ini ...!"
Seru Akira.
"Suara apa, Akira?"
Homura menatap Akira tajam.
"Suara Rekka-chan ...!"
"Benarkah?!"
Seru yang lain terkejut.
"Ya, tak salah lagi!"
"Arahnya?"
Tanya Seiji.
"3 km dari sini."
Jawab Akira.
"Kalau begitu, ayo!"
Seru Ryota.
"Ya ...!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adversus Ferox
FantasyEsper. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang memiliki kemapuan khusus seperti membaca pikiran, menggerakkan benda dengan pikiran dan sejenisnya. Pada tahun 20××, pemerintah mulai menargetkan esper sebagai buronan. Tidak ada yang tahu ke...