Chapter 4: Penangkapan (Part 3)

84 9 0
                                    

Sesampainya di markas.

"Oh, kalian sudah kembali?"

Sambut Tsumire di ruangannya.

"Iya. Pelakunya mafia organ. Dan target selanjutnya adalah kakak Akio, Shizuka."

Jelas Kirika dengan singkat.

"Fufu.. Sudah kuduga.."

Tsumire tersenyum puas.

"Masalah itu kita pikirkan nanti saja! Bisakah kita makan sekarang? Aku lapar sekali!"

Pinta Akira.

"Sebaiknya begitu. Kalian belum sempat makan dari tadi, kan?"

"Benar juga. Kalau begitu ayo ke ruang makan."

Tsumire mengikuti Akira yang sudah terlebih dahulu pergi ke ruang makan.

"Oh iya.., Akagi-san, bisa kau ajak Akio-kun juga? Dari tadi dia mengurung diri di ruang kesehatan."

"Cih, baiklah."

Homura menghentikan langkahnya dan pergi ke ruang kesehatan dahulu. Setelah sampai di depan ruang kesehatan, ia mengetuk pintu.

"Hei, Akio! Jangan terus-terusan mengurung diri di dalam sana. Sekarang waktunya makan."

Tidak ada jawaban.

"Hei, Akio! Kau dengar tidak?!"

Homura mengeraskan suaranya.

"Hei! Cih, sialan."

Homura langsung membuka pintunya. Tidak ada siapa-siapa di dalam sana. Homura mendecih kesal dan dengan cepat pergi ke ruang makan.

"Akio tidak ada!"

Lapor Homura.

"Hah?! Apa maksudmu tidak ada?!"

"Tidak ada ya tidak ada."

"Kau yakin dia tidak berada di toilet?"

"Aku sudah mengeceknya. Tetap saja tidak ada."

Tsumire menghela napas.

"Ini gawat. Sepertinya dia memasang alat penyadap di baju Mizuno-san."

Kata Tsumire.

"Dasar bodoh! Kenapa kau tidak menyadarinya?!"

"Eh?! Jadi ini salahku?!"

"Tentu saja! Sepertinya sekarang otakmu juga ikut rata ya?!"

"Apa katamu?! Dasar kau-!"

"Cukup! Hentikan! Sekarang bukan waktunya bertengkar!"

Lerai Ryota.

"Sepertinya Seiji mendengar semua itu dan mencemaskan kakaknya."

"Jadi apa yang harus kita lakukan?"

Semuanya berpikir keras.

Homura mengehela napas. Ia lalu mengambil sebuah roti melon dan melahapnya.

"Aku akan mengejarnya. Akira, kau juga ikut."

Homura menarik baju Akira keluar ruang makan.

"Eh?! Yang benar saja?! Kita sama sekali belum istirahat sejak merekrut Seiji!!"

Protes Akira.

"Iya! Terlalu berbahaya kalau hanya berdua saja! Kita harus mengatur rencana terlebih dahulu!"

Cegah Ryota.

"Terlalu lama. Kami akan mengejarnya duluan."

Homura dan Akira pergi mendahului Yuusuke dan lainnya. Mereka segera meninggalkan markas dan naik ke atas gedung untuk mengamati kota.

"Akira, kau bisa merasakannya?"

"Ya, cukup jauh. Ikuti aku."

Akira melompati gedung-gedung diikuti oleh Homura.

***

Mereka sampai di sebuah dojo yang cukup besar. Di depannya, terdapat banyak laki-laki dengan jas hitam lengkap dengan senjata tajam.

"40? Bukan, ada 50 orang disana. Akan memakan waktu lama kalau harus membunuhnya satu persatu."

Kata Akira dengan pelan. Mereka sedang mengamati dari atas pohon.

"Aku akan mengurusnya. Tunggulah disini."

Homura lompat ke tengah-tengah kerumunan laki-laki ber-jas. Begitu sadar, mereka langsung mengarahkan senjatanya ke Homura.

"Hei! Siapa kau!? Apa yang kau lakukan disini?!"

Seru salah satu lelaki itu.

Homura mengeluarkan pedangnya dan menancapkannya ke tanah.

"Hei!! Jawab aku!!!"

Seru lelaki itu lagi.

Homura menarik napas dan perlahan menghembuskannya. Tubuhnya mulai mengeluarkan api dan dengan cepat menyebar ke sekitarnya.

"Bakuhatsu..!"

DUAR!!

Api Homura semakin menyebar dan menciptakan sebuah ledakan besar. Semuanya hangus tidak tersisa. Dengan santai, Homura menyarungkan pedangnya kembali dan keluar dari kobaran api.

"Akira! Disini sudah selesai! Keluarlah!"

Seru Homura. Akira lompat ke samping Homura.

"Semuanya habis dalam sekejap. Homura memang hebat~"

"Sudahlah. Ayo cepat kita bawa kembali Akio Seiji."

"Iya-iya. Ayo ikut aku!"

Homura lari mengikuti Akira memasuki dojo. Di dalamnya masih banyak juga lelaki ber-jas yang sedang berjaga. Tapi, Homura dan Akira dapat membunuhnya dengan cepat karena musuh berpencar.

Mereka sampai di sebuah ruangan yang cukup besar. Akira segera membukanya. Di dalamnya terdapat seorang lelaki yang sepertinya cukup susah untuk dikalahkan. Ia memakai jas PPE yang berpangkat cukup tinggi. Walaupun tidak setinggi pangkat Akira dan Homura dulu.

"Wah.., aku tidak menyangka akan bertemu dengan senior Mizuno dan Akagi. Apa kabar?"

Lelaki itu tersenyum santai.

"Cih. Aku juga tidak menyangka akan bertemu dengan junior menyebalkan sepertimu."

"Kuakui, walaupun kau bukan esper. Kemampuanmu dalam menggunakan semua senjata cukup menyusahkanku, Kaemon."

"Terima kasih banyak senior. Kalau begitu, sebelum aku mengantuk sebaiknya kita selesaikan dulu!"

***

Adversus FeroxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang