Prologue

526 34 21
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya. Sinarnya yang masih malu-malu menembus kaca jendela Takagi Yuusuke. Setelah berhasil keluar dari dunia mimpinya, Yuusuke menguap untuk mengalahkan rasa kantuknya. Dengan berat hati, ia bangkit dari tempat tidur. Ia meraih handuk dan mandi untuk mengusir rasa kantuk yang masih saja menghantuinya. Setelah mandi dan memakai seragam sekolah, saatnya mengisi tenaga untuk memulai hari ini dan bersiap-siap berangkat ke sekolah.

"Aku berangkat."

Setelah memastikan rumah sudah terkunci rapat, Yuusuke menelusuri jalan menuju sekolah. Kertas-kertas dengan tulisan 'WANTED' terlihat dimana-mana. Saat ini, pemerintah menargetkan para esper sebagai buronan tanpa alasan jelas. Yuusuke yang sepertinya tidak peduli dengan hal itu, hanya melanjutkan harinya seperti biasa. Sampai akhirnya di malam hari, ia mengalami kejadian yang mengubah kehidupannya.

***

"Uuh, dingin."

Yuusuke mengusap tangannya dan memasukkannya kedalam saku celana sekolahnya. Ia berjalan melewati gang dekat pelabuhan Tokyo, mengambil jalan pintas untuk pulang kembali ke rumahnya.

"Gaaah!!"

Ia mendengar suara jeritan. Bulu kuduknya langsung berdiri. Suaranya berasal dari gang sempit yang tidak jauh dari gang yang sedang dilaluinya. Dengan hati-hati, ia mengintip kedalam gang sempit tersebut.

Bulan purnama bersinar terang, membuatnya dapat melihat dengan jelas di malam yang gelap. Dua orang laki-laki, yang satu berdiri dengan memegang pistol di tangannya, mengarahkan pistol tersebut pada laki-laki yang satunya. Laki-laki yang ditodong dengan pistol tersebut terlihat sangat ketakutan.

Laki-laki tersebut langsung menyerang sang pemilik pistol dengan kekuatan yang tidak mungkin dimiliki manusia biasa. Esper, para buronan yang ditargetkan oleh pemerintah.

"Esper?"

Yuusuke berkata tiba-tiba. Kedua orang itu langsung menengok kearahnya. Dengan cepat, Yuusuke langsung menutup mulutnya dan bersembunyi.

"Siapa itu?"

Suara itu mengejutkan Yuusuke. Ia menahan napasnya, berusaha tidak mengeluarkan suara sekecil apa pun.

"Merepotkan."

Terdengar suara tembakan, memecah keheningan malam. Yuusuke langsung berlari ketakutan.

"Disitu rupanya."

Laki-laki pemegang pistol itu mengejar Yuusuke dengan sangat cepat. Ia mengarahkan pistolnya kepada Yuusuke dan menekan pelatuknya. Tanpa sadar Yuusuke menghindari peluru yang meluncur dengan cepat tersebut dan terus berlari.

Yuusuke berbelok ke kiri. Gawat, jalan buntu. Ia tidak bisa pergi kemana pun. Ia terduduk ketakutan. Ditatapnya mata laki-laki tersebut. Laki-laki itu menatapnya dengan tatapan yang dingin dan tajam. Tangan Yuusuke terus gemetar. Laki-laki tersebut mengacungkan pistolnya pada Yuusuke. Yuusuke menutup matanya, tangan kanannya menutupi kepalanya. Dengan perlahan, laki-laki itu pelatuk pistolnya.

DOR!!

Suara pistol menggema. Yuusuke membuka matanya. Ia baik-baik saja.

Klutuk ...

Peluru terjatuh setelah mengenai tangan Yuusuke. Yuusuke terkejut. Sebuah corak hitam muncul di tangan kanannya.

"Tanda itu, kau ...!"

Laki-laki itu terlihat sangat marah. Ia kembali mengacungkan pistol pada Yuusuke. Tangan Yuusuke bergerak tiba-tiba, menepis peluru yang keluar dari pistol. Yuusuke terkejut melihat tangannya bergerak sendiri.

"Kau ... esper!"

Apa yang dia katakan? Esper? Aku? Yuusuke terkejut mendengar perkataan laki-laki itu.

Grep. Seseorang yang memakai jubah mencengkram kerah seragamnya secara tiba-tiba dan melemparnya. Tubuh Yuusuke melayang di udara. Dengan cepat orang tersebut menebas laki-laki itu dengan tangannya, dan menangkap Yuusuke.

"Kau ... esper ...?"

Yuusuke terkejut melihat pemandangan yang asing baginya. Seorang esper menolongnya? Tidak, apakah esper ini mau membunuhnya?

"Lama tak jumpa, Yuusuke."

Orang tersebut berkata sambil menurunkan Yuusuke. Yuusuke terkejut. Bagaimana dia tau namaku? Pikirnya. Orang itu membuka tudung jubah yang dipakainya.

"R ... Ryota ...?"

Yuusuke tak percaya apa yang dilihatnya. Kakaknya yang menghilang 5 tahun lalu kini berdiri di depannya.

"Kenapa kau disini?"

"Tidak ada waktu untuk itu."

Ryota menarik kerah Yuusuke dan membawanya ke sebuah hutan yang jauh dari kota.

"Hutan?"

"Diam."

Ryota menggeser sebuah papan yang ditutupi rerumputan liar. Sebuah lubang terlihat. Lubang yang sangat dalam.

"Masuklah."

"Eh, masuk? Lubang ini dalam sekali!"

Protes Yuusuke. Ryota menghela napas dan mendorong Yuusuke masuk kedalam lubang, lalu ikut melompat kedalamnya.

"Waah ...!"

BRUK!

Mereka terjatuh di sebuah tempat.

"Tempat apa ini?!"

Yuusuke berteriak melihat ruangan yang menakjubkan. Kau tidak akan menyangka bahwa ini berada di dalam tanah. Dinding, lantai dan atap dilapisi dengan besi yang kuat. Ini lebih terlihat seperti lab yang berada di film-film fiksi.

"Tempat persembunyian kami."

Seorang perempuan cantik datang dan menjawab pertanyaan Yuusuke. Rambutnya hitam panjang dan memakai kacamata. Siapa kakak cantik ini? Pikir Yuusuke.

"Aku telah menunggumu, Yuusuke-kun."

Sang gadis tersenyum manis kepada Yuusuke. Yuusuke dapat merasakan wajahnya memanas dan tersipu.

"Umm ... siapa anda?"

Yuusuke bertanya dengan sopan. Dari tubuhnya, ia lebih tua sekitar 1-2 tahun darinya.

"Namaku Kazanari Tsumire, ketua Adversus Ferox."

"Adversus ... Ferox?"

Yuusuke mengulang ucapan gadis bernama Tsumire itu.

"Aku akan jelaskan nanti. Untuk sekarang, selamat datang di Adversus Ferox, Yuusuke-kun."

***

Adversus FeroxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang