Markas PPE, Tokyo.
Seorang gadis berambut coklat panjang berjalan, diikuti seorang temannya yang bertubuh pendek dan berambut coklat pendek. Mungkin ... anak kecil? Laki-laki. Mereka berjalan menelusuri lorong markas. Orang-orang yang lain membungkuk begitu melihat mereka. Mungkin mereka memiliki jabatan yang tinggi.
Mereka berjalan menuju sebuah ruangan, yang sepertinya ruang atasan mereka. Mereka mengeluarkan sebuah kartu dan memperlihatkannya kearah kamera.
"Ini Ignis dan Genus."
Sang gadis berambut panjang berkata. Pintu terbuka perlahan dan mereka masuk kedalam ruangan.
"Apa kau memanggil kami, bos?"
Kali ini anak kecil itu bertanya dengan logat Kansai yang kental.
"Ya, aku memanggil kalian, Ignis, Genus."
Sang bos menjawab. Ia memutar kursinya menghadap 2 bawahannya tersebut dan tersenyum, lalu melemparkan 2 buah foto kepada mereka, masing-masing 1. Mereka menangkapnya dan melihat foto itu.
"Ada apa dengan anak ini, pak?"
Tanya mereka berbarengan.
"Dia sudah melihat hal yang tabu."
"Lalu, apa yang harus kami ...?"
"Hapus dia."
"Baik, dimengerti."
"Kalian boleh kembali."
"Baik. Permisi."
Mereka membungkuk, lalu keluar dari ruangan tersebut.
"Aah~aku tidak suka dengan bos."
Anak kecil itu mengeluh resah pada sang gadis.
"Jangan bicara seperti itu, Genus. Kau bisa dibunuh."
Kata gadis itu. Anak kecil yang dipanggil Genus tadi cemberut, kesal atas tanggapan sang gadis.
"Apa, sih. Ignis, kau tidak seru. Memangnya sampai kapan kau mau menjadi kelinci percobaan disini?"
Tanya Genus kesal. Ia menendang bongkahan batu kecil yang berada di depan kakinya. Batu tersebut terlempar jauh, bahkan sampai melubangi dinding besi yang kokoh.
"Ah ...."
DUAK!
Ignis memukul kepala Genus dengan kesal.
"Lagi-lagi kau melubangi dinding! Sudah berapa kali kukatakan padamu? Jangan main tendang! Ingat, minggu lalu kau sampai menghancurkan lab 2!"
Kata Ignis. Genus mengusap-usap kepalanya yang sakit karena dipukul Ignis. Genus pun meminta maaf.
"Iya, iya, maaf! Aku tidak sengaja."
Kata Genus.
"Ah, aku lapar. Aku duluan ya."
Lanjutnya. Ia meninggalkan Ignis dan berjalan menuju ruang makan. Pintu terbuka, dan ia masuk kedalamnya. Makanannya sudah disiapkan. 5 tablet dan 3 pil, seperti biasa. Ia menghela napas, dan ditelannya ke-5 tablet itu.
"Ohok! Uhuk, uhuk! Argh!"
Genus terbatuk. Ignis yang baru saja sampai, kaget melihatnya.
"Genus! Ada apa?"
Tanyanya. Genus tak menjawab dan terus terbatuk. Darah mulai keluar dari mulutnya.
"Tung-ini bukan tablet yang biasanya!"
"Bagus sekali kau menyadarinya, Ignis."
Seorang laki-laki datang sambil tersenyum.
"Kopral ... Nanase ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Adversus Ferox
FantasíaEsper. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang memiliki kemapuan khusus seperti membaca pikiran, menggerakkan benda dengan pikiran dan sejenisnya. Pada tahun 20××, pemerintah mulai menargetkan esper sebagai buronan. Tidak ada yang tahu ke...