Chapter 8 : Penyerangan (Part 3)

35 2 0
                                    

Saluran air menuju markas PPE

"Bau."

Yuusuke mengeluh.

"Jangan bicara, Yuusuke."

"Maaf."

Mereka bertiga, Yuusuke, Kirika, dan Seiji, terus mengikuti saluran air dalam bawah tanah yang bau dan pengap.

"Seiji, boleh aku tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Saat Akira melepas sapu tangan pada lengan kirinya ... raut wajahmu berubah. Ada apa?"

Seiji terdiam mendengar pertanyaan Yuusuke. Ia menghela nafasnya.

"... apa kau tau klan Mizuno?"

"Klan Mizuno? Aku tidak pernah mendengarnya. Tapi, Mizuno itu nama marga Akira, kan?"

"Ya ... dan, klan Mizuno adalah ... klan pembunuh terkuat."

"Pe-pembunuh?"

"Kalian tau kan, kalau dojo keluargaku dihancurkan? Yang menghancurkan dojo kami adalah klan Mizuno."

"Tapi, kenapa?"

"Entahlah. Dan apa kalian mau tau hal yang lebih parah? Yang melumpuhkan kakakku ... adalah seorang bocah kecil."

"Jangan bilang ... Akira?"

"Bingo."

Suasana menjadi tegang. Akira adalah anggota klan terkuat? Menghancurkan dojo? Melumpuhkan Shizuka? Pikiran-pikiran negatif mulai bermunculan dalam benak mereka.

"Ryota lama juga, ya?"

"Kuharap dia segera menyusul kita. Dengan Homura, tentunya."

"Ya ... kuharap."

***

"Oh? Ryota-kun, selamat datang!"

Tsumire menyambut Ryota yang kembali dari Kyoto. Ryota mengabaikan sambutan Tsumire dan langsung bertanya,

"Dimana kunci perpustakaan?"

"Untuk apa?"

"Ada yang perlu kupastikan."

Tsumire menghela nafas dan tersenyum. Ia menarik laci mejanya dan meraih sebuah kunci model kuno, dengan gantungan kunci bertuliskan 'Terlarang'.

"Hati-hati. Seluruh buku di perpustakaan sudah diberi jimat oleh dia. Kalau kau sembarangan membukanya ...."

"Aku tau."

Ryota menerima kunci itu dan berbalik, masuk ke dalam lift. Ia menempelkan jempolnya pada bagian samping tombol lantai 4, dan susunan tombol lantai tujuan itu berubah. Tombol-tombol sebelumnya menghilang, digantikan oleh 2 tombol; X dan Y. Ryota menekan Y, lalu memasukkan kunci yang ia dapatkan dari Tsumire tadi. Ia langsung berpegangan, karena lift yang tiba-tiba turun dengan cepat seperti terjatuh.

Ting!

Pintu lift terbuka, dan yang menyambutnya adalah ruangan gelap tanpa sedikitpun cahaya. Ryota menjentikkan jarinya, dan dalam sekejap ruangan gelap gulita itu menjadi terang benderang.

Terdapat banyak sekali rak-rak buku yang dipenuhi oleh berbagai buku tebal. Ryota melangkah menuju rak kedua dari belakang, dan meraih buku tebal berjudul 'KLAN'. Ryota membuka sampul buku itu, tetapi buku tersebut tidak mau terbuka.

"Sial."

Ryota mengumpat. Ia mengeluarkan selembar kertas berwarna kuning dari saku celananya. Jimat?

Adversus FeroxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang