Chapter 8: Penyerangan (Part 4)

28 1 0
                                    

"Ini perintah. Pasukan 1 dan 2, hadang musuh di basement. Pasukan 3, 5, dan 8, tunggu musuh di lantai 26. Pasukan 4, 7, 9, dan 10, hadang lift sisi barat. Jangan biarkan mereka melewati kalian!"

Homura memberikan perintah pada para pasukan bawahannya, sambil terus memulihkan seluruh CCTV yang rusak dan memasang jebakan.

***

Basement timur, Kirika.

"Berhenti disana!"

Pemimpin pasukan berseru sambil mengarahkan yang lainnya untuk membidik Kirika.

Mereka udah selesai mempersiapkan pasukan? Cepat sekali. Siapa yang memimpin mereka ...? Siapapun itu ... dia pasti sangat cerdik.

"Kalau tidak mau?"

Pemimpin pasukan mengangkat tangan kanannya keatas, lalu mengayunkannya kebawah, sebagai tanda untuk menembak. Para bawahannya langsung menembak kearah Kirika.

"AAAAAAAAAA!!!"

Semuanya langsung berhenti menembak, memegangi telinga mereka yang kesakitan. Teriakan Kirika itu menahan peluru yang ditembakkan dan hampir menghancurkan gendang telinga mereka.

Kirika mengeluarkan pistol yang ia sembunyikan di bagian belakang bajunya dan menembak seluruh orang.

"Apa?!"

Pemimpin pasukan itu terkejut melihat Kirika tiba-tiba berada di belakangnya, mengacungkan pistol padanya. Ia langsung menarik pistol dan membidik Kirika. Kirika tiba-tiba berteriak kencang, membuat pemimpin pasukan itu kaget dan menjatuhkan pistolnya. Tak melewatkan kesempatan itu, Kirika langsung menembaknya.

Kirika menyarungkan kembali pistolnya, lalu melihat sekeliling. Sudah tidak ada lagi?

Kirika melangkah, dan ia menemukan walkie-talkie yang berada di kakinya. Sepertinya itu milik pemimpin pasukan tadi. Kirika meraihnya, lalu berkata,

"Hey. Kau yang memimpin mereka, kan? Siapa kau?"

Sementara itu, Homura yang memegang alat walkie-talkie itu menghela nafasnya. Ia memejamkan matanya, membulatkan tekadnya untuk menjawab pertanyaan Kirika.

"Ini aku."

Mata Kirika membulat begitu mendengar suara yang menjawab pertanyaannya. Suara yang sangat mirip dengan orang yang dikenalnya.

"Suara ini ... jangan bilang, Homura?"

"Ya, ini aku, Homura. Tapi sekarang aku sudah bukan Homura, aku Marcia."

"Jangan bercanda! Apa-apaan ini? Kau membuat lelucon? Ini tidak lucu!"

"Aku tidak sedang membuat lelucon. Sepertinya Ryota belum mengatakannya pada kalian? Aku berhenti. Aku keluar dari Adversus Ferox."

"Kau pikir kami akan membiarkanmu pergi begitu saja?"

"Terserah apa katamu. Dan kurasa kau sudah tau perbedaan kekuatan kita, kan?"

"Hee ... percaya diri sekali. Aku diremehkan, ya?"

"Aku tidak meremehkanmu. Aku hanya bicara kebenaran."

"Begitu? Kalau begitu, akan kubuktikan padamu, kekuatanku. Tunggu dan duduk manis disana, Marcia."

"Akan kutunggu, kalau kau bisa kesini dengan selamat."

Kirika mendecih kesal, membanting walkie-talkie tersebut dan menginjaknya berkali-kali. Ia menenangkan dirinya yang sedikit emosi, lalu menghubungi Tsumire.

"Tsumire? Homura berkhianat."

***

Basement barat, Yuusuke dan Seiji.

Adversus FeroxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang