Penginapan Ichidai.
"Ini penginapan atau hotel bintang 5?"
Tanya Kirika heran.
"Penginapan ini.. sederhana tapi modern!"
Cetus Yuusuke dengan percaya diri.
"...maunya apa?"
".... pokoknya begitulah!"
"Sudahlah, ayo kita masuk."
Ryota memasuki penginapan, lalu langsung memesan kamar yang sudah disiapkan oleh Tsumire. Yuusuke, Kirika, dan Seiji melihat-lihat dalam penginapan sembari menunggu Ryota. Mereka berhenti di depan onsen, pemandian air panas.
"Ukh... sepertinya enak sekali di dalam sana.."
"Sial! Gaya gravitasi di sini kuat sekali!"
"Sudahlah, ayo kita kembali."
Pas sekali, Ryota baru saja selesai saat mereka kembali.
"Kita mendapat dua kamar, bisa diakses dari dalam. Satu untuk Kirika, satunya lagi untuk kita bertiga. Jadi Kirika bisa dengan mudah masuk ke kamar kita kalau ada masalah."
Jelas Ryota.
"Sekedar info, yang berani-beraninya memasuki kamarku tanpa izin akan kuberikan tiket ke neraka."
Ancam Kirika.
"Y-ya..."
Yuusuke dan lainnya pergi ke kamar mereka untuk meletakkan barang-barang.
"Sudah kan? Kalau begitu ayo cepat mencari informasi!"
"Iya.. iya.."
"Kau ingin sekali cepat-cepat bersantai."
"Diam kau."
Kirika terlebih dahulu keluar dari penginapan, diikuti oleh Yuusuke dan lainnya.
"Aku ke arah sana ya."
Kirika langsung belok kiri, memasuki salah satu gang kecil.
"Ya, sebaiknya kita berpencar saja."
Seiji pergi meninggalkan Yuusuke dan Ryota.
"Ya, kau juga. Segera beri tahu yang lain kalau ada masalah, ya."
Kata Ryota seraya melambaikan tangannya. Ia berpencar juga, meninggalkan Yuusuke.
"Hmm... mungkin kutanyakan pada penduduk sekitar sini dahulu."
Yuusuke menelusuri jalan sekitar penginapan, mencari penduduk yang mungkin bisa ditanyakan. Tidak banyak penduduk yang masih jalan-jalan di luar karena matahari baru saja terbenam.
"Ah, itu dia."
Yuusuke menghampiri seorang perempuan yang sedang menggandeng kedua anaknya.
"Um, permisi. Saya ingin bertanya sedikit, apakah anda pernah mendengar tentang pembunuh belakangan ini?"
Wajah perempuan itu memucat.
"Tidak tahu! Jangan tanyakan pada saya!"
Perempuan itu langsung berlari bersama kedua anaknya meninggalkan Yuusuke. Yuusuke hanya bisa melihat punggung perempuan itu semakin menjauh sembari bertanya-tanya di dalam hati. Ia akhirnya memutuskan untuk mencari kembali.
"Huft... kok sepi sekali, ya?"
Yuusuke telah menusuri jalan itu lumayan lama, tapi ia belum melihat orang sama sekali.
"Ah, itu dia-- ah gawat..."
***
Yuusuke memang berhasil menemukan orang untuk ditanyakan. Lebih tepatnya sih--preman yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Mau tidak mau, merekalah satu-satunya orang di sekitar sini.
"Um.... maaf... permisi... Boleh saya tanya sesuatu..?"
Tanya Yuusuke dengan hati-hati. Preman-preman itu memperhatikan yuusuke dengan tajam.
"HAAH!? Apa!? Mau cari gara-gara, hah!??"
Seru seorang preman dengan rokok di mulutnya.
"Ah.. bukan... maafkan saya... Saya hanya ingin bertanya tentang pembunuh yang belakangan ini muncul.. apa kalian tahu sesuatu?"
Preman-preman itu terkejut, lalu mulai tertawa keras. Salah satu dari mereka yang terlihat seperti pemimpinnya mendekati Yuusuke.
"Kau... anak SMA ya? Jarang sekali ada yang menyakan hal itu..."
Preman itu terlihat tertarik. Yuusuke yang merasa tertekan terus mundur sampai punggungnya menyentuh tembok.
"Dengar ya... Jangan cari gara-gara dengan para pembunuh itu. Mereka akan langsung membunuh semua saksi mata dan orang-orang yang membicarakan mereka, seperti kita."
Yuusuke menelan ludah.
"Lalu... apa lagi yang kalian tahu?"
"Hee... kau tidak takut?"
"Silakan beri tahu aku semuanya."
Preman itu tersenyum.
"Sebenarnya kami juga tidak tahu sih... Seperti yang tadi kubilang, mereka membunuh semua saksi mata. Kami hanya tahu dari gosip-gosip yang beredar belakangan ini."
"Mereka hanya berdua, keduanya cowok. Yang satu menggunakan katana, dan yang satunya lagi menggunakan tangan kosong. Dan katanya, mereka berdua esper yang sangat kuat. Sepertinya itu saja yang kami tahu..."
"Baiklah, terima kasih."
Yuusuke hendak pergi meninggalkan para preman itu.
"Hei, kau! Tunggu sebentar!"
Yuusuke menghentikan langkahnya.
"Aku baru saja mendengar ini. Tapi.. ada yang bilang, mereka adalah anggota PPE..."
"Hah?!"
"Ya.. katanya mereka memakai seragam P--"
"Tidak baik membicarakan orang lain lho~"
KREK!
Tiba-tiba muncul seorang lelaki dengan sebuah hoodie panjang yang menutupi wajahnya. Ia mematahkan leher preman tadi dari belakang.
"Hei--"
Preman-preman itu terkejut melihat teman mereka yang sudah terkapar lemas di tanah dengan kepala yang memutar ke belakang.
"AAAAAKKKKHHH!"
Mereka berteriak histeris.
"Hei-hei, santai saja kali. Berisik sekali kalian."
Kata lelaki misterius itu.
"Kau! Kau membunuhnya!!!"
"Ya.. memang benar! Selanjutnya kalian!"
Preman-preman itu hendak kabur--telat, lelaki misterius tadi langsung membunuh mereka semua dengan tangan kosong, menyisakan Yuusuke seorang diri.
"Hmm... sisanya tinggal kau sendiri ya..?"
Lelaki itu menatap Yuusuke. Yuusuke yang masih terkejut, hanya bisa diam.
"Yuusuke!!"
Ryota berteriak dari kejauhan. Ia sedang berlari menghampiri Yuusuke, disusul dengan Kirika danźdi belakangnya.
Yuusuke tersadar. Ia mengendalikan sebuah besi untuk menyerang lelaki itu.
"Ups!"
Tentu saja lelaki itu dapat menghindar dengan mudah. Ia mendekati Yuusuke.
"Berhenti!"
Ryota menggerakkan debu menjadi sebuah tameng untuk Yuusuke. Kirika meneriakkan gelombang suaranya ke arah lelaki itu.
"Hee, kalian esper? Ini akan menjadi sangat menarik!"
Lelaki itu membuka kupluk yang menutupi wajahnya, lalu tersenyum.
"Wajah itu! Kau... Akira?!!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Adversus Ferox
FantasyEsper. Singkatnya, mereka adalah orang-orang yang memiliki kemapuan khusus seperti membaca pikiran, menggerakkan benda dengan pikiran dan sejenisnya. Pada tahun 20××, pemerintah mulai menargetkan esper sebagai buronan. Tidak ada yang tahu ke...