Part 1 - Back to reality (2014)

630 36 0
                                    

London, 21 Desember 2014

Dee melirik kearah jam yang menggantung pada dinding apartmentnya. Pukul 10.15 pagi, membuatnya sedikit bergegas.

Kini gadis itu mengintip keluar jendela kamarnya, tanggal 21 Desember di london kali ini sedang berlangsung musim dingin, salju yang turun dengan lebat membuat suhu udara kota london mencapai 7 derajat celcius, pagi ini matahari terbit pukul 8, lebih lambat dari hari biasanya, dan terbenam pukul 4 sore, 2 jam lebih cepat dari Jakarta.

Dee membuang nafas beratnya, suhu udara kota london yang sangat dingin membuat dadanya terasa sesak, gadis itu meraih syal berwarna abu-abu, mengambil sepasang sarung tangan dan kaos kaki dari laci meja putih yang berada disebelah single bed miliknya, lalu memakai mantel berwarna navy yang sejak tadi ia letakkan diatas kasur.

Dee menyalakan ponselnya, membuat benda itu memunculkan fotonya bersama ke 4 sahabatnya. Lalu gadis itu melirik lagi kearah jam dinding, pukul 10.30, membuatnya bergerak lebih cepat.

Gadis itu beranjak keluar dari kamar, lalu menarik koper ungu bertuliskan nama Leulanni Deandra dan membawanya keluar apartment.

"Stop disini aja pak, makasih"
Katanya setelah memberikan beberapa lembar uang pada supir taksi yang dinaikinya.
Dee bergegas turun dari taksi yang membawanya pada sebuah bangunan besar bertuliskan "HEATHROW INTERNATIONAL AIRPORT".

Lagi lagi gadis itu membuang nafasnya, kali ini nafasnya benar-benar terasa berat, bahkan rasanya kini dadanya benar-benar terasa sangat sesak, langkah kakinya juga terasa berat, bukan karena terlalu dingin ataupun karna sepatu boots yang dikenakannya cukup besar, tapi karna beban yang menguasai pikirannya saat ini.

Sejujurnya ia masih tidak begitu yakin dengan apa yang akan ia lakukan sekarang, sejak kepergiannya ke london 4 tahun lalu, tak pernah sedikitpun terpikirkan olehnya untuk Kembali ke Jakarta, kalau bukan karena e-mail dari Clarissa 1 bulan lalu, ia tak akan mungkin melakukan hal ini.

Clarissa adalah sahabat baiknya, Dee tak mungkin tega untuk tidak menghadiri pernikahan sahabatnya itu hanya karna mementingkan ego dan luka lamanya di masa lalu.
Meski terasa berat namun Dee tetap melanjutkan langkah kakinya, menelusuri bangunan tinggi yang di desain sangat detail sehingga terlihat sangat megah dan indah.

Dee melirik ke arah jam tangan yang terpasang di tangan kirinya. Pukul 11.10, masih kurang 20 menit dari jadwal keberangkatan pesawatnya, akhirnya gadis itu memilih untuk menunggu pada ruang tunggu yang telah di sediakan sebagai fasilitas bandara.

Dee mengeluarkan ponsel dari sling bagnya, menekan beberapa digit password lalu membuka grup chatting yang ia buat Bersama sahabat-sahabatnya, baginya,Alioth, Sheraphine, Clarissa, dan Gensa adalah orang-orang paling berarti dalam hidupnya, mereka selalu ada kapanpun, bahkan di saat-saat tersulit sekalipun hanya mereka lah yang memperdulikan perasaannya.

Me : Hi guys, long time no see, gimana kabar kalian? :)

Sudah 4 tahun sejak kepergiannya ke london, Dee tak pernah sekalipun memunculkan dirinya di grup, ia hanya membaca percakapan para sahabatnya itu tanpa membalas satu patah kata pun, dari percakapan-percakapan itu lah ia tau Banyak hal yang telah ia lewatkan selama ini, mulai dari Alioth yang sekarang melanjutkan kuliahnya di Jepang, Shera yang sekarang tinggal bersama orang tua nya di jogja, Gensa yang tiga bulan lalu lamaran, sampe Clarissa yang minggu depan akan menikah, ia melewatkan semua hal itu.
2 tahun yang lalu grup itu masing sangat aktif
Tapi belakangan ini tidak begitu banyak percakapan yang terjalin disana.

Dee meraih ponselnya begitu merasakan benda itu bergetar.

Shera : Dee? Ini beneran Deandra?

Gensa : hah demi apa beneran dee?

Alioth : Dee, kemana aja? We miss u so much!!!!

Me : Hi guys, iya ini beneran aku, aku juga kangen banget sama kalian :'(

Shera : yaampun dee, kemana aja? Kok nggak ada kabar?

Me : hi sher, gue sekarang lagi di london, kuliah.

Gensa : hah di London? Jauh banget, tapi baik-baik aja kan? Kita khawatir banget dee, lo nggak ngasih kita kabar sama sekali

Dee : iya sorry ya, gue minta maaf banget sama kalian gue ngilang gitu aja nggak ada kabar, tapi gue baik-baik aja kok.

Alioth : OMG dee, gue seneng banget lo akhirnya muncul lagi, ini sih super duper long time no see namanya

Shera : Dee, lo udah tau kalo lala mau nikah minggu depan?

Dee : udah kok, lala udah ngirim undangannya lewat e-mail

Gensa : trus lo dateng?

Alioth : dateng kan dee? Dateng dong please, gue aja rela jauh-jauh dari jepang demi ketemu kalian

Gensa : dee?

Me : iya, ini gue lagi di Bandara, lagi nunggu pesawatnya.

Alioth : seriously?

Me : iya oth serius.

Alioth : ih sumpah seneng banget!!!

Gensa : akhirnyaaa setelah sekian lama kita bisa kumpul full team!

Shera : pokoknya kali ini kita bener-bener harus liburan bareng, secara kan kapan lagi kita bisa ngumpul semua

Alioth : yah lala nggak ikut dong? Ya masa suaminya ditinggalin demi kita?

Gensa : hahhaaha bener juga

Me : oh iya, ngomong-ngomong lala mana? Kok nggak muncul?

Shera : yah dia boro-boro bales chat, di telpon aja nggak diangkat dee, dia lagi sibuk banget ngurusin acara pernikahannya kayaknya

Gensa : kalo dipikir-pikir lucu juga ya, akhirnya lala jadi juga nikah sama dia, padahal dulu kan ngejar-ngejar Lala banget tapi ditolak mentah-mentah

Alioth : itu yang dinamakan cinta

Shera : mulai deh, kalo bahas soal cinta, si pakar cinta alaynya keluar

Alioth : susah emang ngomong sama orang yang nggak pernah ngerasain cinta

Me : mm.. Guys, pesawat gue udah mau berangkat nih, udahan dulu ya chat nya, see u, bye.

Dee mematikan ponselnya, lalu memasukkannya kedalam sling bag, sejujurnya jadwal keberangkat pesawatnya masih 5 menit lagi, namun entah kenapa ia lebih memilih untuk menghentikan obrolan daripada harus melanjutkan topik itu.

Cinta..
Hatinya sudah mati rasa untuk merasakan itu.

Dee segera bangkit dari tempat duduknya begitu pusat informasi memberitahukan pesawat yang akan ditumpanginya telah tiba di Bandara, gadis itu menarik kopernya, membuat langkahnya semakin terasa berat, ia tak dapat memikirkan apapun sekarang, yang ia tau sekarang dalam beberapa jam lagi ia akan berada di Jakarta, ditempat yang paling tidak ingin ia datangi lagi.

Goodbye HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang