Part 26 - Hi sunrise!

150 4 3
                                    

Dee

I love you?

Bahkan gue nggak mampu meski hanya sekedar membalas kata 'I love you too', wajah gue terlalu merah untuk bertatapan dengan kak Dave.

Gue menyandarkan tubuh gue pada pintu kamar hotel, bibir gue rasanya nggak bisa berhenti senyum-senyum, hari ini hari terbaik dalam hidup gue.

oh jadi gini rasanya orang jatuh cinta?, rasanya gue pengen hari-hari gue seperti ini terus.

Gue bergegas membaringkan tubuh gue diatas ranjang berlapiskan kain putih yang entah kenapa rasanya nyaman banget, gue mengeluarkan ponsel dari saku celana, membuka galeri foto sebelum akhirnya mencari foto kak Dave yang tersembunyi diantara ratusan foto lainnya.

Nah ini dia fotonya.
Gue nggak bisa berhenti memandangi wajah laki-laki itu, padahal kita baru beberapa menit yang lalu berpisah, tapi sekarang rasanya gue kangen banget sama dia.

Kak.. Kok ngangenin sih?

Geli ya?? Oke gue tau sih ini lebay banget, tapi percaya deh kalian bakal ngalamin hal yang sama dengan yang gue alamin sekarang ini ketika nantinya kalian jatuh cinta.

Gue mencium wajah kak Dave yang berada pada layar ponsel, baru setelah itu memeluknya.

lalu setelah itu gue mengatur Alarm pada pukul 4.00 sebelum akhirnya terkalahkan oleh rasa lelah dan kantuk.

•••

Kringg!!!!
Gue melirik kearah ponsel gue yang entah sejak kapan berdering, gue meraih benda itu.

Pukul 4.00. gue bergegas bangun dan beranjak menuju kamar mandi.

Gue udah nggak sabar untuk menjelajah jogja bareng kak Dave.

Begitu selesai mandi gue meraih sebuah jeans 3/4, dan sebuah baju berwarna kream tanpa lengan.

Kali ini gue memutuskan untuk mengepang kelabang rambut gue, lalu memadukan pakaian dengan sebuah sneaker.

Gue memasukkan ponsel, dompet dan beberapa peralatan lainnya ke dalam sling bag, lalu menyemprotkan parfum beberapa kali sebelum akhirnya bergegas untuk meninggalkan kamar.

"Pagi!" Teriak kak Dave begitu pintu kamar hotel gue berhasil terbuka.

"Ahhh!!" Teriak gue yang seketika melompat. Kali ini gue bener-bener terkejut melihat kehadiran kak Dave di depan pintu kamar gue.

"Kalo udah ada disini dari tadi kenapa nggak ketuk pintu? Aku kan kaget kak"

Kak dave mengerutkan keningnya "aku baru aja nyampe dan baru aja mau ketuk pintu, tapi kamunya udah keburu keluar" jawabnya.

Gue mengelus dada gue berkali-kali, hampir aja gue kena serangan jantung.

"Sorry" jawabnya lirih

Gue mengangguk pelan.

"Udah siap? Yaudah yuk, udah jam setengah lima nih" katanya.

Gue mengangguk lagi.

Kak Dave meraih tangan gue lagi sebelum pergi.

"Kak?"

"Hem.."

"Kenapa sih harus selalu gandengan tangan?"

Kak Dave menghentikan langkahnya sebelum akhirnya menoleh kearahku. "Aku ingin selalu menggenggam tanganmu, karena aku ingin kau selalu berada di sisiku, bukan dibelakangku"

Kak Dave melanjutkan langkahnya, sementara gue, hanya bisa membalas genggaman tangannya.

Jika suatu hari nanti kita berpisah, setidaknya gue tau satu hal yang akan gue rindukan dari kak Dave, genggaman tangan hangatnya. Gue akan selalu merindukan itu, karena ketika berada dalam genggaman itu gue selalu merasa nyaman.

Kak Dave menuntun gue kearah mobil, serperti biasa laki-laki itu membukakan pintu mobil untukku sebelum akhirnya berlari-lari kecil kearah tempat duduknya dan melajukan mobilnya.

"Kak niat banget sepagi ini kita mau kemana sih?"

"Kali biru" jawab kak Dave tanpa memalingkan pandangannya dari jalan.

"Kita mau ke kali? Yah kok nggak bilang sih? Tau gitu kan aku nggak pake celana jeans"

Kak Dave tersenyum usil "yaudah nggak apa-apa justru malah seru main di kali pakai celana jeans" godanya.

Gue memukul lengannya pelan.

Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam akhirnya sampai juga gue di wisata alam kali biru.

Gue melirik kearah jam tangan, waktu menunjukkan pukul 5:20, sebentar lagi matahari akan terbit, gue dan kak Dave bergegas memasukki kali biru.

Gue menyebarkan pandangan gue kearah jejeran pepohonan yang terlihat sangat indah dari ketinggian gue sekarang.

Mana kali nya?

"Kak mana kali nya?"

Kak Dave terkekeh "kamu baru bisa melihat kali birunya ketika berada diatas sana" Kak Dave menunjuk kearah sebuah pohon dengan tangga yang mengarah ke sebuah tongkrongan diatasnya.

Gue dan kak Dave akhirnya naik dan duduk disana, kayaknya semuanya bisa dilihat dari sini.

Dari tempat duduk gue dan kak Dave sekarang, gue bisa lihat indahnya matahari yang masih malu-malu buat munculin sinarnya.

"Kak Davinne.." bisik gue lirih.

Kak Dave menoleh kearah gue. "Ya?"

"Makasih ya, buat semuanya"

"Makasih buat apa?"

Kali ini gue balik menoleh kearah kak Dave. "Buat semuanya.., buat semua hal yang udah kak Dave kasih untuk aku, buat liburan ke jogjanya, dan buat...

"Buat apa?" Tanya kak Dave yang nggak sabar nunggu kelanjutan kalimatnya.

"Buat... cinta yang udah kak Dave kasih untuk aku" jawab gue dengan senyum terbaik yang bisa gue kasih.

Kali ini kak Dave membalasnya dengan senyum sumringah. "Emang itu kan yang seharusnya seorang kakak kasih untuk adiknya?" Jawab kak Dave dengan senyum usilnya.

Membuat senyum terbaik gue hilang gitu aja.

Ih dia tuh serius gak sih suka sama gue? Apa gue salah sangka?

Sikap kak Dave bener-bener susah ditebak

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Goodbye HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang