Part 19 - Day 6(at hospital)

88 9 0
                                    

Davinne

Aku berusaha mengejar laki-laki yang aku dan Dee curigai mirip Daniel itu hingga ke parkiran, tapi begitu sampai parkiran laki-laki itu seketika menghilang, dan aku nggak tau laki-laki itu pergi kemana.

Aku yakin banget itu Daniel, karna di jaket yang dia pakai ada logo team basket SMA Dee, sebenernya aku nggak heran sih Daniel datang kesini diam-diam, mungkin dia cuma pengen mastiin keaadan Dee baik-baik aja, tapi karna aku nggak ngizinin dia dateng buat jenguk Dee makannya dia hari ini dateng diam-diam kayak gitu.

Aku menghentikan langkahku begitu kehilangan jejak laki-laki itu dari pandanganku.
Lalu aku memutuskan untuk kembali ketempat dimana aku meninggalkan Dee tadi.

Gadis itu sedang duduk sendiri dengan pandangan yang fokus ke layar ponselnya sekarang, aku bergegas menghampirinya.

"Dee?"

"Eh kak, gimana? Udah tau laki-laki tadi itu siapa?" Tanya Dee.

"Dia kabur, aku kehilangan jejak dia"

"Oh yaudah kita balik aja yuk ke kamar" ajak Dee.

"Loh kenapa? Disini kan suasananya enak"

Dee menunjukkan layar ponselnya kearahku.
"Ini tadi baru aja Lala telpon katanya lagi di kamar sama Tama sekarang" jawab Dee.

Aku mengangguk lalu bergegas mengantar Dee ke kamarnya.

Dee

Kasian kak Dave, gara-gara ngejar cowok nggak jelas tadi dia jadi ngos-ngosan banget, belum lagi harus dorong kursi roda gue sampai lantai 8, ya maskipun naik lift tapi kan tetep aja pasti kak Dave capek.

Sesuai jadwal yang udah dibikin sahabat-sahabat gue sih seharusnya hari ini gue belajar kimia sama biologi.

Tadi pas di kaferia, Lala nelpon gue, katanya dia sama Tama udah ada di kamar inap gue, jadi gue mutusin buat buru-buru balik ke kamar.

Kak Dave mendorong kursi roda gue kearah pintu Lift yang sedang terbuka, lalu menekan angka 8 begitu memastikan pintu liftnya tertutup.

Lagi-lagi cuma ada gue dan kak Dave di dalam Lift.

"Kak.." Gue mendongakkan kepala kearah kak Dave.

Laki-laki itu menundukkan kepalanya, membuat tatapan metanya bertemu dengan tatapan mata gue.

"Ya?"

"Kalo aku udah sembuh, ajakin aku jalan-jalan ya"

Kak Dave mengerutkan keningnya "Kenapa emangnya?"

"Dirawat lumayan lama di rumah sakit kayaknya bikin aku sedikit depresi deh kak, aku butuh liburan kayaknya" jawab gue akhirnya.

Kak Dave mengangguk "nanti kakak pikirin ya" jawab kak Dave melemparkan senyum, lalu mengembalikan pandangannya ke depan begitu menyadari pintu liftnya telah terbuka.

Kak Dave mendorong kursi roda gue menelusuri lorong kamar rumah sakit, lalu memberhentikan dorongannya pada sebuah pintu kamar inap bernomor 21 dengan tulisan nama "Nn. Deandra Leu"

Begitu masuk kamar gue bisa liat Lala dan Tama yang duduk lumayan berjauhan, Tama duduk di sofa panjang di ruang tamu, sedangkan lala duduk di kursi di deket kasur gue.

"Aduh Dee, kemana aja sih? Gue sama Tama udah nungguin lo lumayan lama loh" gerutu Lala begitu menyadari kehadiran gue dan kak Dave.

"Iyakan tam?" Tanya Lala lagi kepada Tama.

Tama tersenyum manis "Gak apa-apa kok La, asal nunggunya sama kamu lama juga nggak apa-apa" jawab Tama yang membuat Lala melototinya.

Gue selalu nggak bisa buat nggak ketawa ngeliat tingkah lucu mereka berdua.

Gila ya, jaman sekarang masih ada aja cowok berhati tulus kayak Tama, gue nggak tau kenapa Lala nggak bisa nerima cintanya Tama, padahal Jelas-jelas sikap Tama keliatan banget suka sama Lala.

Kalo diliat-liat Tama ganteng juga kok, kulitnya putih bersih, badanya juga tinggi, Tama juga suka basket, tapi dia bukan anak basket, waktu itu pas gue tanya kenapa dia suka Basket, dia jawab itu cuma salah satu usahanya buat menambah tinggi badanya doang, soalnya rencananya dia mau masuk akademi militer nanti setelah lulus dari SMA.

Kalo masalah materi, Keluarga Tama nggak kalah berkecukupan nya kok sama keluarga Lala, meskipun Lala terkenal sebagai pewaris D'Harris Hotel, tapi Orang tua Tama juga seorang Duta besar Indonesia di Jerman yang nggak kalah suksesnya.

Jadi gue pikir mereka tuh sebenernya serasi banget, tapi kalo gue bilang gitu ke Lala, dia selalu marah.
Lala juga selalu jawab "Tama tuh bukan tipe gue Dee!!"

Yaudahlah terserah mereka maunya gimana, tapi yang jelas gue beruntung banget punya sahabat kayak mereka, selalu ada kapanpun disaat gue lagi susah, sedih, maupun senang.

Gue cuma berharap selamanya kita bisa solid kayak gini terus, sampai mati kalo bisa.

"Siang semuanya"

Gue, Lala, Tama dan kak Dave menoleh kearah pintu, mendapati Alioth dan Dzimar yang baru saja datang.

Ini gak tau perasaan gue aja atau gimana, tapi yang jelas belakangan ini gue sering banget liat Alioth dan Dzimar jenguk gue berduaan, dari cara mereka ngobrol juga gue bisa liat kalo ada sesuatu yang mereka sembunyiin tapi gue nggak tau itu apa.

Goodbye HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang