Part 8 - white rose

105 9 0
                                    

Dee

Gue nggak tau Daniel mau bawa gue kemana, tapi malam ini dia kelihatan ganteng banget.

Selama di mobil gue dan Daniel nggak banyak ngobrol, dia cuma bilang malam ini gue keliatan cantik, nanya gue suka lagu apa trus selebihnya kita lebih milih diam dan dengerin lagu yang dia putar dari music player  mobilnya.

Setelah melalui perjalanan selama kurang lebih setengah jam akhirnya kami tiba pada sebuah restauran prancis yang menurut gue terbilang cukup mewah.

Daniel memarkirkan mobilnya, begitu turun dari mobilnya Daniel berlari-lari kecil kearah pintu mobil tempat gue duduk, membukanya lalu mempersilahkan gue untuk turun.
Sebenernya biasanya kak Dave juga selalu ngelakuin itu ke gue, tapi kali ini dibukain pintu sama Daniel rasanya beda.

"Ayo turun" katanya.

Gue mengangguk.

Daniel mengulurkan tangannya, lalu meraih tangan gue, menuntun gue masuk ke restauran.

Ternyata isi restauran itu jauh lebih mewah dari yang keliatan di depan, ada meja dengan dua kursi kosong yang sengaja udah Daniel pesan untuk kita.

Gue dan Daniel duduk disana, memesan makanan, lalu mulai melakukan perbincangan setelah makanan kami habis.

"Dee, kamu ikut eskul apa aja selain PMR disekolah?" Tanya Daniel yang memulai pembicaraan.

"Oh gue nggak ikut PMR, gue cuma dipilih jadi penjaga UKS aja, selain itu Gue ikut pencinta alam" jawab gue akhirnya.

"Oh pencinta alam, temen-temen kamu ikut juga?"

"Iya"

"Kalian sahabatan sejak kapan?"

"Baru aja kok, sejak study tour di Bali waktu itu"

"Oh, kok kamu nggak ikut eskul basket aja bareng Sheraphine?"

"Nggak bisa main basket, kalo Shera kan tinggi"

"Shera itu Tomboy ya?" Tanya laki-laki itu.

"Iya, dia suka hiking gitu lah"

"Oh, cool!" Pujinya.

Selain obrolan itu gue dan Daniel juga ngobrolin beberapa hal, mulai dari dia tinggal dimana, kesukaan kita apa, trus basket lah, pmr lah, sanking keasikan ngobrol kita sampe nggak sadar kalo udah jam setengah sepuluh malam.

"Nil, pulang yuk, udah malem, gue nggak biasa pulang selarut ini" kata gue mengajak Daniel.

Laki-laki itu mengangguk.

First Date gue malam ini menyenangkan banget, rasanya aneh, gue nggak pernah ngalamin ini sebelumnya, perasaan gue rasanya seneng banget, bahkan sangking senangnya gue sampe nggak bisa berhenti buat senyum terus dari tadi.

Setelah makan malam ini selesai akhirnya kita pulang, Daniel nggak begitu banyak ngomong sih selama di mobil, gue juga nggak berniat memulai pembicaraan ke dia.

"Udah sampe" kata Daniel begitu mobilnya berhenti di depan gerbang rumah gue.

Gue baru aja mau buka pintu mobil sebelum akhirnya Daniel menarik tangan gue.

"Eh Dee.." Katanya.

Gue menoleh "ya"

Daniel diam sejenak "mm... Ini buat kamu" katanya begitu mengeluarkan serangkaian bunga mawar putih yang telah di rangkai dengan indah.

Dia tau dari mana gue suka mawar putih?

Seseorang tolong cabut nyawa gue sekarang. Astagaa!! Rasanya jantung gue kayak mau loncat keluar, gue bahkan takut Daniel bisa denger suara detak jantung gue, sumpah gue gak bisa berfikir apa-apa, gue cuma berharap bumi nelen gue detik itu juga.

"Makasih" kata gue akhirnya, lalu beranjak keluar dari mobil Daniel.

Gue melambaikan tangan kearah mobil Daniel "hati-hati ya" kata gue. Lalu membiarkan mobil itu pergi menjauh.

Setelah memastikan mobil Daniel nggak keliatan lagi, gue spontanloncat-loncat. Ah, rasanya seneng banget.

"Ehem.."
Gue menoleh, membuat gue harus melihat kak Dave yang entah sejak kapan nunggu di dekat pagar.

"Eh hai kak"

                                       ****

Davinne

Setelah berjam-jam aku nunggu Dee pulang, akhirnya gadis itu pulang dengan senyumnya yang nggak bisa berhenti merekah.

Membuatku memaksakan senyum untuknya.

"Eh hai kak" kata gadis itu begitu menyadari keberadaanku dibelakangnya.

Dee dari tadi senyum terus setiap kali ngeliatin serangkai bunga mawar putih di tangannya.

"Dari Daniel?" Tanyaku.

Gadis itu mengangguk. "Dia romantis banget deh kak" kata Dee.

Cuma bunga doang romantis? Aku nggak habis pikir sama pikiran perempuan, apa yang spesial dari dinner dan serangkai bunga? Semua cowok juga bisa lakuin itu.

Dee pamit pergi ke kamarnya, setelah gadis itu pergi, aku memutuskan buat masuk ke kamar juga.

Aku nggak tau apa yang aku rasain sekarang, tapi aku bener-bener nggak bisa nyembunyiin perasaan kesal. Entah kenapa setiap kali denger nama "Daniel" dari mulut Dee, rasanya hatiku panas.

Goodbye HappinesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang