:: I realized too soon that world is where everyone changes
I'm afraid I'll turn out like that as well
Even if everything changes, I wanna be me
Sua - WHO AM I ::
"Tapi kenapa harus malam ini? Kenapa sekarang?"
Baekhyun duduk bersila di atas sofa dengan tampang polos, mendengarkan Sena yang sedang marah-marah di telepon sambil berjalan mondar-mandir di depannya. Orang yang mendengarkannya di seberang sana adalah Chanyeol; Baekhyun tahu karena sebelum itu Sena sempat berteriak, 'YA, PARK CHANYEOL!' keras sekali sampai ia khawatir akan tuli.
"Tidak, kau—jangan beralasan!" sembur Sena. "Aku tidak mau menghadapi wanita tua itu sendirian. Kau. Pulang. Sekarang. Juga."
Sena menurunkan ponsel dari telinga dan menatapnya tajam—seandainya ini anime, dari bola matanya akan terpancar sinar laser merah. "Kau pasti mati begitu aku melihatmu," desisnya.
"Ada apa?" tanya Baekhyun tenang (harus tetap santai di depan harimau betina).
"Penyihir akan berkunjung," dengus Sena, "sekarang, dan si Idiot memutuskan hari ini dia harus lembur entah-sampai-jam-berapa agar aku mengurusnya sendiri."
Baekhyun tahu siapa Penyihir—itu neneknya Chanyeol. Baekhyun melihatnya di pesta pernikahan, dan jujur saja, wanita itu sama sekali tidak menyenangkan. Ia terutama tidak menyukai latar belakang Sena, dan selalu menyindirnya kapan pun ia punya kesempatan. Persis nenek-nenek berkelas yang sok di drama televisi. Baekhyun takjub ternyata orang seperti itu benar-benar ada. Para produser itu jelas tahu sesuatu.
Baekhyun bersyukur neneknya adalah wanita pendek yang manis dan baik hati, yang omong-omong, belum pernah Baekhyun hubungi selama beberapa bulan terakhir. Atau beberapa tahun?
"Serius, seluruh keluarga sialan ini hidup untuk menyusahkanku, aish." Sena menggumamkan beberapa sumpah serapah lainnya dengan sangat pelan sambil berjalan ke arah dapur, berpikir Baekhyun tidak mendengarnya—padahal ia dengar.
Sena kembali lagi lalu menghempaskan diri ke sebelah Baekhyun, mendesah berlebihan.
"Kau mau kutemani di sini?" Baekhyun menawarkan.
Sena menggeleng dengan wajah menengadah ke langit-langit. "Tidak perlu, aku bisa mengatasi ini. Kalau aku beruntung, dia tidak akan bertahan lebih dari satu dekade lagi. Lihat saja nanti, aku akan jadi yang tertawa terakhir."
"Wow." Baekhyun memasang raut wajah kagum. "Terima kasih Tuhan, dulu aku segera sadar dan batal menyukai wanita gila ini."
Sena mendengus, tidak terkesan. "Omong-omong, kenapa kau di sini?"
"Oh?" Baekhyun memiringkan kepalanya sedikit, pura-pura berpikir. "Kenapa, ya? Ah, iya. Aku sempat sakit, tapi tidak ada yang sadar. Tidak apa-apa, aku tahu kalian semua orang-orang penting yang selalu sibuk. Aku bukan prioritas. Tidak masalah."
Sena memutar bola matanya. "Yeah, yang benar saja. Kau bisa sakit?"
"Kau mungkin tidak tahu, tapi di balik pesona maut dan wajah yang terlalu tampan ini ada manusia biasa."
Sena mengerutkan wajahnya seolah akan muntah. "Itu salah satu hal paling menjijikan yang pernah kudengar seumur hidup."
Baekhyun berlagak tidak mendengarnya. "Nah, jadi aku ke sini karena ingin tahu bagaimana liburan kalian akhir pekan yang lalu, tapi sepertinya Park Chanyeol sedang berada di dalam daftar orang-orang yang ingin kau lempar ke lubang lava, jadi lain kali saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Fate609
Fanfiction[Second book of All-Mate911] Kekacauan BELUM berakhir. Ryu Sena, mantan penyedia layanan di All-Mate911 yang menyediakan teman bayaran, masih jauh sekali dari titel istri idaman dan keluarga suaminya membuatnya gila. Park Chanyeol, mantan pengguna l...