At the end of this long silence
Will it be scars or someone to hold my hands that is waiting?
Baechigi - 바람에 날려 (Feat. Punch) ::
Mimpi buruk Baekhyun hampir selalu dimulai dengan sama; ia berdiri di dalam sebuah gereja (sudah bertahun-tahun dan ia masih tidak yakin kenapa harus gereja). Tidak ada orang lain di sana, hanya ada karangan bunga putih dan sepasang lilin di atas podium, dan di baliknya diletakkan peti mati. Peti matinya. Ia sudah mati, dan tidak ada yang mengantarnya pergi karena semua orang sudah mendahuluinya.
Tapi kali ini, entah kenapa Baekhyun menoleh ke belakang dan menemukan pintu ganda di belakangnya terbuka lebar. Ia sedang menatap pemandangan taman yang ramai. Anak-anak, pelari, suami-istri yang berjalan bersama. Sepotong langit tampak cerah tanpa awan. Mataharinya menyebarkan rasa hangat. Bunga-bunga sepertinya sudah bermekaran.
Baekhyun terpana. Ia tidak tahu apakah tempat itu sudah ada di sana sejak dulu dan ia hanya tidak menyadarinya.
***
Sulit rasanya keluar dari mimpi buruk, tapi nyaris mustahil untuk meninggalkan mimpi indah. Pikiran Baekhyun masih berada di antara mimpi dan kenyataan. Lantai mulai terasa terlalu dingin di bawah punggungnya yang pegal, tapi dari balik kelopak matanya yang tertutup, ia bisa menerka bahwa matahari sudah tinggi. Samar-samar ia mendengar lagu lama diputar lewat radio dari ruangan lain.
Sudah menjelang siang.
Baekhyun membelalakkan matanya—kesalahan besar, cahaya membuat bola matanya perih. Selama sesaat ia masih terdisorientasi. Di mana ini? Ini bukan kamarnya.
Detik berikutnya ia ingat. Oh, benar. Kim Taehee. Ia terpaksa tidur di ruang tengah semalaman. Sial.
Baekhyun baru akan menghela tubuhnya bangkit ketika ia menyadari lengan kirinya terasa kebas karena ditindih sesuatu. Ia menunduk dan terperanjat—di sanalah gadis itu, tidur meringkuk dengan lengan Baekhyun sebagai bantalnya.
"Idiot ini sedang apa," gumamnya di antara napasnya.
Baekhyun menarik lengannya. Kepala Taehee jatuh membentur lantai dan gadis itu tersentak. "Hah? Ada apa? Apa?" racaunya dengan suara mengantuk.
"Kau bodoh, ya?" desis Baekhyun. Gadis itu menggeletak saja di sana, ia bahkan tidak membawa selimut tambahan. Ini masih musim dingin, demi Tuhan. "Kenapa kau tidur di sini?"
"Tuhan, aku masih mengantuk," erang Taehee. Ia meregangkan tangannya dan berbalik memunggungi Baekhyun.
Baekhyun juga masih mengantuk dan lelah setengah mati, tapi ia memaksa dirinya bangun dari tempat tidur lipatnya. Sekujur tubuhnya sakit, terutama tangannya—gara-gara gadis bodoh ini. Setelah Baekhyun berhasil terseok-seok berdiri, ia mulai menendang-nendang kaki Taehee. "Ya, bangun."
Taehee mengangkat tangannya, merentangkan kelima jari. "Lima menit lagi saja, ya? Lima menit..." bujuknya.
Nenek masuk ke ruang tengah dari halaman. "Hyun-ah, sudah bangun? Pergi mandi dan makanlah, sudah siang," katanya. Ia pasti sudah melihat mereka berdua tertidur di sana (barangkali sepanjang malam, demi Tuhan), tapi kalau ia keberatan atau merasa aneh dengan pemandangan itu, ia sama sekali tidak menunjukkannya.
"Bangunkan juga gadis itu, bisa-bisa dia sakit," tambah Nenek.
"Aku sedang berusaha," jawab Baekhyun, lalu menambahkan dengan lebih pelan, "walaupun lebih mudah kalau kubuang dia sekarang."
Setelah lima menit tendang-menendang kaki, Taehee akhirnya berputar telentang dan membuka satu matanya. "Ah, kau." Ia menyengir lebar saat melihat Baekhyun. "Selamat pagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Fate609
Fanfiction[Second book of All-Mate911] Kekacauan BELUM berakhir. Ryu Sena, mantan penyedia layanan di All-Mate911 yang menyediakan teman bayaran, masih jauh sekali dari titel istri idaman dan keluarga suaminya membuatnya gila. Park Chanyeol, mantan pengguna l...