[hello, baby!]
Baekhyun tidak tahu siapa yang lebih terkejut, Sena ketika melihatnya atau ia ketika melihat Sena.
Reaksi pertama Sena adalah, "Oh my God, Byun Baekhyun!" sambil terengah pelan karena Baekhyun membuka pintu kamarnya tepat saat ia sedang berusaha menghela tubuhnya duduk.
Baekhyun meniru persis nada bicara Sena, "Oh my God, Ryu Sena! Kenapa kau bulat sekali?"
Baekhyun agak mengira Sena akan melempar bantal ke arahnya, tapi ternyata ia malah tertawa; dengan susah payah. Kepalanya kembali terempas ke belakang dan ia berbaring lagi. "Kubunuh kau, tapi nanti. Sekarang bisa bantu aku bangun? Aku mau ke kamar mandi."
"Saking bulatnya, kau sampai tidak bisa berdiri sendiri?" Sambil membantu Sena bangkit dari ranjang rumah sakitnya, Baekhyun bermaksud meledek, tapi kalimatnya justru keluar sebagai pertanyaan. Rasanya ada bagian dari otak Baekhyun yang masih tidak bisa memercayai matanya.
Sena tertawa lagi, lebih pelan. "Pinggangku sakit. Sudahlah, aku harus ke kamar mandi sebelum meledak."
"Ya Tuhan, tolong jangan," sontak Baekhyun menggerutu. Bagaimana kalau tiba-tiba bayi itu jatuh ke lantai atau apa. Mengerikan sekali.
Baekhyun menuntun Sena ke kamar mandi dan menunggu di luar (tentu saja) lalu menuntunnya kembali ke tempat tidur. Kekagetan Baekhyun melihat perut bulat Sena sudah berkurang, meskipun ia masih sulit memasukkan penampilan Sena yang baru ke dalam kepalanya. Ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkomentar, "Laki-laki maupun perempuan, anak itu akan jadi sebesar Chanyeol."
Sena hanya menyengir sambil mengelus-elus perutnya. Pemandangan itu terasa salah bagi Baekhyun sehingga seandainya otaknya adalah mesin, pasti sudah korsleting sekarang. Ia berusaha mengubah fokusnya dengan duduk di tepi ranjang—menggeser kaki Sena untuk memberi dirinya sendiri tempat—dan memulai pembicaraan, "Jadi kenapa kau tinggal di rumah sakit?"
"Aku pernah jatuh dari tangga dan tulang belakangku dioperasi beberapa tahun lalu. Penyangga yang dipasang di sana bergeser karena aku hamil," jawab Sena. "Singkat cerita, aku tidak bisa apa-apa sampai aku entah melahirkan atau mati."
"Astaga, mulutmu itu," Baekhyun menggerutu. "Kucuci dengan sabun nanti."
Sena tertawa masam. "Terserahlah. Aku sudah ketakutan sepanjang waktu, aku tidak bisa lebih takut lagi."
Baekhyun tidak memerhatikan sebelumnya, karena ia sendiri sedang terkejut, tapi Sena memang tampak pucat dan tidak sehat, meskipun ia bicara dan tertawa seperti biasa. Baekhyun tidak tahu apakah itu karena Sena kesakitan, kurang sinar matahari, atau hanya tidak bersemangat karena bosan. "Kenapa kau sendirian?" tanya Baekhyun.
"Chanyeol kerja."
Menyedihkan sekali, kesannya seolah Sena hanya kenal satu orang di dunia ini. "Maksudku yang lainnya," ralat Baekhyun. "Ibumu, Sehun, siapalah."
"Sehun juga kerja. Jimin sudah ke sini kemarin. Ibuku tidak tahu aku di sini, aku tidak bilang padanya."
Baekhyun mengerjap-ngerjap, kedua alisnya bertaut. "Kenapa?"
Sena mengangkat bahu. "Aku lebih nyaman kalau dia tidak mengoceh di sini." Secara tidak sadar, ia mulai mengelus-elus perutnya lagi. Barangkali gerakan itu sudah jadi kebiasaan. Kemudian ia menyeletuk tiba-tiba, "Aku tidak pernah kenal ayah kandungku."
"Oh," balas Baekhyun, bingung.
"Ibuku tidak pernah membicarakannya. Kurasa ayahku meninggalkannya waktu dia hamil."
"Hm."
"Waktu aku di sekolah menengah, ibuku menikah dengan ayahnya Sehun. Awalnya canggung sekali, karena aku tidak pernah tahu bagaimana rasanya punya ayah dan aku tidak tahu bagaimana bersikap padanya, tapi ayahnya Sehun itu laki-laki yang sangat baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
All-Fate609
Fanfiction[Second book of All-Mate911] Kekacauan BELUM berakhir. Ryu Sena, mantan penyedia layanan di All-Mate911 yang menyediakan teman bayaran, masih jauh sekali dari titel istri idaman dan keluarga suaminya membuatnya gila. Park Chanyeol, mantan pengguna l...