Part IV

6.5K 395 1
                                    

Happy reading!

*****
Maulvi's POV

Kemarin aku mampir ke rumah orang tuanya Ana. Mereka menyambutku dengan baik. Dan aku menceritakan kalau aku dan Ana sudah memutuskan hubungan kami, lebih tepatnya Ana yang memutuskanku. Aku berkata pada orang tuanya, aku akan berjanji akan mendapatkan Ana kembali apapun yang terjadi, dan mereka mendukung keputusanku. Aku tersenyum, Ana aku sudah mendapatkan restu dari orangtuamu, sekarang tinggal mendapatkan hati kamu kembali padaku.

"Aa" panggil adik laki-lakiku, Iqbal.

"Apa?" jawabku

"Di depan ada bang Alif"

"Ngapain?" Aku menatapnya bingung

"Ga tau."

"Suruh ke sini aja"

"Oke" Iqbal adalah adik keduaku. Kami tiga bersaudara, laki-laki semua. Aku dan Iqbal berbeda lima tahun, sekarang dia lagi kuliah tahun ke duanya. Sedangkan adik laki-laki bungsuku masih duduk di bangku kelas dua highschool, namanya Zaki.

Saat usia dua puluh tahun aku memutuskan tinggal sendiri dengan membeli sebuah apartemen. Lalu begitu Iqbal lulus sma. Dia memilih tinggal denganku dengan dalih dia akan kuliah dan kampusnya dekat dengan apartemenku, padahal aku sangat tahu alasannya bukan itu, karena dia ingin bebas dari orangtuaku. Sedangkan Zaki, dia masih tinggal dengan orang tuaku di rumah kami, BSD.

"Mol" Alif duduk di sampingku.

"Ngapain lo di sini?" tanyaku

"Anak-anak mau ngumpul di restaurant nya Brian." ujarnya

"Kapan?"

"Ntar jam tiga" Dia berbaring di kasurku.

"Hm" gumamku

"Handphone lo kemana sih? Kita udah kasih tau di group."

"Di charge" jawabku singkat

"Pantesan."

"A mol" Iqbal masuk ke dalam kamarku.

"Hm?"

"Gue mau pergi ya"

"Ke mana?" Aku menatapnya

"Malam mingguan." jawabnya

"Masih siang Bal" Aku memutar kedua bola mataku.

"Biar sih. Nanti kan gue sampe malam, jadi sekalian malam mingguan" ujarnya

"Yaudah. Jangan pulang malam-malam lo!"

"Dih terserah gue sih. Gue kan udah gede" Iqbal menyeringai ke arahku.

"Gue kunciin lo pulang malam-malam" ancamku

"Gue pulang ke rumah" Dia menjulurkan lidah ke arahku.

Aku mendengus.

"Biar si Mol. Iqbal udah gede ini" ujar Alif

"Ga usah di belain." Aku memukul wajah Alif dengan bantal. "Pokoknya jam sebelas harus udah sampai rumah!"

"Oke oke." Iqbal cemberut

"Naik apa?"

"Motor. Yaudah bye A, Bang" pamitnya padaku dan Maulvi.

"Bye Iqbal" balas Alif

"Inget Bal jam sebelas!"

"Iya! Assalamu'alaikum." pamitnya sambil berlalu dari kamarku.

"Wa'alaikumussalām." jawabku dan Alif berbarengan.

Aku berdiri. "Mau ke mana lo?" tanya Alif

"Mandi. Katanya mau ke tempat nya Brian" jawabku

"Oh iya" Aku masuk ke dalam kamar mandi.

Ketika aku keluar kamar mandi, kulihat Alif sedang menutup matanya di kasurku. Dia tidur?

"Lo tidur Lip?" tanyaku

Hening. Alif beneran tidur ternyata. Aku mendengus, lalu memakai pakaian.
Setelah sepuluh menit, aku membangunkan nya.

"Alip. Alip!" Aku menggoyangkan tubuhnya

"Apaaan sih" jawabnya kesal

"Bangun kali! Ayo berangkat, gue udah rapi"

Dia membuka matanya lalu duduk. "Lo mah ganggu orang aja." sungutnya

"Cepetan cuci muka gih" suruhku

"Iya iya!" Dia berjalan ke kamar mandi.

Setelah lima menit Alif keluar dari kamar mandi.

"Lo yang bawa mobil ya" katanya sambil melempar kunci padaku.

"Lo mau ngapain emang?"

"Tidur."

Benar saja yang di katakannya. Baru saja aku menjalankan mobilku selama lima menit, dia sudah tertidur di sampingku. Dasar kebo.

To be continued~

*****

Thankyou for reading! Please vote and comment😁🙏🏻

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang