Part XVI

3.7K 271 0
                                    

Happy reading!

*****

Niana's POV

Aku memasuki lobby kantorku dengan perasaan tidak enak, seperti ada yang mengganjal. Aku melirik ke bagian receptionist, mereka sedang bisik-bisik sambil menujuk ke arahku, ada apa?

Aku masuk ke dalam ruanganku dan mereka yang berada di dalam melihatku dengan senyuman, ada apa dengan semua orang pagi ini?

"Selamat ya Ni." Aku menatap Tari bingung, kenapa dia mengucapkan selamat padaku?

"Gue nggak ulang tahun" jawabku menaruh tas di bawah meja.

"Iya emang nggak. Gue ngasih lo selamat karena lo jadian sama pak bos" ujarnya. Aku mengerutkan dahi, jadian? Sama pak bos yang berarti David. Aku membelakkan kedua mataku, aku jadian sama David? Gosip macam apa itu!

"Maksud lo apa sih?" tanyaku menatap Tari

"Engga usah pura-pura nggak tau deh Ni, kita satu kantor udah tau kok. Lo pacaran sama pak David. Kenapa lo nggak cerita sama gue?"

"Gue nggak pacaran sama pak David!" sangkalku kesal. Jelas kesal, siapa pula yang nyebarin gosip tidak benar itu.

"Lah terus kalau kalian nggak pacaran, kenapa kemarin pak David bilang kalian pacaran." ujarnya

"Maksud lo?" tanyaku tidak mengerti.

"Ya, kemarin abis lo pulang ninggalin pak David, ada salah satu karyawan nanya, kenapa pak David dekat sama lo, kalian pacaran gitu. Trus pak David bilang iya" jelasnya. David sialan! Jelas-jelas kami tidak pernah pacaran!

Aku berdiri dari tempat dudukku, lalu menuju lift, menekan tombol paling atas. Ruangan David, aku perlu penjelasan apa maksudnya.

"Pagi bu Niana" sapa sekertaris David. Bahkan sekertaris nya mengira aku berpacaran dengannya.

"Pak David ada?" tanyaku

"Ada bu. Masuk saja."

"Makasih." jawabku singkat.

Aku masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintuk. Dan kulihat dia yang sedang duduk di hadapan seorang perempuan paruh baya.

"Maaf" ujarku singkat.

"Gapapa Ana." Aku mengerutkan dahi, kenapa dia memanggilku Ana? Aku tidak pernah mengizinkannya memanggilku Ana!

"Sini duduk. Kenalin ini mamaku." ujarnya.

Aku melirik perempuan yang ternyata ibunya. Sial, yang aku butuhkan penjelasan! Bukan basa-basi seperti ini.

"Kamu pacarnya anak saya, David?" tanya Ibunya.

"Saya bukan..-"

"-Kenalin ini Niana Ma" potong David.

Ibunya mengulurkan tangan mengajakku berkenalan. "Saya ibu nya David. Devina"

"Niana." Aku menjabat tangannya.

"Sini duduk nak, Niana"

"Terima kasih tante, tapi saya ada perlu dengan anak tante." Aku melirik ke arah David.

David mengangkat salah satu alisnya. "Ada apa?"

"Bisa kita bicara berdua?" tanyaku ketus.

"Kalian lagi berantem ya?" tanya Devina

"Biasalah Ma. Kami keluar dulu bentar ya." David memeluk bahuku. Aku menepis tangan yang ada di bahuku.

Setelah sampai di ruang meeting yang sepi karena tidak ada meeting pagi ini.

"Kenapa kamu ngelakuin ini ke saya?" tanyaku tanpa basa basi padanya.

"Maksdunya?"

"Kamu bilang ke semua orang kalau kita pacaran!" kataku kesal.

"Emang kenyataan nya gitu kan?" tanyanya santai.

Aku menggeleng. "Engga, saya nggak pernah merasa pacaran dengan anda Pak David. Jangan membuat gosip yang tidak benar!"

"Tapi kamu baik sama saya, kamu nggak pernah nolak saya ajak makan siang." ujarnya

"Saya baik sama bapak karena bapak bos saya. Saya engga pernah nolak ajakan makan siang bapak, karena bapak atasan saya, bos saya." kataku menatapnya tajam.

"Tapi aku suka sama kamu Ana."

"Stop call me Ana!" Aku berteriak padanya. "Saya engga suka sama bapak. Selama ini saya baik sama bapak karena saya menghormati bapak sebagai bos saya. Emang seharusnya saya dari awal nolak bapak!" ujarku sinis

"Semua gara-gara mantan kamu kan? Siapa namanya? C'mon Niana, dia nggak bisa buat kamu bahagia" ujarnya sinis

"Jangan bawa-bawa mantan saya. Ini urusan kita berdua. Lagian tau dari mana bapak kalau dia nggak bisa buat saya bahagia? Bapak pikir, bapak bisa buat saya bahagai gitu?" katu sinis dengan seringai yang ku pelajari dari Maulvi.

Dia terdiam.

"Saya nggak suka gosip, apalagi tentang saya. Jadi tolong bapak bilang ke semua orang kalau saya bukan pacar bapak." ujarku

"Kenapa harus aku? Kan kamu yang terganggu, bukan aku" jawaban yang membuatku kesal setengah mati! Sialan!

Aku menatapnya tajam. "Oke saya yang akan bilang. Tapi satu hal yang harus bapak ingat. Saya nggak suka sama bapak. Saya nggak mau pacaran sama bapak. Permisi." Setelah mengatakan semuanya, aku langsung berlalu dari hadapannya dan kembali ke ruanganku.

Sial moodku kacau sekali hari ini! Setelah sampai di ruangan. Aku memberi tahu semua orang yang satu ruangan denganku, bahwa aku tidak berpacaran dengan bos sialanku itu dan meminta tolong pada mereka untuk menyebarkan bahwa aku tidak pernah pacaran dengan bos mereka.

To be continued~

*****
Thankyou for reading. Please vote and comment😁🙏🏻

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang