Chapter 19

4.5K 398 35
                                    

Jangan sungkan buat komen di setiap paragrap. Komen kalian ngebantu gue. Yg bawel ya! :p

%%%

Iqbaal kini sedang berdiri di depan pintu sambil menata tatanan rambutnya sebelum ia mengetuk pintu rumah (Namakamu). Tak lupa ia membenarkan lipatan kemeja bagian lengannya.

Sebenarnya tidak ada yang spesial untuk hari ini, tapi entah kenapa Iqbaal ingin menghabiskan Minggu cerah hari ini bersama (Namakamu). Sebelumnya Iqbaal juga sudah memberi pesan kepada (Namakamu), bahwa ia sudah sampai di rumahnya.

Pintu diketuk oleh Iqbaal. Tak butuh waktu lama, wanita paruh baya keluar sambil menenteng tas besar. Wajahnya yang diperkirakan umur empat puluh masih terlihat cantik.

"Assalamualaikum, Bunda." Ucap Iqbaal sambil menyalami Bunda (Namakamu).

Alia--Bunda (Namakamu)-- membalas dengan senyuman, "Waalaikumsallam, Iqbaal."

"Iqbaal mau ngajak (Namakamu) jalan, boleh, Bun?" Ucap Iqbaal meminta izin untuk mengajak puterinya sekedar jalan-jalan.

"Ya, boleh dong." Ucap Alia sambil mengelus punggung Iqbaal. "Bunda juga mau ke Bandung hari ini, paling pulangnya nanti malem." Jelas Alia.

"Yaudah, Bun. Nanti Iqbaal pasti jagain (Namakamu)." Tutur Iqbaal.

"Yaudah, kamu masuk aja. Bunda udah harus berangkat, assalamualaikum." Lalu, bunda memasuki mobil yang telah disiapkan oleh supir. Tak lupa, Iqbaal juga menjawab salam dari bunda. Dalam sekejap, mobil yang dikendarai Bunda sudah menghilang dari halaman rumah (Namakamu).

Iqbaal hendak berbalik dan memasuki rumah (Namakamu), namun ternyata (Namakamu) sudah berdiri di ambang pintu. Saking kagetnya, hampir saja tubuh Iqbaal terjengkang ke belakang, namun untungnya gajadi.

"Anjir ngagetin lo." Ucap Iqbaal sambil menetral kan degub jantungnya akibat kaget akan keberadaan (Namakamu) yang tiba-tiba saja muncul.

(Namakamu) menyengir tanpa dosa, "Hehe, maaf."

"Yaudah yuk." Ajak Iqbaal, lalu berjalan menuju motornya yang ia parkir di halaman rumah (Namakamu). Tapi, sebelumnya (Namakamu) mengunci pintu rumah.

Iqbaal menyerahkan helm kepada (Namakamu), kemudian Iqbaal juga memakai helmnya. Iqbaal melajukan motornya menuju tempat tujuan pertama, yaitu salah satu rumah makan padang.

Keduanya telah sepakat untuk sarapan di luar, dan (Namakamu) ingin makan masakan padang. Motor Iqbaal mulai memelan ketika sudah sampai di pekarangan rumah makan padang yang sudah mulai ramai. (Namakamu) turun lalu melepas helmnya, kemudian diikuti Iqbaal.

Keduanya berjalan beriringan memasuki rumah makan tersebut. Bau-bau khas masakan padang sudah menyeruak masuk ke hidung. Aromanya benar-benar menggugah selera. Iqbaal dan (Namakamu) mulai menyebutkan pesanannya kepada sang pelayan saat sudah berada di kasir untuk memesan makanan.

Mereka memilih tempat duduk yang berada di tengah, karna tinggal dikit sih yang kosong. Tak lama, pesanan mereka datang. Dan tak butuh waktu lama juga untuk menghabiskan makanan mereka.

***

Iqbaal memilih bazar untuk tempat tujuan kedua. Bazar menarik perhatian Iqbaal, sehingga ia mengajak (Namakamu) untuk ikut mengunjunginya.

"Mau kemana dulu?" tanya Iqbaal setelah mereka memeli tiket untuk masuk area bazar. Bazarnya cukup luas, dan juga ramai.

"Kan lo yang ngajak."

Iqbaal menarik pergelangan (Namakamu) ke tempat penjual permen kapas. (Namakamu) sangat suka itu, matanya labgsung berbinar.

"Permen kapas!" pekiknya dengan cempreng.

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang