Chapter 23

4.1K 345 39
                                    

Amazing cover by Yupi-Aleale tengkiuu<3

Happy reading!
Komen ga rame, ga lanjut.

%%

Kelas XI MIA 1 tampak sangat tenang. Tak ada keributan, tak ada suara cempreng Khalda yang berantem kecil sama Dianty, tak ada suara musik keras yang diputar Rafto, dan suara berisik dari ponsel deretan pojok.

Semuanya tenang mengerjakan soal Matematika di papan tulis. Iqbaal berdecak pelan karena tak kunjung menemukan jawaban dari soal nomor terakhir.

Di tengah keheningan, pintu diketuk tiga kali. Lalu, disusul knop pintu yang turun, kemudian terbuka.

"Assalamualaikum, maaf bu mengganggu. Izin mau memanggil Iqbaal, bu." Itu Ojan. Ojan menunjukkan cengiran kakunya. Apalagi guru yang sedang berhadapan dengannya termasuk dalam urutan guru sadis.

Bu Ike hanya berdehem. Iqbaal beranjak dari kursinya dan membawa tas kain di tangannya. Sudut mata (Namakamu) mengikuti pergerakan Iqbaal. Iqbaal meminta izin kepada guru tersebut.

Hingga Iqbaal hilang di balik pintu.

"(Nam..), Iqbaal kemana?" bisik Dianty di sampingnya.

(Namakamu) hanya mengendikkan bahunya tanda tak tahu dan melanjutkan mengerjakan soal yang amat sangat menyusahkan. Sebenarnya (Namakamu) sedikit penasaran, dan semalampun saat mereka mengobrol di LINE, Iqbaal juga tidak memberitahukan apa-apa.

Hingga bel istirahat berbunyi mengakhiri jam keempat. Dalam hati, (Namakamu) tak henti-hentinya mengucapkan syukur. Termasuk yang lainnya.

"Jangan lupa besok dikumpulkan, kebetulan besok ada pelajaran saya. Dan besok juga kita akan mengadakan ulangan harian. Wassalamualaikum." Bu Ike melenggang pergi.

"Gila tuh guru. Paham aja kagak, udah ulangan aja. Sarap!"

"Bodo amat bu."

"Njir. Mampus aja gue besok."

"Besok gue izin deh."

"Ah babi."

Begitulah umpatan-umpatan yang keluar dari murid-murid durhaka. Maafkanlah :v.

"Ayo lah, ke kantin." Dianty memilih beranjak dan keluar dari kelas. Daripada panas sendiri karena masih kesal gara-gara Bu Ike yang dengan seenek jidat mengadakan ulangan harian.

-oo-

Iqbaal mengelap sisa-sisa keringatnya menggunakan handuk kecil biru yang selalu ia bawa di tas futsalnya. Latihannya sudah dimulai satu setengah jam yang lalu. Iqbaal dan timnya berlatih semaksimal mungkin demi mengharumkan nama sekolahnya.

Istirahat disela-sela latihannya, ia gunakan sebaik-baiknya. Walaupun latihannya tidak terlalu keras, tetap saja menguras energi dan pikiran.

Iqbaal mengambil ponselnya dan menyalakannya. Kosong. Tidak ada pesan dari gadisnya, oh tunggu gadisnya? Iqbaal mendengus pelan, memasukkan lagi ponselnya ke tas. Laki-laki itu berharap gadis itu memberi semangat atau sekedar menyapanya.

Iqbaal yang sedang menatap kosong lapangan di depannya itu terkejut ketika benda dingin menempel di pipinya. Senyum yang sebelumnya lebar, perlahan hilang terganti dengan senyuman tipis.

"Hai, Baal." Gadis itu duduk di samping Iqbaal sambil menyodorkan minuman kaleng itu di hadapan Iqbaal.

"Hai." Hanya balasan singkat yang Iqbaal lontarkan.

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang