Chapter 22

3.6K 347 14
                                    

(Namakamu) mendudukkan bokongnya dengan kesal di jok belakang mobil dan disusul suara pintu mobil yang ditutup dengan kasar. Dadanya naik turun menahan amarah, nafasnya juga mulai tersenggal-senggal.

Tak bisa dipungkiri jika (Namakamu) sakit melihat pemandangan seperti itu. Rasanya ada gelenyar panas yang merambat di hatinya.

(Namakamu) mencoba untuk meredam emosinya. Ia memutuskan untuk membuka aplikasi instagram dari ponselnya.

(Namakamu) menggerakkan jarinya men-scroll berandanya. Hingga satu notifikasi muncul. Ada salah satu pengguna akun yang menyebutnya dalam sebuah komentar. Jari (Namakamu) tergerak membuka profil akun itu. Satu yang (Namakamu) tahu, pengguna akun itu salah satu adik kelasnya di GIS.

(Namakamu) keluar dari akun itu, lalu jarinya tergerak untuk membuka foto yang menyebutnya dalam kolom komentar.

1 detik.
2 detik.
3 detik.
Tring!

Foto itu terlihat jelas di layar ponsel (Namakamu). Terlihat jelas juga, bahwa itu adalah Iqbaal dan gadis yang ia lihat tadi. Dengan gaya yang (Namakamu) lihat tadi juga. Dan ditambah caption panas di foto tersebut. Gadis itu menuliskan,

"Old lv"

Apakah Iqbaal cinta lamanya? Apakah gadis itu punya niat untuk merebut Iqbaal-nya?

Sebelum (Namakamu) keluar dari aplikasi instagramnya, ia meng-klik ikon love di foto itu.

Selang tujuh detik, suara ketukan pada kaca mobil terdengar.

Tuk tuk

(Namakamu) dari dalam bisa melihat siapa yang mengetuknya. Dengan jelas pula. Sebenarnya ia tak berniat membukanya, masih ada rasa kesal di hatinya. Namun, melihat matahari cukup terik di luar sana walaupun hari mulai sore membuat (Namakamu) tak tega membiarkan Iqbaal disana.

(Namakamu) membuka pintunya. Iqbaal mengusap titik-titik keringat di dahinya menggunakan punggung tangannya. Lalu, ia masuk ke mobil dan duduk tepat di samping (Namakamu).

"Hai (Namakamu)." Sapa Iqbaal.

"Hai." Balas (Namakamu).

"Tadi kenapa nggak nyamperin?" Suara lembut dan mata teduh itu membuatnya diam membeku.

(Namakamu) mulai menyadari pikiran buruknya tadi. Seharusnya ia bisa lebih dewasa menyikapi hal tadi. (Namakamu) tak mau membuat Iqbaal kecewa. Tapi, di sisi lain pikirannya masih memutar kejadian yang ia lihat beberapa menit yang lalu, kejadian yang sangat menyiksa hati.

"Nggak apa-apa." (Namakamu) tersenyum.

Bukan jawaban itu yang Iqbaal mau. Laki-laki itu tau gadis itu sedang berbohong.

"Kenapa?" Suara Iqbaal lebih lembut dari sebelumnya. Entah kenapa titik-titik keringat di dahi Iqbaal semakin bertambah.

(Namakamu) tersenyum. Tangannya terulur mengusap keringat itu dan menyibakkan poni Iqbaal, gerakan tangannya berubah mengusap dahi Iqbaal dan membelai rambut Iqbaal.

Iqbaal memegang tangan (Namakamu) yang mengusap rambutnya. "Lo belum jawab." Ucapnya.

"Lo bilang, kita harus terbuka. Lo bilang ke bang Zayn kalo lo udah nyamperin gue, tapi lo bohong." Jari-jari Iqbaal diselipkan di sela jari-jari (Namakamu).

(Namakamu) menghela napasnya, kerongkongannya tercekat. (Namakamu) hanya bisa diam. (Namakamu) menundukkan kepalanya, menyembunyikan raut gelisahnya.

"E, Erica itu siapa?" Tanya (Namakamu) hati-hati. Ia tidak mau membuat hati Iqbaal terluka hanya karena Iqbaal berpikir (Namakamu) tidak mempercayainya. (Namakamu) tetap menundukkan kepalanya.

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang