Chapter 21

3.6K 371 25
                                    

Happy reading!
Jangan lupa vote & comment, jgn sungkan kalo mau komen tiap paragrafnya, okey?

%%%

"Wih, Iqbaal udah dateng. Sini-sini, mang Iqbaal. Makasih, ya." Ucap Dianty lalu terkekeh. Iqbaal yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas.

Iqbaal menaruh nampan berisi tiga mangkok mi ayam lengkap dengan tiga gelas jus alpukat itu di meja kantin tempat (Namakamu) dan Dianty menunggu.

Iqbaal baru saja hendak menjatuhkan bokongnya di kursi panjang samping (Namakamu), namun pergerakannya terhenti karena ditahan Rafto. Rafto menarik Iqbaal yang setengah duduk itu kembali berdiri tegak. Dan ganti Rafto yang mendudukinya.

Rafto menyengir manis, "Punya gua, Baal." Rafto menaik turunkan alisnya.

Rafto mendengus karena mendapat tatapan datar dari Iqbaal. Rafto mendorong tubuh Iqbaal untuk kembali memesan mi ayam. "Cepetan, Iqbaal ku yang manis."

Iqbaal bergidik geli, dengan setengah hati ia kembali memesan.

"Gue sekalian." Baru satu langkah, suara itu menginterupsi Iqbaal untuk menengok kembali. Khalda dan Ari tersenyum menatap Iqbaal.

Dengan kesal, Iqbaal kembali berjalan membawa nampan yang sempat ia bawa tadi. (Namakamu) dan Dianty terkikik.

"Gue bantuin Iqbaal deh. Tuh makan aja." Ucap (Namakamu) lalu ngibrit menyusul Iqbaal.

"Sweet banget sih." Komentar Rafto.

(Namakamu) menghampiri Iqbaal dan berdiri di belakang Iqbaal ketika Iqbaal sedang menyebutkan pesanannya. Dirasa sudah memesan Iqbaal membalik badannya berniat untuk menggeser badan untuk siswa lainnya yang juga mengantri.

Adanya (Namakamu) tanpa sepengetahuan Iqbaal di belakangnya, membuat Iqbaal sedikit terhuyung ke belakang karena kaget.

"Ih, bego. Selalu deh sukanya ngagetin."  Ucap Iqbaal kesal pada (Namakamu). Belum saja kesalnya hilang gara-gara Rafto, eh ini udah ditambah lagi.

(Namakamu) tertawa, "Yeu, bodoamat." Dengan masih tertawa, (Namakamu) menghampiri meja kantin yang tak jauh dari tempat mereka memesan mi ayam.

"Kok lo disini sih, kan pesenan lu udah." Ucap Iqbaal.

"Ya gapapa dong, pengen nemenin aja." Celetuk (Namakamu).

Iqbaal berseringai sulit diartikan, "Ga tega ya lu liat cogan disuruh-suruh? Ngaku." Tuding Iqbaal sambil tersenyum menggoda.

"Ih engga." (Namakamu) menyentak. "Kan gue mau bantuin elo." Sambungnya.

"Heleh, jago banget ngelesnya." Iqbaal tetap menuding (Namakamu) dan bibirnya tak lepas dari senyum menggodanya.

"Eh itu pesanannya udah." Ucap (Namakamu) segera beranjak cepat dari duduknya. (Namakamu) membawa nampan berisi tiga mangkuk mi ayam dan Iqbaal membawa nampan berisi tiga gelas es teh.

-oo-

Iqbaal memasukkan seragam sekolahnya yang sudah ia ganti dengan kaos futsal lengkap dengan celana pendeknya ke tas sekolahnya. Jam menunjukan pukul setengah empat, dan latihan akan dimulai setengah jam lagi.

Iqbaal terduduk di kursi pinggir lapangan yang letaknya di luar jaring lapangan futsal yang memang kursi panjang dari semen itu digunakan tempat istirahat para pemain.

Teman-teman yang lainnya sedang mengganti pakaiannya. Hanya ada Iqbaal seorang diri di pinggir lapangan itu. Lapangan yang tidak begitu luas-- karena memang hanya untuk lapangan futsal--, rumput sintetis yang terhampar sebagai alasnya, dan hanya ada keheningan disana. Menatap kekosongan di depannya menjadi kegiatannya sekarang, daripada meladeni gadis cantik disampingnya. Bahkan Iqbaal tidak menyadari kehadirannya.

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang