Chapter 17

4.6K 435 12
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh lima menit. Bazar masih cukup ramai. Sebelumya (Namakamu) sudah bilang kepada Dianty untuk menebenginya ke rumah, karena supirnya mengantarkan ayah dan bunda ke Bandung. Namun, (Namakamu) baru saja mendapat pesan dari Dianty-- bahwa ia tak bisa mengantar pulang ke rumah, karena ia ada urusan mendadak. 
(Namakamu) semakin cemas karena sedari tadi ia sudah mencari grab namun, tak ada yang dekat dengan keberadaannya. Hingga kini daya baterainya tersisa 2%. (Namakamu) juga sudah mencari gojek, namun hasilnya nihil.

(Namakamu) memutuskan untuk keluar, dan menunggu di samping gerbang. Siapa tau ada taxi lewat. Saat menuruni tangga kelasnya, ponselnya berbunyi. Menandakan ada sebuah pesan masuk.

Dilihatnya itu Dianty. Dianty bilang kalau Iqbaal janji untuk mengantarnya pulang. (Namakamu) pikir, Iqbaal sudah ada di depan gerbang menunggunya, karena sedari tadi ia tak melihat Iqbaal di kelas maupun di stand.

(Namakamu) sedang mengetikkan balasan untuk Dianty, namun belum pesannya terkirim dan ponsel (Namakamu) sudah mati.

(Namakamu) mempercepat langkahnya, takut Iqbaal menunggunya terlalu lama. (Namakamu) menatap sekitar gerbang, ia tak menemukan sosok Iqbaal. Apakah ia masih belum datang atau sedang mengambil motornya atau mencari taxi? Ah, mungkin sebentar lagi.

Sudah lima belas menit (Namakamu) berdiri di samping gerbang. Kemana Iqbaal? Sedari tadi ia tak menampakkan batang hidungnya. (Namakamu) hanya pasrah, entah ada mukjizat apa yang datang.

Selang beberapa menit, sebuah mobil taxi berhenti di depan (Namakamu). Dilihatnya penumpang kosong, tanpa pikir panjang, (Namakamu) mendekati taxi tersebut.

Hendak membuka pintu taxi tubuh (Namakamu) tertabrak oleh seseorang.

"Eh," (Namakamu) terlonjak kaget. "Ini taxi pesanan lo?" Lanjutnya.

Ari baru menyadari bahwa seseorang yang hendak menyerobot taxi nya tadi adalah (Namakamu), "I-iya (Nam..), lo mau pake?" Tanyanya.

"Kirain tadi kosong, terus gue pake deh. Eh ternyata lo yang pesen. Yaudah gue cari taxi lain aja." Jelas (Namakamu).

"Lo aja yang pake (Nam..)." Ucap Ari yang melihat wajah (Namakamu) kelelahan.

(Namakamu) menggeleng, "Kan lo yang panggil taxi nya, jadi lo yang pake. Biar gue cari taxi lain."

"Berdua aja." Ari segera menarik tangan (Namakamu) agar masuk ke dalam taxi.

Ari menginstruksikan kepada supir taxi, untuk mengantarnya ke sebuah rumah makan. Karena Ari tahu bahwa (Namakamu) sedang kelelahan dan kelaparan.

"Ngapain cari warung makan?" Ucap (Namakamu) sambil membuka isi tasnya dan mencolokkan power bank pada ponsel (Namakamu).

"Ya, mau makan lah. Pasti lo baru makan tadi siang. Gue gamau lo sakit." Ucap Ari.

(Namakamu) hanya menyengir.

Sesampainya di sebuah warung sate, Ari dan (Namakamu) turun. Ari hendak membayar taxi tersebut, namun dengan cepat (Namakamu) menodongi uang kepada supir tersebut.

"Makasih pak." Ucap (Namakamu) sambil menarik lengan Ari.

Mereka telah berada di warung sate. Bau sate yang gurih sudah menyeruak ke hidung setiap insan yang berada disitu.

(Namakamu) dan Ari mencari duduk untuk menyantap sate pesannya. Dilihatnya sepasang kekasih selesai makan, mereka mulai meninggalkan tempat duduknya. Dengan cepat (Namakamu) dan Ari mendudukinya.

Tak butuh waktu lama, pesanan (Namakamu) datang, yaitu sate ayam ditemani lontong, dan teh hangat. Ari pula. (Namakamu) sangat menikmati sate tersebut. Tak heran jika tempat ini selalu ramai pengunjung.

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang