Chapter 24

1.9K 132 16
                                    

Hai, part ini akan cukup panjang dan mungkin membosankan.
Tapi aku harap vote dan komennya ya, biar aku tau cerita ini tetep dinext apa stop aja hehe🤗

-o0o-

(Namakamu) duduk di kursi panjang depan kelasnya. Tangan (Namakamu) bergerak gelisah memegang ponselnya. Antara telepon atau tidak.

Kalo ditelpon, nanti dianya terganggu terus nggak fokus. Kalo nggak ditelepon, guenya ngerasa bersalah. Duh gimana dong.

Akhirnya (Namakamu) memutuskan untuk menunggu Iqbaal kembali ke sekolah saja. Sibuk dengan pikirannya, tanpa sadar Bu Ike, guru Bahasa Inggris datang dengan membawa tumpukan kertas soal ulangan. Mau tidak mau (Namakamu) masuk ke kelas dan mengikuti ulangan.

-oo-

Iqbaal duduk bersama teman-temannya di pinggir lapangan. Iqbaal menguk sisa air mineralnya hingga tak tersisa. Pertandingan dimenangkan oleh tim Iqbaal dengan skor 2-1. Cukup membanggakan bagi Iqbaal. Tidak sia-sia usaha keras timnya untuk kemenangan ini.

Ia mengambil jam tangan dari tasnya lalu memakainya. Jam menunjukkan pukul 15.00, sekolah sudah usai. Iqbaal dan tim bubar untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Vik, gue nebeng motor lo ya? Sekalian, kan searah," ucap Iqbaal pada Viko sambil menepuk bahunya.

Viko hanya menunjukkan jempolnya tanda setuju.

Sesampainya Iqbaal di rumah, Iqbaal segera menuju ke kamarnya setelah sedikit ngobrol dengan Bunda tentang pertandingan hari ini.

Badannya terasa pegal dan lengket. Iqbaal memutuskan untuk segera mandi.

Skip.

Besok paginya setelah shalat Shubuh, Iqbaal memutuskan untuk lari pagi di taman komplek. Lumayan untuk latihan fisik. Rupanya banyak juga hari ini yang sedang lari pagi, tak seperti biasanya. Ia baru sadar kalau hari ini tanggal merah.

Sekitar 30 menit olah raga, Iqbaal kembali ke rumah. Sesampainya di rumah ia sudah disambut oleh aroma masakan Sang Bunda.

"Wih.. Bunda masak apa nih? Kecium loh dari depan," ucap Iqbaal sambil mendekati meja makan.

Rike menoleh, "Assalamuallaikum, Iqbaal."

"Waalaikumsallam. Maaf, Bunda." Iqbaal menyengir lebar.

"Wah enak nih baunya," suara Ody yang baru saja datang membuat keduanya menoleh. Kemudian disusul sang Ayah untuk sarapan pagi bersama.

"Sini, Teh, Yah. Yuk makan, udah siap nih makanannya." Rike menegakkan tubuhnya setelah menaruh mangkuk terakhir di meja makan.

Setelah itu mereka memakan sarapannya.

Baru saja selesai makan, bel rumah Iqbaal berbunyi. Segera saja Ody berdiri dan membukakan pintu untuk Si tamu.

"Eh ada Si cantik," ucap Ody sambil tersenyum riang sambil memeluk hangat gadis di depannya.

"Assalamuallaikum, Teh," gadis itu menyebutkan salam sambil menyalami tangan Ody.

Ody terkekeh, "Waalaikumsallam, yuk masuk." Ody merangkul bahu gadis itu menuju ruang tamu dan mempersilahkan untuk duduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between Us [IDR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang