Bab 9

446 34 0
                                    

Kae melangkahkan kakinya menuju pintu depan saat ia mendengar bunyi belnya. Ia tak perlu repot - repot mengintip. Ia berpikir itu pasti Huan yang akan mengambil jaketnya yang tertinggal barusan.

Tapi Kae benar - benar menyesali perbuatannya. Harusnya ia mengintip terlebih dahulu. Lelaki di depannya tersenyum menyeramkan. Dan itu membuat Kae ingin berlari dan menghilang dari sana.

Kae dengan cepat menutup pintunya. Namun, sebuah tangan besar menahannya dan mendorongnya. Sehingga pintu kembali terbuka lebar. Belum sempat Kae membalikkan badan untuk berlari kedalam lelaki itu menjentikkan jari didepan mata Kae. Kae seketika hilang kesadarannya.

Lelaki itu dengan mudah membawa Kae layaknya ia membawa karung tepung dengan mudahnya.

Dan di saat yang bersamaan jari Aaron tergores oleh pisau yang ia gunakan untuk menyerang alastor di depannya yang langsung berubah menjadi abu.

Itu adalah sebuah pertanda untuk Aaron yang telah menemukan separuh jiwanya. Dan separuh jiwanya sekarang dalam bahaya. Aaron merasakannya. Karena luka itu rasanya berbeda. Lukanya terasa panas dan menyakitkan. Padahal itu hanya goresan kecil.

Setelah melihat ke sekelilingnya untuk memastikan tak ada alastor lagi. Aaron langsung melesat berlali dengan cepat menuju tempat tinggal Kae.

Namun, kali ini terlambat lagi. Ia sudah tak menemukan Kae di semua ruangan dalam apartemennya. Aaron langsung mengeluarkan ponselnya. Dan langsung menghubungi Kennard.

"Ken, hubungi Huan. Tanyakan padanya apa Kae bersamanya ?" ucap Aaron begitu sambungan teleponnya terhubung.

"Ya, memangnya kau tak bisa melacaknya ?"

"Tidak, ada hal buruk yang menimpanya." ucap Aaron yang langsung mematikan sambungan teleponnya sepihak. Ia tak ada waktu untuk menjelaskan panjang lebar pada Kennard.

Ia mencoba meneliti segala sudut ruangan. Mencari benda yang bisa menghubungkannya pada keberadaan Kae saat ini. Pandangannya terhenti pada sesuatu yang mengkilap. Ia menunduk untuk mengambil barang tersebut.

"Bukankah ini cincin Kae ?" gumam Aaron. Ia menggenggam cincin tersebut. Mencoba berkonsentrasi pada kekuatannya untuk melihat apa yang terjadi beberapa waktu silam melalui perantara cincin tyang selalu tersemat pada jari kelingking Kae.

"Sial, kenapa bisa Marvin menculik Kae." maki Aaron.

Ia segera menghubungi Kennard yang ternyata berada di kediaman Huan untuk segera bertemu dan menyusun rencana untuk menyelamatkan Kae.

Kali ini Aaron tak bisa sembarangan bertindak. Karena lawannya saat ini bukan sembarang iblis ataupun alastor.

Tak membutuhkan waktu lama untuk Kennard datang. Ia bersama dengan Huan yang berwajah kacaun. Aaron paham pasti Huan khawatir, takut, marah dan bingung menjadi satu.

"Aaron siapa yang menculik Kae kali ini ?" tanya Kennard saat telah duduk di hadapan Aaron. Dan Huan memilih duduk di sampingnya.

"Kau pasti akan mengumpat saat aku menyebutkan namanya Ken." Aaron menghela napas untuk jeda ucapannya. "Marvin." sambungnya.

Dan benar saja, Kennard langsung mengumpat saat nama tersebut terlontar. Huan yang hanya bisa mendengar bingung. Memang siapa Marvin ? Bebahayakah ? Lebih menakutkankah dari Demitrio ? Pertanyaan itu muncul dalam pikiran Huan.

Dark of NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang