Seorang perempuan berdiri di ambang pintu dengan senyuman culasnya. Ia melangkah mendekat ke ranjang tempat Kae duduk.
Kae semakin pucat. Ia menggigil ketakutan. Masa lalu yang ia kubur dalam - dalam kini seperti putaran roll film yang dimainkan di hadapannya. Kenangan - kenangan mengerikan kembali menakutinya.
"Hai adik manis, lama tak berjumpa." ucap wanita itu dengan mengusap surai Kae.
"Na-Nancy, apa yang kau lakukan disini ?" Kae tergagap karena rasa takut yang amat pada dirinya. Suaranya hanya seperti cicitan seekor tikus.
"Ah, aku hanya ingin mengunjungi adik manisku apa itu salah ?" Nancy mulai membelai wajah manis Kae. "Aku rindu akan bermain denganmu seperti dulu Emon." sambung Nancy dengan nada yang tetap manis tapi raut wajahnya berubah mulai menyeramkan.
"Na-Nancy ku mohon jangan sakiti aku lagi." Nancy hanya tersenyum mengejek mendengar rengekan Kae. Ia mula mengeluarkan sebilah pisau. Kemudian Nancy mulai mengesekkan pelan ke wajah Kae dari ujung dahi hingga rahangnya.
Nancy mengulanginya namun dengan tekanan yang semakin lama semakin kuat. Hingga mulai meninggalkan jejak merah yang mengalir tipis.
Kae menggigil ketakutan. Ia mulai menangis. Ia ingin melawan namun ketakutan akan masa lalu membuat tubuhnya membeku.
"Jangan lagi, kumohon jangan lagi." Kae terus menggumamkan kalimat itu seperti lantunan do'a. Ia memejamkan matanya berharap ini semua mimpi.
Namun, bukan semakin mengurangi rasa takut. Kae semakin menggigil. Kenangan buruk yang dulu terjadi semakin terlihat jelas dalam gelapnya pandangan Kae.
Marvin yang sedari tadi hanya menjadi penonton ingin menghentikan perbuatan wanita di depannya. Ia takut bosnya akan marah. Tapi ia juga masih ingin menikmati wajah menawan lelaki manis yang sedang tersiksa. Itu membuat darah dalam dirinya mendidih ingin mengecap rasanya.
Kae membuka matanya. Ia melihat kearah Marvin berharap lelaki tersebut menghentikan perlakuan Nancy. Namun Kae semakin takut melihat pandangan Marvin padanya. Marvin seperti serigala kelaparan yang siap menerkamnya kapanpun. Kae mencoba menggeleng tapi goresan - goresan luka semakin dalam. Ia hanya bisa merintih dan menangis dalam diam.
Nancy mulai menurunkan arah pisaunya menuju ke kaos yang digunakan Kae. Melihat apa yang akan dilakukan Nancy, Marvin mulai ikut tersenyum jahat seperti Nancy. Marvin tak sabar untuk melihat kulit putih mulus milik Kae.
Nancy tersenyum senang. Ia akan melakukan pembalasan seperti dulu lagi pada adik kecilnya. Ia tak akan pernah puas membalaskan rasa sakit hatinya.
Disamping itu, Marvin mulai meneguk ludahnya saat bahu Kae mulai terlihat. Ia memandangi Kae dari surainya yang lembut, matanya yang terpejam menahan takut dan tak henti mengalirkan air mata. Hidung kecilnya yang memerah. Bibir penuhnya yang sexy. Lehernya yang menggiurkan. Semuanya membuat iblis dalam dirinya bergelora. Meminta kepuasan mengecap nikmatnya surga.
.
.
."Hey Keola, kau tak apa ? Wajahmu terlihat pucat." ucap Huan sambil memegang dahi Keola dengan wajah yang berdekatan. Huan memang orang yang mudah dekat dengan siapapun yang baik padanya. Sikapnya memang selalu terlihat intim dengan siapapun. Huan memang seperti itu. Ia terlalu cuek dengan prasangka orang lain.
Tapi tidak bagi Kennard dan Keola. Keola yang diperlakukan seperti itu merasa spesial. Ia baru pertama kali ini diperlakukan sebaik itu. Apalagi dengan lelaki manis di depannya. Ia malu sekaligus senang. Membuat semburat merah tipis di wajahnya. Ia menggeleng pelan dan memegang tangan Huan yang digunakan untuk menyentuh dahinya. "Aku baik - baik saja. Wajahku memang selalu pucat."
"Benarkah ?" tanya Huan untuk meyakinkan.
Keola hanya mengangguk dengan tersenyum. Sepertinya mereka berdua tidak menyadari jika ada gelora iblis yang siap mengamuk kapan saja jika Keola berani menyentuh Huan sekali lagi.
Tanpa berbicara apapun Kennard langsung menarik lengan Huan dengan kasar untuk menyusul langkah Aaron yanh sedari tadi memimpin di depan.
"Aw ! Sakit." pekik Huan. Aaron yang mendengar langsunh menoleh kebelakang. Begitu juga dengan Keola yang langsung menyusul untuk melihat apa yang terjadi pada Huan.
Kennard yang mendengar langsung melepaskan cengkramannya. "Maaf."
Kennard tak bisa lagi berkata - kata. Ia begitu menyesal telsh menyakiti orang yang paling berharga dalam hidupnya hanya karena ia cemburu. Ia mengusap wajahnya frustasi, kemudian kembali melangkah ke arah Aaron yang menghela napasnya.
Aaron tahu apa yang terjadi. Tapi ia sedang tidak ingin memikirkannya. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Kae.
Keola yang mengetahui perubahan sikap Kennard mendesah pelan. Sepertinya ia tak akan secepat itu memdapatkan cintanya lagi. Sedangkan Huan yang menjadi pusat terjadinya masalah hanya mengendikkan bahunya, tak peduli.
"Setelah melewati lembah ini kita akan sampai ke tempatnya. Benarkan Keola ?" tanya Aaron yang menghentikan langkahnya dan memandang berbalik kearah Keola.
Keola yang disebut namanya langsung tersadar dan mengangguk. Ya, ini bukan saatnya ia harus resah dengan hatinya. Ia harus fokus pada tujuannya saat ini. Bukan mencari cinta tapi mencari keadilan.
Mereka bertiga mulai menyusuri lembah ini. Tak semudah yang mereka bayangkan. Minimnya pencahayaan membuat mereka berkali - kali tersandung akar - akar pohon besar. Belum lagi tanah yang licin dan lembek semakin membuat mereka kesusahan.
Aaron dan Kennard sebenarnya bisa menggunakan kekuatan mereka untuk membuat cahaya ataupun membuat tanah menjadi kering atau apapun yang bisa memudahkan perjalanan mereka.
Namun, belajar dari pengalaman sebelumnya. Mereka tak ingin membuang tenaga mereka dengan hal yang masih bisa mereka lakukan dengan kekuatan manusia. Mereka harus menyimpan kekuatan sebanyak mungkin yang bisa mereka lakukan.
Aaron mencoba menghalau segala rasa resah yang menderanya. Ia tak ingin menggagalkan rencana ini dengan sikap lemahnya. Ia tak boleh menambah beban lagi.
'Sebentar lagi sampai. Tunggulah aku Kae. Aku akan membawamu ketempat aman. Dimana tak ada satu makhluk pun yang bisa menyentuhmu apalagi membawamu pergi dari sampingku.'
.
.
.Saat Nancy mulai menyobek bagian atas kaos Kae, pintu ruangan tersebut terbuka lebar menampilkan lelaki dengan aura iblis yang kuat.
"Apa yang kau lakukan pada Kaemon hah ?"
To be continued
Hai hai hai
Nayu kembali lagi dengan DoN
Setelah lama hiatus akibat hapenya rusak (-_-')
Kini kembali lagi.Sebenernya masih belum ada banyak waktu buat bikinnya. Tapi kasian buat yang nunggu kelanjutannya (itu kalo ada yang nungguin) . Jadi dalam perjalan dari tulungagung ke jogja dibuatlah cerita ini.
Maaf kalau sedikit gk nyambung dan lebih pendek dari biasanya. Malah panjang authornya x_x. soalnya lama gk nglanjutin agak lupa ama alurnya mau baca lagi. Malas sedang memelukku jadi mohon dibaca apa yg tersedia. (^_^)>
See you next chapt (^_^)/

KAMU SEDANG MEMBACA
Dark of Night
FantasyAaron tahu ia jatuh cinta pada Kaemon. Tapi bisakah ia melindunginya dari bahaya yang selalu mendampingi hidupnya ? Sanggupkah Aaron menyembuhkan luka Kaemon di masa lalu ? Sementara itu, meski tahu hidupnya tak akan sama lagi dan penuh kengerian da...