Bab 14

343 26 0
                                    

Aaron mengacak rambutnya frustasi. Ia melempar apapun yang ada di dekatnya. Ruangannya sudah seperti tempat iblis. Penuh dengan pecahan benda. Tak ada cahaya yang masuk dalam ruangan tersebut. Hanya ada gelap dan suram.

Kondisi sang dark hunterpun tak jauh beda dengan ruangannya. Ia mengurung diri selama lebih dari seminggu ini. Ia tak akan sanggup melihat sang tercinta bahagia dengan orang lain dalam dusta. Ia juga menghindari semua orang. Ia sadar jika tubuhnya sudah mencapai batasnya.

"Kae... Kae... Kae..."

Ia mengulang kata tersebut hanya untuk menjaga dirinya tetap sadar. Tetap dalam jiwanya. Mencoba untuk tak tertidur jauh dalam kegelapan sana.

Aaron kembali meringkuk di pojok ruangannya. Tubuhnya kembali menggigil. Bukan karena dingin tapi karena ia takut.

"Aaron, ini aku Ken." Suara seseorang bersamaan suara terbukanya pintu.

Aaron hanya mendongak sekilas lalu kembali meringkuk. Melafalkan satu nama berulang kali.

Kennard hanya bisa menghela nafasnya. Ia tak bisa berbuat apapun untuk menolong sahabatnya. Ah, mungkin sedikit menceritakan tentang Kaemon akan membantunya sedikit.

"Kau tahu, kemarin Huan bercerita padaku tentangnya." Kennard diam sejenak untuk melihat respon lelaki di depannya.

Aaron hanya terus menggumamkan nama Kae. Ia tak mendengarkan ucapan Kennard.

"Huan bercerita tentang Kae." Saat Kennard mengubah kata ganti dengan nama Kae, barulah Aaron mendongak. Tapi masih tetap menggumamkan nama Kae.

Kennard mengerti hal itu. Ia tahu Aaron bukan ingin mengacuhkannya. Ia tahu jika sahabatnya sedang berjuang keras untuk tetap pada kesadarannya. Pada kemanusiaannya.

"Huan bilang jika Kae menanyakan kegelisahannya. Kae merasa ada yang hilang dari dirinya. Bukankah ini sebuah kemajuan jika ia menyadari kalau dia kehilanganmu." Kennard memegang bahu Aaron yang masih menggigil.

"Bertahanlah sedikit lagi Aaron."

Kennard bangkit setelahnya. Ini rutinitasnya untuk melihat keadaan Aaron. Mencoba menbantu sebisa mungkin tanpa kebohongan.

Ruangan itu kembali sepi. Hanya ada gumaman lirih dari Aaron yang mengeratkan pelukannya. Cerita tadi tak membantunya banyak. Namun, Aaron tahu jika ia harus bertahan lebih lama lagi.

.
.
.

Jauh di tempat lain. Nama yang berulang kali keluar dari bibir Aaron tengah gusar dengan urusannya sendiri.

"Kenapa Brian harus ada tugas mendadak di saat seperti ini. Apa yang harus aku katakan nanti pada lelaki kurang ajar tadi ?" Kae menghentakan kakinya. Meraih handphonenya yang tadi ia lempar sembarangan ke atas tempat tidur. Mencoba menghubungi sahabatnya.

"Huan ?"

"Ya, Kae ?"

"Apa sore ini kau sibuk ?" Kae berharap kekasih Huan tak ada jadwal kencan hari ini. Huan satu-satunya harapan Kae.

"Kurasa tidak. Ada apa ?"

Kae tersenyum senang. Setidaknya Huan bisa bersaksi dan membelanya nanti.

"Bantu aku. Nanti jam lima datanglah ke tempatku."

"Kau dalam masalah apa lagi ?" Terdengar suara Huan yang sedikit sebal namun juga khawatir.

"Bukan masalah besar, nanti aku ceritakan. Oke ?"

"Baiklah."

Dan setelah itu sambungan terputus. Kae tak segusar tadi. Ia sedikit lebih tenang. Meski rasa kesal masih ada karena Brian tak bisa pergi dengannya.

Dark of NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang