Bab 13

344 24 1
                                    

"Huan."

"Apa Kae ? Dari tadi kau hanya memanggil - manggil namaku tanpa mengatakan apapun." Huan menatap Kae yang kini juga sedang melirik kearah lain. Huan yang terlanjur kesal karena dibuat penasaran memegang wajah Kae untuk menatapnya.

"Katakan ada apa ? Apa Brian menyakitimu ?" Ada sedikit nada berharap dalam pertanyaan Huan. Bukan ia tak menyayangi sahabatnya hingga ingin Kae tersakiti. Tapi ia tak tahan melihat sandiwara ini. Kae yang tertipu, Brian yang berpura - pura, Aaron yang memendam sakit dan dia hanya bisa diam.

"Tidak, Brian baik padaku. Hanya saja..." Kae tak melanjutkan ucapannya hingga Huan menatapnya intens meminta kelanjutan. "Aku merasa ada yang hilang dalam hidupku. Tapi aku tak tahu apa itu." Kae melanjutkan dengan suara yang lirih.

Huan yang mendengar hal tersebut tersenyum. "Kae apa kau masih benar - benar mencintai Brian ?"

"Apa maksudmu Huan ? Tentu saja iya."

"Ah, aku ganti pertanyaannya. Apa akhir - akhir ini dalam pikiranmu selalu ada Brian ? Apa setiap kau akan tidur kau memikirkan Brian ? Apa setiap kau bersama Brian kau benar - benar bahagia bukan hanya sekedar keinginan saja ?"

Pertanyaan - pertanyaan Huan membuat jiwa Kae seperti terhempas dari langit yang paling tinggi. Semua pertanyaan itu terngiang dalam memorinya. Membuat ia mengingat saat - saat ia memikirkan orang lain selain kekasihnya. Membuat hatinya nyeri saat mengetahui hal tersebut.

Huan melepaskan tangannya dari wajah Kae. Hanya ini yang bisa ia lakukan. Ingin sekali ia langsung menjawab jika sahabatnya saat ini sedang kehilangan orang yang benar - benar mencintainya. Tapi jika ia mengatakannya semua akan gagal.

Kae tak akan pernah kembali pada Aaron. Begitupun sebaliknya. Huan menghela napasnya saat mengingat cerita tentang kondisi Aaron dari kekasihnya.

"Aku ingin ke toilet." Kae tak ingin menjawab pertanyaan sahabatnya. Bukan karena ia tak tahu. Tapi ia tak ingin mengakuinya saja. Terlalu menyakitkan.

Kae berjalan dengan kepala tertunduk hingga ia menabrak seseorang.

"Ah, maaf aku tak sengaja." Kae berucap lirih.

"Kau buta heh ?" bentak lelaki yang ditabrak Kae. Membuat Kae tersentak dan mundur satu langkah.

"Kau membuat bajuku kotor. Kau mem..." ucapan lelaki itu terhenti saat melihat wajah ketakutan Kae. "Tunggu dulu, bukankah kau kekasihnya Brian yang dulu ?" sambung lelaki itu.

Kae mendongakkan kepalanya. "Ya, dan itu sampai sekarang." Kae kehilangan rasa takutnya yang tadi saat mendengar pertanyaan orang itu yang menbuatnya sedikit kesal.

"Sampai sekarang ?" teriak lelaki itu, tanda ia terkejut. "Tidak, tidak. Aku yakin Brian bilang ia telah memutuskanmu lima tahun yang lalu. Lagi pula kau hanya taruhannya." sambung lelaki itu lagi.

Kae tersentak dengan semua ucapan lelaki di depannya. Sebenarnya siapa lelaki ini. Kenapa dia berbicara omong kosong seperti ini.

"Brian tak mungkin menjadikanku barang taruhan. Dia mencintaiku begitu pun aku. Kau siapa ? Jangan merusak hubungan seseorang dengan bualan sampahmu." teriak Kae marah. Kae menggenggam erat kaos bawahnya untuk membatunya menahan emosi.

"Apa ? Bualan sampah ? Aku tak membual itu semua benar. Ah, aku tahu. Mungkin kau masih terguncang hingga menjadi gila selama ini. Brian benar - benar hebat menghancurkanmu. Haha."

"Aku tidak gila. Kau yang gila."

Lelaki itu tak terima dengan ucapan Kae. Ia menggeram untuk tak bermain kasar dengan Kae. "Kalau begitu buktikan jika ucapanmu benar dasar pelacur."

"A-apa kau bilang ? Akan kubuktikan. Sebaiknya kau juga buktikan ucapanmu." wajah Kae memerah. Ia marah sekaligus sakit hati dengan ucapan lelaki tersebut.

"Tentu. Temui aku nanti sore di cafe ini. Aku akan membawa kekasih Brian sekaligus calon istrinya kemari. Dan sebaiknya kau bisa mengajak Brian kekasih khayalanmu itu kesini." ucap lelaki itu penuh percaya diri. Ia tak menunggu jawaban Kae. Ia langsung berlalu.

"Kekasih ? Calon istri ? Apa - apaan lelaki itu. Dia pasti gila karena berpikir Brian memiliki kekasih lain." Kae membalikkan langkahnya. Berjalan menuju meja tempat Huan menunggu. Ia ingin segera pulang dan segera mengajak Brian kesini. Ia ingin melihat wajah bodoh lelaki tadi karena mengatainya gila.

.

.
.

"Mess, kita tak bisa biarkan ini bertambah buruk. Aaron akan segera mencapai batasnya."

"Aku tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan selain hanya melihat saja, Ken ?" Meshach hanya memandang simpati pada Kennard. Ia sangat ingin membantu. Bukan hanya sebagai seorang ketua tapi juga sebagai saudara.

Siapa yang mau melihat saudaranya menderita.

Kennard menghela napas entah untuk keberapa kalinya. Ia tak tahan melihat sahabatnya hancur. Ia tak sanggup jika harus kehilangan sahabatnya lagi.

"Aku yakin Aaron bisa menahannya. Ia seorang alastair yang kuat. Ia tak akan kalah hanya dengan iblis, Ken." ucap Meshach. Itu bukan hanya sebuah kalimat penghiburan. Bukan hanya sebuah kalimat penenang ataupun harapan. Tapi sebuah keyakinan sekaligus tekad. Karena mereka mengenal Aaron lebih dari siapapun.

"Ah, tentu aku juga percaya."

.
.
.

To be continued

Nayu kembali setelah sekian lama tak muncul.
Dan memunculkan diri dengan cerita abal - abalnya yang semakin pendek.

Nayu butuh inspirasi jadi mungkin akan update lama lagi.

Nayu harus berburu asupan dulu. Apalagi musim ini banyak anime hint yaoi ^0^ kyaaa

Ok cukup dengan kicauannya. See you (^_♡)/

Aaron : oi Nayu sampai kapan kau buat aku menderita heh ?

Entahlah....

Dark of NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang