Veranda
Kinal sudah terlelap. Aku bisa melihat guratan wajahnya yang lelah disini. Aku tahu apa yang ia pikirkan, Tentang wasiat mama saat mama meninggal 2 bulan yang lalu.
Bukan perkara mudah bagiku untuk mempercayai hal itu. Awalnya kutahu mama mendukungku. Tapi, orang tua tetaplah orang tua. Mama mewasiatkanku untuk memiliki anak dan menikah dengan laki-laki baik.
Aku menatap jendela besar yang sudah besar karena hujan deras diluaran sana. Tanpa sadar, aku menangis. Sudah cukup aku berlagak kuat didepan Kinal.
Langit,
Terimakasih telah menurunkan hujan malam ini.
Karena aku bisa menangis, menjerit tanpa seorangpun tau.
Beginilah aku setiap malam. Melepaskan topengku dan menjadi seorang Veranda yang utuh. Veranda yang lemah, Veranda yang cengeng.
Tapi apa kalian tau, apa yang membuatku tegar setiap hari?
Kinal.
Kinal memang tidak sempurna. Kinal bodoh, kadang. Ceroboh, nggak disiplin, masih kekanak kanakan.
Tapi dia hanya perlu tahu, Aku menerimanya pada detik pertama dia menatapku dalam hening yang semesta ciptakan.
Karena bersamanya, semua terasa nyata. Karena bersamanya, semua terlihat jauh lebih indah.
Sudahlah, saatnya aku tidur sebelum Kinal melihatku belum terlelap.
Kinal
Subuh terdengar, berkumandang lantang. Sujudku mantap menawan harap, huruf namamu fasih aku panjatkan. Aku merayu kepada pemilik semesta tentang engkau yang sangat benar.
Aku membuka mataku. Sudah jam 4.30 tepat, saatnya aku beribadah. Veranda masih terlelap. Matanya sembab dan terlihat lelah. Sepertinya ia kurang tidur.
5 bulan sebelum mama Veranda meninggal, Papa Veranda meninggal di sel penjara. Ia gantung diri di selnya. Veranda sangat terpukul. Juga Mama Veranda. Saat itulah Mama Veranda jadi sakit sakitan dan akhirnya meninggal.
Setelah itu, Veranda down. Veranda nggak mau keluar dari kamarnya. Tante Anya dan aku sudah beberapa kali membujuknya untuk keluar kamar, tapi tetap ia keras kepala, tidak mau keluar.
Sampai suatu pagi, Bibi ku sedang membersihkan kamar Mama Veranda. Bibi menemukan sepucuk surat di nakas mama Veranda. Surat itu jatuh saat Bibi sedang membersihkan nakas itu.
"Non Kinaal?"
"Iya bi? Ada apa kok histeris gitu?"
"Saya menemukan surat.. di kamar Ibu non.."
Aku menerima surat itu. Membacanya, dan langsung memanggil Veranda.
"Veranda, ada hal penting yang harus kau ketahui."
Awalnya Veranda bersikukuh untuk tidak keluar dari kamarnya. Akhirnya aku menyelipkan surat itu dari bawah pintu kamar Veranda. Akhirnya ia keluar dari kamarnya.
Aku kaget ketika ia keluar- menuruni tangga dan terjatuh. Bagaimana tidak? Ia menolak makan selama 3 hari. Aku kira dia akan mati lemas, aku lupa, di kamarnya ada sebuah dispenser dan galonnya.
"Veranda?"
Mukanya pucat pasi. Ia telah membaca surat wasiat terakhir mamanya. Ia bingung. Sama sepertiku.
Sampai sekarang kami pun masih bingung, apa yang harus kami lakukan. Aku bercerita pada Tante Anya. Dan ia berkata..
"Kinal. Tante inget banget, dulu tante pernah baca salah satu quotes di google dari aldhilla dharma. Bunyinya begini :
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden Love Story
FanfictionSemakin dewasa, dunia berubah. Namun cinta Kinal pada Veranda tidak akan pernah berubah, sampai suatu kejadian besar merubah segalanya Sekuel kedua dari I'm In Love With My Enemy.