10

1.5K 114 3
                                    

Veranda menangis sejadi-jadinya. Ia tidak tahu bahwa keputusan Kinal  akan mebyakitkan seperti ini. Ia tidak mau makan walaupun Tante Anya sudah membujuknya. Boby dilarang bertemu Veranda sementara waktu.

Sementara Kinal, Ia tetap seperti biasa. Ia tetap menjadi Kinal yang seutuhnya tanpa Veranda. Sejak Viny datang, ia bisa sedikit melupakan Veranda. Setiap doa, setiap sujudnya kepada Tuhan, ia masih menyelipkan nama Veranda. Ia berdoa agar Veranda dapat bahagia, tanpa dirinya.

Berbulan- bulan berlalu, Veranda tidak lagi sedih dan akhirnya menerima Boby. Sedangkan Kinal bahagia dengan Viny sebagai 'sahabat' biasa.

Sampai suatu hari, Vienny dan Kinal menemukan sesuatu hal yang membuat mereka tercengang. Kinal tidak tinggal diam.

Sayangnya, Kinal terlambat.


Kinal

Akhirnya, weekend tiba. Akhir-akhir ini aku sering keluar bersama Viny. Dan hari ini, juga.

Viny mengajakku untuk menonton film, berbelanja, semacam itu. Aku bahagia, Viny juga.

Tapi, hari ini memang hari buruk, atau justru sebaliknya.

Aku sedang memilih film apa yang ingin ku pilih dengan Viny. Tiba-tiba Viny ingin ke toilet.

"Nal, aku mau pipis."

"Terus?"

"Temenin. Disini toiletnya ngerii naal."

"Ah kamu kaya anak kecil, hih."

"Ayo dong, temenin ya ya ya?"

"Oke, yuk."

Aku mengobrol sepanjang jalan ke toilet. Baru satu langkah kami masuk ke toilet itu, ada suara gebrakan pintu yang cukup keras, padahal toilet itu sepi.

"Tuh, kan. Aku bilang apa, nal. Toiletnya ngeri." kata Viny sambil bisik bisik.

"Yaudah, masuknya jangan pake suara, ya."

"Oke."


Aku masuk ke toilet itu. Ada 12 toilet. 11 toilet terbuka dan 1 tertutup.

Tiba tiba, Viny mendengar suara desahan.

"AH.... BOBBYY, KENAPA HARUS DI TEMPHAT UMUMMM..."

"AKU UDAH GATAHAN LIAT BADAN KAMU"


"what the fuck, nal?" kata Viny berbisik padaku.

"I dont know."


"Kamu cantik banget hari ini, Shan."

"Cantikan aku, apa Veranda, bob?"


Aku bergeming. Dia Boby tunangannya Veranda, kah?

Aku langsung mengambil handphoneku dan merekamnya dengan hati hari dari toilet sebelahnya.

Viny mengerti apa yang kulakukan. Ia bertugas menjaga jaga apakah ada orang yang masuk saat aku sedang merekam itu.

"Naal, masih lama? Aku mau pipis." kata Viny memakai isyarat tangannya.

"Yaudah kamu pipis dulu aja." 

Viny masuk ke toilet sebelahku. 

Desah demi desah terdengar. Aku makin sadar bahwa Veranda telah jatuh pada orang yang salah.

Veranda telah jatuh pada laki laki yang salah.

Veranda pasti tidak bahagia.

1 jam berlalu. Akhirnya jatuh lemas didalam toilet itu.

"Vin, cabut yuk. Temuin Veranda."

"Yaudah, ayok."

Aku mencoba menelepon Veranda berkali kali, hasilnya nihil. Akhirnya aku datang ke apartementnya.

Sesampainya disana, aku berpesan pada Viny untuk tunggu di apartementku saja. Ia mengangguk dan aku mempersiapkan diriku.

TOK TOK TOK

"Veranda?"

Veranda membuka pintunya. Ia terlihat kurus - sangat kurus. 

Lihat, kinal. Apa yang telah kau perbuat?

"Aku ingin bicara."

"Masuklah."

Veranda tetap diam, ia hanya melihat handphone yang kutaruh diatas meja ruang tengahnya, tanpa berkata apapun.

"Jadi.. aku kesini untuk.."

"Untuk menyakitiku lagi?" tanya Veranda

"Nggak, nggak."

"Lalu?"

"Aku hanya ingin memberitahumu bahwa kau telah jatuh cinta pada orang yang salah."

"Omong kosong apa yang kau bicarakan?"

"Apa?"

"Aku tidak akan percaya apa saja yang kau bicarakan, Keluarlah."

"Tapi, Veranda, ini pent.."

"Tidak. Keluarlah."

Akhirnya aku keluar. Tanpa hasil apapun.

Saat aku berjalan kearah apartemenku, Tante Anya datang membawa beberapa bungkus Kain yang sudah dijahit.'

"Kinal?"

"Allo, tante. Apa kabar?"

"Baik. Kamu abis ketemu Veranda?"

"Iya, tant. Tante darimana?"

"Tante abis ngambil jaitan baju, kan 10 hari lagi Veranda nikah, ingat?"

Oh, tidak mungkin.

"Oh, wah Kinal sampe lupa, tant."

"Hahaha, oke. Sampai jumpa minggu depan, ya."


Tante Anya pergi dan kau langsung masuk ke apartementku.

"Kenapa, nal?" tanya Viny

"Nggak berhasil, Vin"

"Kita coba besok, ya?"

Keesokan harinya, Veranda tidak pernah membukakan pintu lagi untukku. Waktuku hampir habis.

Tinggal 3 hari lagi, tapi aku belum bisa menjauhkan bajingan itu dari Veranda.

Apa yang harus ku lakukan?

Aku bertanya pada Viny, dan Viny menyarankanku agar men- email video itu.

Aku harap harap cemas. Aku takut Veranda tidak membaca email ku.

Benar saja, hari ini hari pemberkatan mereka di gereja, dan Veranda tetap tidak membalas - maupun membaca emailku.

Aku memang terlambat. Dan aku salah karena telah memilh orang yang salah untuk Veranda.


TBC


Part ini sebenernya panjaaang banget kaya kereta, tapi kupotong ya, wlee😜

The Forbidden Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang