23

1.3K 101 11
                                    

AAAAKKK SENANG DI FOLLOW AUTHOR FAVORITE WKWKWKWKWK *lagi seneng bgt *abaikan lanjut aja.

Veranda

Pagi itu, Sinar matahari bersinar dengan cerah. Menyelinap masuk ke gorden gorden besar kamar yang 'dulu' sering kutempati.

Aku meraba.

Oh, Kinal ternyata sudah tidak ada.

Baru saja aku ingin keluar dari kamar dan mempersiapkan diri. Tapi handphoneku berdering dengan kencang disudut ruangan.

"Hallo, hai Jo!"

"Hai. Apa kabar?"

"Lebih baik dari kemarin. Ada apa?"

"Aku ingin membicarakan sesuatu. Boleh?"

"Oke. Cafe bawah kantorku, jam 12, ya?"

"See you, sayang."

"See u."

Aku langsung bergegas. Aku ingin bertemu Jo hari ini.

Tapi karena ada pekerjaan, aku harus cepat datang ke kantor. Aku tidak mau dipecat!

Aku mandi dan langsung mengganti bajuku. Kinal pergi meninggalkan susu dan roti untukku. Yah, setidaknya.. ia masih ya.. ingat?

Ingat aja udah bersyukur. Dianggap apalagi.

Aku berangkat dan tersenyum sepanjang jalan. Ntah apa yang telah Kinal masukan dalam komposisi rotinya. Membuatku tersenyum seharian begini?

Aku masuk ke kantor, moodku langsung hancur.

Melihat kinal.. bergandengan tangan dengan Brandon.

Cowok yang Kinal idam idamkan sejak masuk pertama kali ke kantor ini.

Uh. Panas sekali hati ini rasanya.

Aku langsung bergegas memencet tombol lift tapi Kinal lebih dulu memencetnya. Tanganku dan tangannya bersentuhan.

Tangan Kinal yang halus dulu, berubah menjadi tangan yang kasar dan.. tidak sama lagi.

Ia hanya menatapku sambil memakan lolipopnya, dan ketika pintu lift itu terbuka, ia masuk. Tapi brandon tidak ikut masuk.

Hanya kami, berdua.

"Nal?"

"Hm"

"Nggak jadi."

Ketika lift terbuka, Kinal dengan santainya lewat begitu saja, didepanku. Sambil memainkan lolipopnya.

Setelah itu, dia menghilang didalam ruangannya.

Aku duduk. Merenungkan apa saja hal hal yang telah salah kupilih.

Aku melamun dan tanpa terasa jam sudah menunjukan jam 12 siang. Jo sudah menchat ku katanya ia sudah menungguku.

Aku turun. Melewati ruangan Kinal, dan tetap saja ia masih mengurung diri didalam.

Aku memasuki lift, dan turun ke cafe dibawah.

Dan, benar saja. Jo sudah ada disana.

"Hai!" sapa Jo sambil berdiri

"Hai! Apa kabar?"

"Baik. Kamu?"

"Baik baik."

"Jadi.. ada yang mau di omongin, Jo?"

"Ya."

"Apa itu?"

"Ada pertanyaan yang harus kamu jawab cepat. Nggak boleh mikir."

"Silahkan."

"Kalau setelah ini. Aku melamarmu, apakah kamu akan menerimaku sepenuh hatimu, membuka matamu untukku dan melupakan Kinal?"

".. Ya."

"Ketika aku menikahimu. Dan kau resmi menjadi istriku, apakah kau berjanji akan melupakan Kinal sepenuhnya?"

"Ya."

Josaphat langsung memelukku dengan erat.

Dan kali ini, aku yakin telah memilih keputusan yang tepat.

The Forbidden Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang