Aku adalah rumah
Tempatmu pulang
Jika bukan
Biarkan aku menjadi penginapan
Meski hanya sementara.Kinal
Aku tersenyum simpul ketika Veranda melihatku bermain piano malam itu.
Seketika sekelebat memori lamaku mulai bermunculan seiring laguku menggema keseluruh ruangan.Aku tidak menangis. Sungguh!
Setelah selesai acara resepsi itu, Veranda yang masih memakai gaun putihnya berlari kearahku.
"Kinal!"
"Ya?"
"Besok aku ingin bicara."
"Dimana?"
"Di danau. Danau yang tidak ada di peta!"
Aku mengacungkan jempolku dan langsung pergi darisana.
Brandon merokok disampingku sambil menenangkanku. Aku? Hanya ingin ketenangan. Ya. Aku butuh ketenangan.
Sedikit saja.
Aku berdiri diatas rooftop apartemenku."Nal?"
"Ya?"
"Sini aku peluk."
Brandon memelukku. Ia tau apa yang kurasakan. Ia tau apa yang kubutuhkan. Pelukan.
Brandon menatap mataku dan berkata :
"Jika Ikhlas itu mudah, maka setiap perpisahan, Takkan pernah menyakitkan."
Brandon mencium keningku dan langsung membawaku ke apartemenku.
"Don?"
"Ya sayang?"
"Starbucks yuk. Pengen ngopi."
"Ada yang 24 jam ya?"
"Ada dibawah. Yuk?"
"Oke."
Veranda
Setiap orang pernah memilih dalam hidupnya. Misal. Ketika anak kecil memilih bermain daripada belajar. Ketika kita memilih ingin masuk ke jurusan apa ketika masuk universitas.
Tapi 'memilih' untuk cinta lebih sulit daripada memilih untuk hal hal yang sepele diatas.
Pada awalnya, Kita bangga pada pilihankita.
Tapi pada akhirnya, Tidak semua orang setia pada pilihannya.Saat ia sadar bahwa yang dipilih mungkin tidak sepenuhnya sama dengan apa yang kita impikan.
Karena yang tersulit bukanlah memilih
tapi bertahan pada pilihan yang kita ambil.Besok, aku sudah berjanji untuk bertemu Kinal di Danau yang biasa kami tempati untuk sekedar makan bersama, atau sekedar membaca buku sambil menunggu gelap menyelimuti langit biru.
Author POV
Keesokan harinya, Pukul 17.00 tepat, Veranda menunggu Kinal dibawah kursi taman besar dipinggir danau.
Ada sebuah sampan kecil yang - Veranda juga tidak tahu siapa yang menaruhnya disana.
Lalu, seorang perempuan yang memakai kaos dan kemeja yang agak berantakan - rambutnya terurai dan sebuah buku novel ditangannya duduk disamping Veranda.
"Ada apa?" tanyanya dingin.
"Aku hanya ingin.. "
"Ingin apa?"
"Mengucapkan salam perpisahan." Jawab Veranda
Perempuan itu terdiam sejenak - menghela nafasnya dan berkata.
"I forgot how I feel to used about you."
"Kamu yakin?" tanya Veranda
"Ya."
"Tampar aku kalo kamu bener bener lupa sama aku!"
"Veranda.. Jangan melakukan hal bodoh."
"Kinal. Tampar aku kalo kamu bener bener lupa sama aku!"
Kinal mengangkat tangannya. Tinggal 1 centi lagi tangannya hampir mengenai pipi Veranda. Lalu ia menangis.
"Sudah lah Veranda. Biarkan yang berlalu menjadi pelajaran saja."
"Tapi aku.. "
"Veranda."
"Cincin ini, Kinal. Masih kupakai sampai sekarang. Sampai aku sudah memiliki seorang pendamping hidup sekarang!"
"Lepaskan."
"Kinal....."
"Apapun caramu untuk membujukku, Hatiku kebal, Veranda."
Veranda menangis. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan.
Kinal memegang jemarinya. Melepaskan cincin yang sudah melingkar dijari Veranda selama ini. Cincin yang menandakan mereka berjanji 'lagi' untuk selalu bersama selamanya.
"Lepaskan."
"TIDAAK!"
"Untuk kesekian kalinya, Veranda. Aku tidak mencintaimu."
"Tampar aku. Jika kau benar benar benci padaku."
PLAAAKKK
Kinal menampar Veranda.
Veranda memegangi pipinya yang mulai memerah.
Kinal langsung berbalik dan pergi.
-------#######$$$#####---------
Yaaazzzz
Karena kemaren banyak yang minta sekuel baru.
Yaudah nih dibikinin sekuel barunya.
See u!!!!!!
*padahal tadinya mau dimatiin aja venalnya. Hihihi😂*
KAMU SEDANG MEMBACA
The Forbidden Love Story
FanfictionSemakin dewasa, dunia berubah. Namun cinta Kinal pada Veranda tidak akan pernah berubah, sampai suatu kejadian besar merubah segalanya Sekuel kedua dari I'm In Love With My Enemy.