Namaku Langit Prasaja, bulan Agustus lalu usiaku genap 24 tahun. Pada umur 20 tahun aku lulus sarjana hukum di Universitas Sumatera Utara (USU) dengan nilai cum laude. Dan waktu itu aku coba-coba mengikuti ujian CPNS di kota Bengkulu tempat saudaraku tinggal. Entah karena faktor beruntung atau karena aku memang pintar, aku menang dan di nyatakan lulus CPNS dari ribuan orang yang menjadi saingan ku. Aku mengisi salah satu kursi PNS di bawah Kementerian Ketenagakerjaan di provinsi Bengkulu.
Setelah 2 tahun sebagai PNS di sana, ke dua orang tua ku meminta untuk aku pindah kembali ke provinsi Sumatera Utara. Butuh waktu yang lama sampai akhir nya aku bisa di pindah tugaskan di kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja kabupaten Serdang Bedagai. Tepat nya di kota kelahiran ku, yaitu kota Rampah.
Aku tahu, kalian pasti jarang atau tidak pernah mendengar nama kota ini. Karena kota Rampah hanya kota kecil, tidak seluas dan seterkenal kota Medan yang menjadi ibu kota dari provinsi Sumatera Utara. Butuh waktu 2 jam dari rampah untuk bisa sampai di Medan dengan menggunakan mobil.
Dan aku bersyukur bisa kembali ke kota ini lagi. Karena aku bisa bertemu kembali dengan si cantik Naomi, dia salah mantan kekasih ku waktu kuliah. Dan jujur aku masih menyimpan rasa pada nya sampai sekarang. Dulu kami putus karena dia ingin fokus dengan kuliah kedokteran nya. Dan aku yang tidak bisa pacaran LDR dengan nya karena keberadaan ku yang jauh di Bengkulu sana.
Sekarang Naomi bertambah cantik dua kali lipat dari terakhir kali kami berpisah dan lost contact begitu saja. Dia sudah menjadi dokter umum di salah satu rumah sakit swasta di kota ini.
Aku sangat senang begitu tahu kalau Naomi masih sendiri. Sampai akhirnya aku melakukan pendekatan kembali pada nya. Dan ternyata dia pun masih ada rasa padaku. Setelah satu bulan pendekatan, kami berdua pun merajut kembali hubungan yang dulu pernah putus. Namun kali ini kami menjalani nya dengan serius. Karena aku yakin sekali dia yang cocok untuk jadi istriku dan mendampingi aku sampai tua nanti.
Aku sudah membelikan sebuah cincin emas untuk melamar Naomi nanti malam. Semoga dia senang dan menerima lamaran ku.
Aku tersenyum menatap kotak kecil yang bewarna merah tempat cincin itu berada. Dan seketika senyum ku memudar kala melihat pintu kamar ku di buka oleh seseorang.
"Permisi tuan, saya mau mengambil pakaian kotor."
Ah, ternyata si gadis anak dari pria yang cacat mental itu yang masuk. Entah kenapa aku tidak pernah suka melihat nya.
"Kenapa tidak mengetuk pintu dulu!" Ketus ku pada nya.
Aku merasa jijik karena bapak nya cacat mental. Aku tahu penyakit itu tidak menular tapi pokok nya aku tidak suka melihat perempuan ini berada di sekitar ku.
"Tadi saya sudah mengetuk pintu nya sebanyak tiga kali, saya pikir tuan lagi tidur. Maka nya saya masuk ke dalam," Ucap nya sambil menunduk kan sedikit kepala nya ke bawah dan menatap ke arah lain.
Tentu saja dia tidak berani menatapku karena aku sering memarahi nya.
"Tetap saja kamu tetap salah! Jangan pernah masuk tanpa seizin saya, kamu mengerti?!" Tanyaku lagi dengan suara ketus.
Dia selalu saja berhasil membuat mood ku yang tadi nya baik menjadi buruk seketika hanya karena melihat gadis yang bernama Desember ini.
Nama nya aneh! Sama seperti bapak nya yang aneh. Dan aku yakin keluarga nya juga aneh. Heran kenapa Mama mau mempekerjakan Desember di rumah ini.
"Ma-maaf, saya janji tidak akan mengulangi nya lagi." Aku dapat mendengar suara nya yang bergetar. Seperti orang yang ingin menangis.
Tapi aku tidak peduli. Aku senang kalau dia sakit hati dengan ucapan ku. Dengan begitu dia pasti tidak akan tahan bekerja di sini dan meminta mengundurkan diri ke Mama.
"Ya udah cepat ambil kain kotor nya itu. Ingat ya, jangan sampai ada pakaian yang luntur di baju dinas saya. Awas saja, kamu akan tahu akibat nya." Ancam ku pada nya.
Dengan pelan-pelan dia berjalan ke tempat pakaian kotor ku dan mengambil nya dengan tangan yang sedikit gemetar.
Tentu saja dia ketakutan karena mata ku menatap nya dengan tajam sedari tadi.
Aku berdiri ke lemari untuk mengambil pakaian dinas ku yang lain.
Saat dia berjalan melewati ku, aku mencium aroma bau aneh dari tubuh nya.
Sial! Bau apa ini? Dia nggak punya parfum ya? Padahal sudah dari dulu aku memperingatkan bau keringat nya.
Hidung ku itu sangat sensitif terhadap bau. Jadi aku bakal mual kalau mencium bau aroma badan orang lain.
Aku yakin ini bau keringat nya, karena dia selalu naik sepeda dari rumah nya ke sini.
"Hey, Desember!" Panggil ku.
Dia tersentak karena terkejut, lalu menoleh ke arah ku.
"I-iya tuan?"
"Mengapa badan mu masih bau saja hah? Kamu tidak memakai parfum lagi ya?"
Dia mencium badan nya sendiri lalu dia menatap ku lagi. "Saya memang tidak memakai parfum tapi saya sudah menyemprotkan pewangi kis pray ke baju saat menggosok nya. Apa masih tercium bau tuan?" Tanya nya dengan nada pelan.
"Sangat bau, sampai-sampai saya merasa mual dan ingin muntah."
Dia menunduk kan wajah nya lagi dan berjalan mundur menjauhi ku. Setelah dia rasa sudah jauh, dia pun berhenti. "Maaf untuk bau badan saya ini tuan, besok saya akan membeli parfum dan memakai nya."
"Jangan janji terus, selalu seperti itu dari kemarin-kemarin. Saya bosan mendengarnya."
"Tidak, kali ini saya akan membeli nya. Karena hari ini saya gajian tuan."
"Awas saja kalau besok badan mu masih bau. Saya bakal minta ke Mama untuk memecat mu!"
"Iya tuan saya janji, hem... permisi tuan, saya ke belakang untuk mencuci pakaian dulu."
"Cepat lah pergi, saya juga sudah tidak tahan sama bau badan mu."
Dia pun pergi dengan cepat keluar dari kamar ku. Lalu aku mengambil parfum dan menyemprotkan nya lagi ke pakaian ku. Aku tidak mau bau badan Desember menempel di tubuh ku.
Apa ada lelaki yang mau dengan perempuan seperti dia? Yang hanya tamat SMA, bekerja sebagai pembantu, nggak cantik, nggak putih dan keturunan dari orang yang cacat mental!
Astaga aku bergidik ngeri membayangkan siapa yang bakal menjadi suami nya.
Hanya pria bodoh dan malang yang mau menjadikan Desember menjadi seorang istri.
12-Oktober-2016
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, December!
Ficción General(HELLO SERIES #1) Desember adalah namaku dan bulan kelahiranku. Tepat di hari ulang tahunku yang ke 20, Tuhan menguji hidupku. Di sanalah awal mula perjalanan kisahku yang penuh dengan air mata, dan aku yakin kalian tidak akan sanggup untuk berada d...